Rebutan Pengaruh di Samudera Hinda dan Selat Malaka, India dan Cina Optimalkan Kehadiran Kapal Selam
Bila Nazi Jerman berani menghadapi beberapa front sekaligus di Perang Dunia II, pun demikian dengan Cina, meski belum tentu bakal merembet ke perang terbuka, potensi konflik yang dihadapi Cina bisa berlanjut bak serial. Bukan hanya di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan, konflik yang terkait Cina juga punya potensi menjalar ke Samudera Hindia dan Selat Malaka. Dan ketika menyangkut Samudera Hindia, maka yang menjadi lawan Cina adalah India.
Baca juga: Terobsesi di Samudera Hindia, Cina Berpotensi Buka Basis Militer Laut di Pakistan
Belum lama berselang, konflik bersenjata di perbatasan antara pasukan Cina dan India telah meletus di perbatasan, maka rebutan pengaruh Cina dan India di Samudera Hindia dapat naik ekslakasinya sewaktu-waktu. Dimulai saat dipergogikanya belasan drone bawah laut – Haiyi (Sea Wing) underwater gliders – yang diakui milik lembaga survei hidrografi oseanografi dan penelitian kelautan Cina, kemudian berlanjut ke rencana pembangunan basis militer laut Cina di Pakistan, kian membuat New Delhi panas.
Lepas dari sengketa perbatasan dengan Cina yang telah terjadi sejak dekade 60-n, hubungan dekat alias aliansi pertahanan antara Cina dan Pakistan, dipercaya memperkokoh bara permusuhan antara India dan Cina.
Bagi Cina, keterhubungan dengan Samudera Hindia dan Selat Malaka adalah kunci ekspansi jarak jauh. Setelah sukses membangun pangkalan militer di Djibouti, Afrika, maka Beijing perlu strategi khusus untuk mengamankan akses dan pengaruhnya ke wilayah Pantai Timur Afrika.
Menyadari gelagat militer Cina yang acap kali lalu-lalang di Selat Malaka dan Samudera Hindia, maka India pun sudah pasang kuda-kuda. Sebagai buktinya sejak beberapa tahun lalu, AL India telah membangun Project Varsha di Rambilli, Negara Bagian Andhra Pradesh. Project Varsha adalah pembangunan fasilitas pangkalan angkatan laut yang difokuskan untuk melayani kapal selam, termasuk kapal selam nuklir. Pembangunan Project Varsha dijadwalkan tuntas pada tahun 2022. Dan lanal (INS Varsha) bakal menjadi yang paling responsif untuk menghadapi ancaman di Teluk Bengal.
Namun, INS Varsha masih dirasa kurang buat AL India. Untuk menghadapi hotspot di Selat Malaka, INS Varsha jelas terlalu jauh dari segi geografis. Nah, guna memaksimalkan aset yang ada, AL India telah mengerahkan asetnya yang ada di Pulau Andaman dan Nikobar. Dikutip dari Forbes.com (20/6/2020), disebutkan dalam beberapa waktu belakangan, AL India telah meningkatkan kehadirannya di Port Blair, Pulau Andalam Selatan.
Selain aktif meronda Samudera Hindia dengan pesawat intai maritim tercanggih, P-8I Poseidon, India kini diwartakan juga kerap mengerahkan armada kapal selamnya jauh ke Samudera Hindia. Seperti foto satelit yang diposting akun Twitter @detresfa, pada akhir 2019 lalu, sosok kapal selam diesel listrik Kilo Class (Sindhuglosh Class) tertangkap kamera sedang sandar di Port Blair.
Meski dalam hal pencapaian teknologi kapal selam (nuklir) Cina lebih maju dari India, namun, beberapa analis militer global menyebut, Cina saat ini masih kurang nyaman untuk melayarkan kapal selamnya menuju Samudera Hindia, pasalnya manuver kapal selam saat melintasi Selat Malaka dengan mudah dapat terendus oleh unsur anti kapal selam Singapura, Malaysia dan Indonesia, yang notabene menjadi ‘penguasa’ Selat Malaka.
Baca juga: Type 903A – Sosok Kapal Tanker AL Cina dalam Bayangan F-16 TNI AU
Cara lain melayarkan kapal selam secara ‘senyap’ bisa dilakukan lewat Selat Sunda, kemudian berlayar menyusuri Pantai Barat Sumatera, tapi akses memutar ini tentu menjadi lebih jauh dan akan makan waktu lebih lama untuk menuju Samudera Hindia.
Rebutan pengaruh antara India dan Cina di Samudera Hindia punya rekam jejak yang menarik untuk disimak. Seperti upaya Cina untuk ‘mengunci’ India strategis investasi bisnis. Contohnya, Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka yang diberikan kepada Cina dengan kontrak 99 tahun dapat ditambahkan ke dalam fasilitas yang tersedia untuk Cina, meskipun Sri Lanka dilaporkan telah berjanji kepada India bahwa tidak akan mengizinkan pelabuhan itu digunakan untuk keperluan militer.
Selain pengaruh dalam industri dan perdagangan, Cina diketahui juga telah menanamkan pengaruh di Sri Lanka, salah satunya lewat pemberian hibah frigat Type 053 H2G atau dalam kode NATO disebut Jiangwei I kepada AL Sri Lanka.
India pun tak ingin ketinggalan, India pun menawarkan kerja sama kepada Indonesia untuk investasi di Pelabuhan Sabang. Dikutip dari Sinarpidie.com (22/3/20219), Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Ridwan mengatakan, India meminta Pemerintah Indonesia mengekspor bahan bangunan melalui pelabuhan Sabang ke wilayah sasaran ekspor material bangunan, yaitu Kepulauan Andaman dan Nikobar di India. Kepulauan Andaman dan Nikobar terletak sekitar 150 km dari Sabang. Oleh sebab itu, India juga hendak membangun pelabuhan laut di Sabang.
Baca juga: Setelah Vietnam, Myanmar Segera Operasikan Kapal Selam Kilo Class
Namun, permintaan India atas Indonesia rupanya diartikan lain oleh Cina, pasalnya selama 17 hingga 20 Maret 2019, Kapal Patroli Laut India INS Vijit berlabuh di Sabang. Sebelumnya, kapal perang India INS Sumitra juga singgah di Sabang pada Juli 2018. Belakangan, India mulai merayu Myanmar, negara yang juga punya garis pantai menghadap Samudera Hindia ini, seperti diwartakan, telah mendapat ‘pinjaman’ satu unit kapal selam Kilo Class dari India. (Haryo Adjie)
Seluruh dunia takut dengan china, ud nyata2 china ambil LCS, konflik dgn india, kirim virus corona. Sampai skg china masih bebas2 aja.
Sepertinya Indonesia sdh lama punya sensor bwh air, hanya krn luas wilayah & bujet, jumlahnya msh terbatas.
Kasel asing yg melintas selat Sunda akan minta clearance melintas, tp ada jg yg senyap, smbl menguji kemampuan deteksi kita.
https://www.indomiliter.com/pantau-pergerakan-kapal-selam-asing-tni-al-berniat-adopsi-sosus-di-alki/
https://www.indomiliter.com/misi-anti-kapal-selam-tni-al-waspadai-shadow-zone/
Kita belum punya jaringan sonar bawah laut
Program sudah ada dalam MEF Perubahan tapi pasca presentasi BAe dan Saab belum ada perkembangan dan berita lanjutan apakah programnya sudah mulai atau belum
sepertinya Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Sunda dan Selat Lombok ada maksud tersendiri.
Iya betul…..aplikasi TSS memang mengandung maksut tersendiri supaya kapal2 tt melintas tidak saling bertabrakan dg memberikan jalur/lintasan imajiner ☝️
http://defense-studies.blogspot.com/2020/06/peperangan-anti-kapal-selam-tni-al.html?m=1
Riset apa kita sama BAe untuk teknologi anti kapal selam
Ada yang bisa kasih penjelasan
Gak ada……dan memang gak ada, isi artikelnya kan sudah kasih penjelasan 🤗
Indonesia gak perlu bangun sonar bawah air di Selat Malaka, Selat Lombok atau Selat Sunda. Cukup berbanyak nelayan pake jaring pukat disana. Ntar bakalan dapet ikan kaleng kayak dulu dapet punya Aussie di Selat Bali. Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh Hhhhhhhhhhhh
Itu ide bagus @agato penggunaan jaring utk menjebak kapal selam kenyataannya memang pernah digunakan dlm perang.
China itu hanya kwatir dengan indonesia, sebab bila india bersekutu dengan indonesia maka habislah harapan china untuk mendominasi samudera hindia. Namun bila china berhasil membujuk indonesia menjadi sekutunya atau minimal netral maka harapan china akan besar. Dengan demikian maka china akan melakukan segala upaya untuk merayu indonesia, salah satunya dengan investasi dan hutang, dan sepertinya india sudah kalah langkah di indonesia mengenai hal ini. Ini menurut info yang saya dapat dari mbah bowo 😂
SEKAT….SEKAT….SEKAT. Pak BOWO bangun ”LISTENING SONAR” di selat2 kita terutama ALKI pak. Perkuat pertahanan pantai kita di selat2 yg strategis.
TERUSKAN pembangunan kapal selam ” IKAN TERI” kita . Kalo bs ke kelas KILO kedepannya. Persenjatain KS kita to the TEETH !!
Mulai di pikirkan MIDIUM ASW HELIKOPTER yg bs scramble cepat. Sekelas CARACAL buat quick reaction.
INGAT FPB 57 NAV 1 nya PAK HABIBIE yg ber ”TORPEDO SUT” . Kita harus bangun kapal2 kyk gini. Buat quick reaction asw
2018 Rusia tidak lagi menawarkan hill baik surface combatant maupun submarine
Min, sebegitu longgar/lemah kah pengawasan AKS TNI AL di selat sunda sampe cara kasel lewat paling “senyap” yaitu lewat selat sunda menurut admin? Padahal selat sunda dekat dengan koarmabar yang diisi parchim class, korvet yang notabene spesial anti kapal selam. Ada dasar/landasan sumbernya min?
Di kawasan Asean cuma Singapura doang yang memiliki jaringan sonar bawah laut
Hmmm. Secara tidak langsung brarti singapura dong atau gak malaysia yang dikuatirkan kasel cina? Bukan indonesia.
Di atas admin nyebut, “pasalnya manuver kapal selam saat melintasi Selat Malaka dengan mudah dapat terendus oleh unsur anti kapal selam Singapura, Malaysia dan Indonesia, yang notabene menjadi ‘penguasa’ Selat Malaka.”
Brarti Indonesia juga punya dong di selat malaka unsur AKS yang ideal buat deteksi kasel cina?
Kenapa di selat sunda malah bisa “senyap” tu kasel cina lewat teritori indonesia? Adakah ketimpangan unsur AKS di dua selat tersebut?
Yang jelas, kami tidak sebut kemampuan AKS TNI AL lemah lho 🙂
Mulai 1 Juli 2020 Traffic Separation Scheme (TSS) Selat Sunda dan Selat Lombok, kalau dilihat sepintas ini hanya sekedar untuk mengatur alur lintas kapal laut.
Namun beberapa analis militer mengatakan TNI-AL sudah mulai penataan sensor deteksi salah satunya AKS
apanya yang masuk selat sunda kapal selam cina itu ukuranya untuk laut samudra gmna sh you klo buat komen jgn ngada2 yah, kn d selat sunda wilayah hingga wilayah laut selatan jawa barat udh d jaga ama KRI Nagapasa dan KRI Alugoro gmn sh nh komentator
Gak usah marah-marah ya mas……selat sunda kan jalur ALKI I
Sonar di korvet Parchim udah pada out of service bosquee
Cara lain melayarkan kapal selam secara ‘senyap’ bisa dilakukan lewat Selat Sunda, kemudian berlayar menyusuri Pantai Barat Sumatera.
________________________________________________
Waduh….
Berarti lebih mudah masuk wilayah Indonesia daripada lewat selat Malaka???
Pasang Ribuan Ranjau Bawah Laut kyk Film Hunter Killer
Selat Sunda merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia( ALKI ) satu dr 3 Alki d Indonesia…Alki sendiri sudah d atur dlm UNCLOS.dan fungsi Alki adalah alur yg menghubungkan dua samudra d Utara dan Selatan Indonesia dan secara internasional merupakan jalur resmi.itu sbenarnya kekalahan diplomasi Indonesia waktu itu…shingga lewat Alki kapal2 asing berhak lewat..nah…tugas kita saat ini adalah mengawasi ketat lalu lintas d ke 3 Alki kita…
yang boleh lewat ALKI termasuk kapal perang kah? atau kapal transportasi aja?
Film jangan di samakan dgn realita bung… Kalau kena kapal sipil, siapa mau tanggung jawab?