RBS-15 MK3: Rudal Anti Kapal Untuk KCR Klewang Class TNI AL
|Jagad sista rudal anti kapal untuk TNI AL bakal bertambah lagi, pasalnya di bulan Agustus 2014, TNI AL telah resmi memesan 4 unit KCR (Kapal Cepat Rudal) Klewang Class dari PT. Lundin Industry Invest (North Sea Boats). Nah, melengkapi Klewang Class yang berdesain trimaran adalah rudal anti kapal RBS (Robotsystem)-15 MK3 buatan dua manufaktur senjata asal Eropa Barat, yakni Saab Bofors Dynamic, Swedia dan Diehl BGT Defence, Jerman.
Baca juga: KRI Klewang – Andalkan Desain “Ikan Cucut” Serta Stealth Capabilities
Awalnya, KCR Klewang Class yang seri perdananya KRI Klewang 625 akan dipasangkan rudal anti kapal buatan Cina, C-705. Namun, karena platform dan teknologi sensor serta lambungnya mengadopsi besutan Saab, maka kemudian sistem senjata dan radar pun akhirnya mencomot produk yang dibuat oleh Saab. Untuk rudal anti kapal, KCR Klewang Class akan dibekali 4 unit peluncur rudal RBS-15 MK3 pada tiap kapal. Seperti halnya rudal Exocet MM38/MM40, rudal C-802, dan rudal C-705, RBS-15 diluncurkan dengan pola menyamping, bukan VLS (vertical launch system) seperti rudal Yakhont di Van Speijk Class TNI AL.
Dari kategori, RBS-15 adalah rudal multi platform, artinya dapat diluncurkan dari kendaraan di darat (truk), aneka jenis kapal perang, dan pesawat tempur. Meski varian perdananya lebih muda dari MM38 Exocet, namun RBS-15 MK1 sudah mulai digunakan AL Swedia pada tahun 1984. Kini yang bakal diadopsi TNI AL adalah varian terbaru dan paling canggih, RBS-15 MK3. Dari spesifikasi, RBS-15 MK3 masuk kelas rudal jelajah yang pola operasinya fire and forget.

Untuk varian yang diluncurkan dari kapal perang, RBS-15 MK3 bisa dipasang mulai dari kelas frigat, korvet, sampai level kapal cepat. Salah satu kemudahan yang ditawarkan adalah kemudahan dalam integrasi ke CMS (combat management system) dan dapat dioperasikan secara stand alone, atau bisa juga secara full integrated architecture.
Sebagai rudal anti kapal berkemampuan jelajah, RBS-15 MK3 bisa bekerja dengan pola beyond the horizon operation, pasalnya jangkauan rudal ini bisa tembus diatas 200 Km. Untuk melibas sasaran di balik cakralawa, RBS-15 MK3 dapat bermanuver diantara beberapa pulau, hal ini berkat sokongan teknologi navigasi 3D multiple waypoint. Dengan multiple waypoint, menjadikan arah dan alur gerakan rudal lebih sulit terdeteksi oleh lawan.
Meski berasal dari lingkungan produksi yang berhawa dingin di Swedia, tapi Saab merancang rudal ini untuk dapat beroperasi optimal dalam cuaca panas dengan suhu gurun di kisaran 40 derajat Celcius. Juga tak ada kesulitan untuk meluncur dalam cuaca dingin dan berkabut dengan suhu -22 derajat Celcius.
Untuk meluncur ke sasaran, RBS-15 mengandalkan seeker berupa high resolution active radar Ku band dan radar altimeter, sementara untuk setup navigasi menggunakan kombinasi GPS (Global Positioning System) dan INS (Inertial Navigation System). Untuk memburu sasaran, RBS-15 MK3 mengusung kecepatan subsonic 0,9 Mach. Untuk urusan bobot, RBS-15 MK3 terbilang bongsor dengan panjang 4,35 meter, dan berat rudal saat mengudara yakni 630 Kg, sementara berat jika dihitung dengan booster mencapai 800 Kg.
Dapur pacu rudal ini ditenagai mesin TR60-5 variable thrust turbo jet buatan Microturbo (Turbomeca). Karena menggunakan mesin jet, maka sudah keharusan bila rudal ini dilengkapi fuselage dengan diameter lubang 0,5 meter. Dalam skema operasi, saat pertama lepas dari peluncur, rudal akan dibantu oleh dua booster motor. Saat keluar dari tabung peluncur, sirip rudal dalam keadaan terlipat, sesaat setelah mengudara sirip akan mengembang dengan lebar 1,4 meter.




Untuk mengelak dari pendeteksian, RBS-15 MK3 dirancang untuk tidak mudah terendus penjejak dari infra red dan radar cross section. Saab juga telah mempersiapkan RBS-15 MK3 bila menghadapi chaff yang ditebar kapal sasaran, plus dapat menangkal jammer aktif, decoy, serta perangkat perang elektronik lainnya. Sistem komputernya dapat mengatur kerja sensor untuk menghadapi situasi tak terduga lewat missile engagement planning system (MEPS). Semisal untuk menghindari terjangan kanon CIWS (Close In Weapon System), rudal akan bermanuver tinggi dan melaju secara sea skimming (terbang rendah di atas permukaan laut). Hulu ledak yang dibawa seberat 200 Kg HE (High Explosive) fragmented warhead.
Selain digunakan AL Swedia, RBS-15 MK3 saat ini telah digunakan oleh AL Jerman, AL Finlandia, dan AL Polandia. Di AL Swedia, RBS-15 MK3 sudah terpasang di korvet stealth Visby Class. Sedangkan AL Jerman sejak tahun 2005 memasang RBS-15 MK3 di korvet K130, dan AL Polandia memasang rudal ini di kapal cepat Orkan Class. Dalam paket jualnya, pihak Saab menjamin dukungan service hingga usia pakai 30 tahun. Bila RBS-15 MK3 jadi digunakan TNI AL, maka Indonesia menjadi pasar pertama rudal ini di Asia.


Selain bakal diadopsi untuk KCR Klewang Class, RBS-15 MK3 kabarnya juga akan diproyeksikan untuk dapat diluncurkan pada platform Bonefish USV (Unmanned Surface Vessel). Meski dibekali beragam sensor dan kemampuan jelajah yang cukup meyakinkan, sayang kecepatan rudal ini belum masuk level supersonic. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi RBS-15 MK3
- Length : 4,35 meter
- Fuselage diameter : 0,50 meter
- Wingspan : 1,4 meter
- Weight (in flight) 630 kg
- Weight (w. boosters) 800 kg
- Seeker : Active radar
- Speed : 0,9 Mach (subsonic)
- Range : >200 km
- Trajectory : Multiple 3D waypoints
Yey akhirnya keluar juga,……
Min, kenapa arah semburan roketnya dibuat ke samping nggak lurus ke belakang?
Nampaknya terkait dengan urusan bobot rudal yg bongsor dan sisi aerodinamika #mungkin 🙂
Jooooosss…Lebih manteb dari C-705 😎
Min, harga per unit rudah ini berapa USD ??
Untuk harga belum ada informasi yang dirilis, namun harga biasanya bisa berbeda utk tiap pembeli, mengingat terkait dengan sistem paket.
Mantap, semoga semua KCR pake rudal ini, ini lebih mantap daripada C-705 !!
rudal ini kecepatan terlalu rendah…jadi mudah dihadang ciws…ciws sekelas ak730 dengan kecepatan tembakan/menit yang tinggi…masih ada harapan untuk merontokkan rudal subsonic…pertempuran masa depan bahkan akan meninggalkan rudal supersonic diganti hipersonic
tidak terdeteksi/mengecoh lebih utama daripada kecepatan, dan paling cangih adalah punya keduanya
gak terdeteksi???gak yakin ane….meski ada pengecoh…hujan peluru ciws membuat tembok pertahanan udara akan hancurkan juga rudal ini….beda dengan supersonic/hipersonic…meski terdeteksipun…kita sudah terlambat lakukan reaksi pertahanan…karena hipersonic sudah nyampe duluan sebelum kita sadar
Halah, kalo rudal subsonik semudah itu dihajar ciws tomahawk US udah pensiun mas….. Tuh lihat USS Stark, ke hajar Exocet, padahal ada phalanx yang sekelas AK-630 plus SM-1MR Medium SAM
mending kcr pakai c803
Min ni rudal khusus buat klewang class doang ya
Yang sudah kelihatan sih begitu, tp nanti juga akan dicoba di USV Bonefish
RBS15MKIII ini harganya sktr usd 4jt lebih mahal drpd harpoon atau yakhont yg cuma usd 3jt-an. Keunggulannya ada di radar dan profil terbangnya yg rendah (rekor masih dipegang exocet), juga bahan peledaknya yg mencapai 200kg. Strategi taktik rudal cina memang hebat, speed tinggi disaat akhir, namun urusan radar dan elektroniknya kurang reliable (kabarnya C705 jauh lebih baik drpd C802). Kapal perang hanya bisa mendeteksi kehadiran rudal seaskimming spt RBS15, exocet, atau C705 sktr 40km itu artinya waktu reaksi sktr 50detik, itupun dg catt radar kapal menyala, padahal kapal perang tak bisa seenaknya menghidupkan radar krn itu berarti membuat musuh tahu posisi kapal tsb.
Info yang menarik, terima kasih sudah share disini 🙂
YUPP BETULL BUNG
waduhh nambah kapal lagi nih, yg udah ada ja pd gada solarnya ntar gimana tuh?
jangan bicara solar lah…nanti bercucuran air mata….uang berlayar+sandar kapal aja cuma 6000 rupiah…ente mau dikasih segitu???hi hi
Min,.. beli nih rudal ada tot nya gak?
Belum ada update info soal ToT, biasanya ToT baru keliatan baunya jika nilai kontrak pembeliannya cukup seksi di mata penjual.
kalau rbs dipakai…kita wajib minta tot sistem seeker/pemandu aja…soal roket boleh pakai r han dan turunan lainnya…dari dulu kita belum mampu buat sistem control kendali dan electronicnya….tot c705 itupun kayaknya gagal
Bener om real warrior
C705 keliatannya gagal.
Coba tot sama saab ini, bisa apa nggak ya?
wah keren banget
Gak mungkin ini rudal ecek-ecek,buktinya Jerman yg industri alutsista’nya hebat masi mau pake….
Kasian tuh KRI-Mandau cs nama’nya KCR tapi rudal’nya sudah ngobos….
hahahaha…..