Raytheon Kembali Produksi Rudal FIM-92 Stinger, Pensiunan Karyawan Berusia 70 Tahun Dilibatkan

Tidak berapa lama sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022, telah muncul gagasan untuk memproduksi kembali rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence Systems) FIM-92 Stinger. Gagasan tersebut tentu didasari klaim bahwa Stinger dipandang ampuh untuk menghadapi jet tempur dan helikopter Rusia yang terbang rendah.

Baca juga: Muncul Opsi Buka Kembali Jalur Produksi Rudal FIM-92 Stinger, Ini Kata Produsen

Ribuan FIM-92 Stinger pun telah disalurkan ke militer Ukraina. Namun, yang menjadi persoalan, sudah lebih dari 20 tahun Stinger tidak lagi diproduksi, sementara pamor rudal panggul yang ngetop di tangan pejuang Mujahidin itu terus bersinar. Selain dipasok oleh Amerika Serikat, aliran Stinger ke Ukraina juga berasal Lithuania, Estonia dan Jerman. Kiriman ribuan Stinger (dari AS ditaksir mencapai 2.000 pucuk), menjadikan stok rudal yang sudah tak diproduksi itu kian menipis.

Dikutip dari defenseone.com (28/6/2023), Raytheon dikabarkan telah memanggil pensiunan insinyur untuk mengajari karyawannya cara membuat rudal Stinger dengan menggunakan cetak biru yang dibuat selama pemerintahan Presiden AS Jimmy Carter.

Ini adalah contoh terbaru dari perusahaan swasta yang bekerja untuk meningkatkan produksi senjata yang sekarang sedang dibutuhkan, namun belum dibeli Pentagon selama beberapa dekade.

“Stinger sudah tidak diproduksi selama 20 tahun, dan tiba-tiba dalam 48 jam pertama setelah perang Ukraina, Stinger muncul sebagai ‘bintang pertunjukan’ dan semua orang menginginkan lebih,” kata Wes Kremer, presiden divisi Raytheon RTX, selama wawancara di Paris AirShow 2023.

FIM-92-Stinger (Foto: istimewa)

Amerika Serikat telah mengirim hampir 2.000 rudal pencari panas ke Ukraina, yang telah menggunakannya untuk menembak jatuh pesawat Rusia. Dan pemerintahan Joe Biden mengatakan minggu ini akan mengirim lebih banyak lagi Stinger ke Ukraina.

Ketika Angkatan Darat AS memesan 1.700 Stinger pada Mei 2022, Pentagon mengatakan rudal tidak akan dikirim hingga 2026. Kremer mengatakan akan memakan waktu sekitar 30 bulan bagi Stinger untuk mulai diluncurkan dari jalur produksi, hal itu terutama karena waktu, yakni diperlukan waktu untuk mendirikan pabrik dan melatih karyawannya.

“Kami membawa kembali pensiunan karyawan yang berusia 70-an tahun untuk mengajari karyawan baru kami cara membuat Stinger,” kata Kremer. “Kami menarik alat uji dari gudang dan menghilangkan sarang laba-laba.”

Tantangan lain, sistem elektronik yang digunakan dalam rudal Stinger sudah usang, kata CEO Raythein RTX Greg Hayes. “Kami mendesain ulang kartu sirkuit dan mendesain ulang beberapa komponen dan itu membutuhkan waktu lama,” kata Hayes.

Rudal Stinger dioperasikan pasukan Italia.

Sementara para insinyur saat ini sering menggembar-gemborkan pencetakan 3D (3D printing) dan otomatisasi sebagai cara untuk mempercepat proses pembuatan, tapi hal itu tidak mungkin dilakukan dengan Stinger — karena melakukan hal itu tidak hanya berarti mendesain ulang senjata, tetapi juga menjalani proses sertifikasi senjata yang panjang.

Baca juga: Sudah Punya Ribuan Rudal Stinger, Taiwan Datangkan Lagi Paket FIM-92 Stinger Senilai US$500 Juta

“Anda harus mendesain ulang seluruh pencari untuk mengotomatiskannya,” kata Kremer. Itu berarti mereka harus membuat Stinger dengan cara yang sama seperti yang mereka buat empat dekade lalu, termasuk memasang kerucut hidung rudal dengan tangan. (Gilang Perdana)

5 Comments