Refleksi HUT RI ke-78, Inilah 10 Alutsista yang Telah Melewati 50 Tahun Usia Pengabdian
|Selain HUT TNI, maka HUT Kemerdekaan Republik Indonesia kerap dijadikan momentum refleksi untuk mengulas perkembangan TNI, baik dari aspek personel dan persenjataan. Selain terus berharap modernisasi berkelanjutan pada alutsista di ketiga matra, tak lupa menjadi renungan adalah keberadaan alutsista TNI yang telah berusia tua dan masih dioperasikan saat ini.
Baca juga: S-60 57mm : Meriam Perisai Angkasa ‘Sepuh’ Arhanud TNI AD
Setiap negara punya ukuran tersendiri untuk menentukan ‘tua atau mudanya’ usia suatu alutsista. Dan perlu dicatat, alutsista tua bukan berarti tidak lagi mumpuni, berkat retrofit sampai repowering, ditambah dengan perawatan yang baik oleh personelnya, maka kemampuan tempur dan operasional alutsista berusia tua masih dapat dioptimalkan sampai batas-batas tertentu.
Namun, kembali lagi semua ada batasan, usia struktur dan kinerja suatu alutsista akhirnya akan menurun sesuai kadar usia. Usia tua suatu alutsista juga kerap dikaitkan dengan aspek keselamatan bagi personelnya. Sementara dari sisi pengaruh, seiring perubahan zaman, alutsista tua kian memudar efek deterennya, belum lagi biaya perawatannya akan semakin memberatkan.
Dan dari beragam alutsista berusia tua TNI yang saat ini masih beroperasi, kami kupas 10 jenis di antaranya dari ketiga matra yang telah berusia di atas 50 tahun.
1. PT-76 dan BTR-50
Duo ranpur lapis baja amfibi Korps Marinir ini didatangkan dari Uni Soviet saat Indonesia menyongsong Operasi Trikora pada tahun 1962.
2. KAPA K-61
Seperti juga PT-76 dan BTR-50, K-61 adalah rantis amfibi pengangkut artileri yang berasal dari satu angkatan kedatangan, artinya berasal dari era Uni Soviet. Ranpur ini didatangkan saat masa operasi Trikora untuk merebut Irian Barat. Karena sejatinya merupakan ranpur tua, K-61 pun beberapa sudah ‘nongkrong’ di museum, salah satunya bisa dilihat di Museum TNI Satriamandala.
3. AMX-13
TNI AD diketahui mengoperasikan beragam varian ranpur dari basis tank AMX-13, tahun kedatangannya pun tidak sama. Namun generasi awal AMX-13 (varian meriam 75 mm) sudah didatangkan untuk persiapan Operasi Trikora pada tahun 1962.
4. Trio – Ferret, Saladin dan Saracen
Penandatanganan pembelian ketiga ranpur buatan Inggris ini dilakukan oleh Menteri Panglima Angkatan Darat, Letjen TNI Ahmad Yani pada tahun 1959. Dan armada ranpur produksi Alvis ini tiba di Indonesia sebelum peristiwa G30S 1965.
5. Howitzer M2A2 105mm
Dilihat dari tahun kedatagannya, sebenarnya umur M2A2 tidak terlalu tua, ini lantaran meriam ini dibeli dalam kondisi bekas pakai dari AS pada tahun 1982/1983. Namun usia asli meriam ini ditaksir sudah cukup tua, lantaran sebagian berasal dari eks Perang Vietnam.
6. Howitzer M-30 122mm
Bila dibilang tua, ya jelas meriam ini sangat tua, karena diproduksi pada awal tahun 1939, dan masuk ke etalase Korps Marinir (d/h KKO AL) pada tahun 1961. Kedatangan meriam ini digadang sebagai perkuatan dalam masa operasi Trikora dan Dwikora.
7. C-130B Hercules
Sebagian C-130B Hercules yang diterima TNI AU pada tahun 1960 masih terus dioperasikan. Seperti pada C-130B Hercues nomer registrasi A-1303 dari Skadron Udara 32 yang belum lama ini telah merampungkan program upgrade dan retrofit tingkat berat.
8. Frigat Van Speijk Class
Meski keenam frigat Van Speijk Class diterima TNI pada pertengahan dekade 80-an, namun sejatinya usia operasioal frigat eks AL Kerajaan Belanda ini sudah sangat tua. Yang tertua adalah KRI Slamet Riyadi (eks HNLMS Van Speijk), diluncurkan pada 5 Maret 1965 dan dioperasikan AL Belanda 14 Februari 1967.
Saat ini KRI Slamet Riyadi telah resmi dipensiunkan dan beberapa waktu lalu telah dikaramkan sebagai target serangan rudal anti kapal dan bom udara di Laut Jawa pada 31 Juli 2023.
Dan Van Speijk kedua yang tertua adalah KRI Yos Sudarso 353 (eks HNLMS Van Galen), yakni diluncurkan pada 10 Juni 1965 dan dioperasikan AL Belanda pada 1 Maret 1967. Kini ada lima unit Van Speijk Class yang masih dioperasikan TNI AL.
9. KRI Teluk Amboina 503
Merupakan jenis Landing Ship Tank (LST) yang dibangun berdasarkan rancangan LST 542 Class, yang tak lain adalah light LST yang kampiun digunakan Amerika Serikat dalam masa Perang Dunia II. LST ini diluncurkan dari galangan Sasebo Heavy Industries pada 17 Maret 1961, dan resmi masuk jajaran armada TNI AL pada Juni 1961.
10. KRI Multatuli 561
Kapal markas ini dibuat oleh galangan Ishikawajima Harima, Tokyo – Jepang pada tahun 1961. Dari rancangan awal diketahui KRI Multatuli adalah jenis kapal tender kapal selam, lalu kemudian dikonversi menjadi kapal markas (kapal komando). (Indomiliter)
Meriam arhanud sepuh S-60 Soviet perlu di ganti ke meriam arhanud twin Canon oerlikon GDF 35mm buatan Swis udah full remot digital kacian prajurit kita hanya mengoperasikan Alustista tua ini keselamatan nyawa prajurit di pertaruhkan
sya lebih penasaran sma alutsista kita yg dihibahkan k negara lain, ada beberapa artikel d Indomiliter.com cman lupa yg mna sja :v menarik sie klo d bahas jadi 1 sperti artikel ini, menurut sya pribadi knapa gk d jual murah aja dri pda d hibahkan, kn kita duit gk bnyak dan klo beli sering utang :v
Di cat saja lagi supaya jadi baru, beres…hanya saja utk howitzer tambahi amunisinya yg bisa dikendalikan dan jarak lebih jauh, untuk fregat tua selama masih kuat berlayar jadikan backbone coarguard dan patroli, masih terlalu kurang kapal kombatan kita jangan jadikan target, misa LST yg dah bosok, karatan dan mau tenggelam nah itu bisa buat target, misal jumlahnya melimpah jual ke Filipina murah saja tak apa mereka butuh buat benteng laut di kepulauan Spratley.
Indonesia jelas butuh kapal komando dan kapal tender kapal selam untuk operasi lintas samudra. Entah itu akan menggabungkan kedua fungsi tsb atau akan dibangun terpisah. Sisa yg lainnya khususnya Meriam Howitser masih memungkinkan untuk dipakai dalam jangka waktu tertentu sembari menunggu penambahan meriam baru. Meriam dan mortir berbagai kaliber khususnya kaliber 120 dan 155 sangat dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Sisanya bisa diganti dg alutsista baru. Yg jelas Indonesia lebih membutuhkan Alutsista udara seperti Tanker, AWACS dan Fighter serta alutsista laut seperti Kapal angkutan amfibi,Kapal Induk dan kapal perang dg bobot lebih dari 4000-7000 ton untuk operasi lintas ZEE lintas samudra dg kemampuan AAW dan ASW.
kok jadi merasa tua ya setelah baca ini? 😂😂