Raytheon AN/MPQ-64 F1 Sentinel, Radar Intai Pada Sistem Hanud NASAMS
|Dalam kontrak pengadaan dua baterai sistem hanud NASAMS (National Advanced Surface-to-Air Missile System) pada tahun 2017, dipastikan Indonesia nantinya akan juga mendapatkan unit radar AN/MPQ-64 F1 Sentinel X band 3D. Radar tersebut nantinya akan ditempatkan dalam kendaran taktis 4×4 dan akan melekat langsung pada penggelaran sistem NASAMS yang nantinya bakal dioperasikan Detasemen Pertahanan Udara Paskhas TNI AU. Radar buatan Raytheon ini mengandalkan resolusi tinggi dan pancaran sinyal tiga dimensi.
Baca juga: Sistem Hanud NASAMS Kini Bisa Luncurkan Rudal AIM-9X Sidewinder
Dirunut dari spesifikasinya, AN/MPQ-64 F1 Sentinel dirancang secara otomatis untuk mendeteksi, melacak, mengidentifikasi, mengklasifikasikan dan melaporkan ancaman di udara. Radar ini menyediakan data posisi dan kecepatan tiga dimensi pada setiap ancaman yang terdeteksi, tanpa perlu dukungan radar khusus. Kemampuan deteksi dan pelacakan ini menyediakan data penargetan ke unit FDC (Fire Distribution Center).
Sebagai unit yang bersifat mobile, sistem radar dapat digelar dalam hitungan menit. Dalam teorinya, steling radar membutuhkan waktu 15 menit, namun dengan dua kru yang terlatih, penyiapan radar ini bisa dtekan hanya 10 menit saja. Tidak diperukan dukungan peralatan dan kru tambahan untuk deployment radar ini. Setelah kedua kru rampung dalam instalasi, selanjutnya kedua kru berperan sebagai operator dan satu kru lain bertindak sebagai maintainer.
MPQ-64F1 menyediakan data penargetan pra-peluncuran yang akurat dan pembaruan jalur pada peluncuran rudal AIM-120 AMRAAM.Radar ini mengusung frekuensi radar X band, 3 dimensional pencil beam, range-gated pulse doppler dan phase and frequency scanning. Dan electronic back-scan dilakukan pada kecepatan 20 dan 30 rpm. Sudut penampang radar ada di rentang -10 hingga 55 derajat dengan azimuth 360 derajat. Bicara tentang jangkauan? AN/MPQ-64 F1 dapat mendeteksi sasaran dari jarak 120 km lebih.
Baca juga: Belum Termasuk Rudal AMRAAM, Kontrak Pengadaan NASAMS Untuk Indonesia Bernilai US$77 Juta
Dalam plaform yang ditawarkan oleh Kongsberg selaku integrator, adalah rantis Mercedes-Benz G-Class (4 Γ 4). Kendaraan dengan kemampuan offroad ini memang terbilang handal, namun belum tentu Mercedes G-Class ini yang nantinya dipilih oleh Indonesia sebagai platform radar NASAMS, pasalnya Kongsberg menyediakan pilihan seperti penggunan jip Land Rover, Iveco dan lain sebagainya. (Gilang Perdana)
kapan nih datangnya.gak sabar nunggu payung udara nyampai dan di tes
Tahun 2021.
Bung tn OOT nih kira2 tni positif ngambil poseidon gak ya nanti? @Tukang Ngitung, PhD
Spesifikasi tak jauh berbeda dengan Giraffe AMB & GM200. AESA, X Band, resolusi besar, jangkauan radar 120 km & 360Β°
Giraf AMB, C band bos…sementara GM 200, S band dg jangkauan deteksi yg lebih jauh π€·.
Tapi keduanya bukan radar Aesa lho π€
Giraffe AMB multirole karena punya fitur surface tracking & targeting yang bisa digunakan oleh MRLS, long range ATGM maupun SPH sedangkan Sentinel dan Groundmaster 200 air defense murni
Kalo giraffe AMB saja bisa bisa buat counter artileri…..maka radar sentinel yg X band pun pasti bisa melakukan hal yg sama @om faris
Khusus GM200 dari Thales sendiri tidak pernah diposisikan sebagai multirole radar.
Arhanud TNI AD mengoperasikan 2 radar Thales yaitu GM200 buat Starsreak dan Centro 250 buat Forceshield. Justru Centro 250 yang dipromosikan Thales sebagai multirole radar karena memiliki kemampuan C-RAM dan surface tracking & targeting. Khusus Sentinel saya tidak tahu apakah memiliki fitur yang sama seperti dimiliki Centro 250 maupun Giraffe AMB
Yang jelas pemakaian Giraffe AMB sebagai multirole radar tidak terbantahkan lagi
Singapura menemani Iron Dome & Himars
Swedia buat RBS17
Brasil untuk Astross
Bukan Centro 250 tapi Centro (Controlmaster/CM) 200
Prinsipnya sederhana om faris π€·
Radar yg ideal (atau punya fitur tambahan) sbg counter locating battery yalah memiliki kapasitas update data sasaran tiap 1 detik sekali βοΈπ»
Mari kita lihat beberapa jenis radar diatas (giraffe amb “c band”, CM 200 “s band” dan sentinel”x band”) π΅οΈ
Ada rule of thumb begini: “Anggaplah” 3 radar ini kemampuan diteksinya setara, maka radar yg berfrekuensi lebih tinggi (x > c> s), sosok dan bobotnya lebih rendah dibanding radar berfrekuensi lebih rendah π
Radar yg lebih ringan bisa berotasi lebih cepat (1 rotasi perdetik) sehingga bisa memberi update data tiap 1 detik sekali ππ»
Lalu kita bisa lihat dari brosur masing2 speknya : AMB bisa berotasi tiap detik….tapi GM200, karena sosok dan bobotnya lebih besar, pasti tidak sanggup memberi update data tiap 1 detik (1,5 detik atau 2,5 detik : saya lupa π) —-> artinya dia bisa memiliki fitur “sense & warning”, tetapi kemampuan itu terdegradasi jika dibandingkan dg radar frekuensi lebih tinggi ( gak sebaik sentinel atau AMB) ππ».
Kalo sentinel sendiri yg bisa fokus pada target tanpa perlu berotasi (utk konteks counter floating battery), update datanya pasti lebih cepat (kurang dari 1 detik)….saya kurang memperhatikan fitur2 nya sentinel, tapi hampir bisa dipastikan bhw dia punya fitur/kemampuan tambahan sbg “sense&warning radar”, meskipun Nasams tidak diperuntukkan sbg CRAM krn rudalnya sangat mahalπ₯
Nanti kalo nemu linknya, saya upload disini π€π€π€
Trims banget atas ilmunya.
Centro200 alias CM200 sejatinya GM200 dengan peningkatan RPM juga peningkatan resolusi dengan penambahan modul ControlView C2. Giraffe AMB juga punya RPM lebih tinggi dibandingkan GM200
Naaaaah, ketemu juga petikannya @om faris FM….mongoooo ππ»
“Sentinel is undergoing modifications to further enhance its detection, classification, identification and reporting capability against UAS, RAM and cruise missiles. Additional hardware modifications will include the upgrade of the Signal Data Processor and transition to Active Electronically Scanned Array technology.”
Trims berat infonya
Intinya Sentinel dengan beberapa modifikasi bisa dialih fungsikan menjadi multirole radar seperti Centro200 & Giraffe AMB
Tambahan tentang RPM GM200 & CM200 (dari pdf brosur Thales bahasa Indonesia)
GM200 surveillance mode 20 rpm
CM200 low risk engagement mode 40 rpm & high risk engagement 60 rpm
Senang banget bisa berdiskusi dengan anda bung situngkir
Mantap diskusi seru tentang radar. Ikut menyimak ya!
Waoww π±π±π±…saya baru ngeh kalo thales sdh membuat varian CM-200 yg rpm nya lebih tinggi, suwun infonya om ππ»
Ini bisa dilakukan dg mengganti antenenya dg tipe antena AESA shg bobotnya lebih ringan (dan bisa berputar lebih cepat), atau dg mempertahankan tipe antene yg lama tapi telah “didownrate” kemampuan jangkauan deteksinya dg memperkecil ukuran antenenya shg dg sendirinya bobotnya lebih ringan (dan bisa berotasi lebih cepat) π€
Memguprate/mendownrate kemampuan deteksi radar lumrah dilakukan utk menyesuaikan kebutuhan user, seperti varian radar NS-100 pesanan singapur (utk LMS), dimensinya dibuat lebih ringkas spy muat dalam kubah radar, dg konsekuensi, jangkauan deteksinya sedikit melorot….atau sebaliknya, varian radar GM-400 pesanan jerman yg diuprate, shg jangkauan deteksi bertambah “nyaris” 200 km (nm ?????) π€π€π€
Yup CM200 sudah AESA
Centro200, CM200, GM200 bikin bingung apakah 3 radar tersebut berbeda.
Rudal AIM 120C7 jika ditembakan dari udara ke udara dapat menempuh jarak 120 – 150 km. Jika ditembakkan dari darat ke udara jaraknya jadi sepertiganya, yaitu 40 – 50 km.
Rudal AIM 9X jika ditembakan dari udara ke udara dapat menempuh jarak 35 km. Jika ditembakkan dari darat ke udara, jaraknya jadi sepertiganya yaitu 11 – 12 km.
Radar yang dibahas di atas jarak deteksi 120 km.
Saya mengendus kemungkinan kalo AU dan AD akan menggunakan platform peluncur yang sama yaitu NASAMS 2 dengan alasan komonalitas suku cadang. Walaupun platform peluncur sama, rudal yang digunakan akan berbeda. AU akan menggunakan AMRAAM AIM 120 C7 sebagai rudal GBADnya. Sedangkan AD akan menggunakan AIM 9X sebagai rudal GBADnya.
Imposibel ada matra yg sama2 menggunakan sistim rudal nasams, tapi rudalnya berbeda πππ
Lalu apa bedanya nasams dg dilengkapi rudal Aim-9X doang dengan rudal vshorad π€·
Jelas beda dong, Aim-9 jenis shorad bukan vshorad, setipe dengan VL-MICA
Apakah aim-9x punya booster seperti pada varian rudal VL π€·….@martabak
@martabak
Anda benar dg data tsb….tapi saya mengutip dari komen tuan ngitung diatas “Rudal AIM 9X jika ditembakan dari udara ke udara dapat menempuh jarak 35 km. Jika ditembakkan dari darat ke udara, jaraknya jadi sepertiganya yaitu 11 β 12 km”
Poin dari komenan saya diatas, adalah : rasanya mubazir kita beli “sistim rudal” yg menawarkan payung udara berlapis (jarak medium dan pendek), tapi kita hanya manfaatkan payung udara jarak pendeknya saja π€·
Kalo alasannya demi pengehematan biaya…lalu dibandingkan dg apa π€
Sistim Vshorad seperti mistral atau rbs-70 ng misalnya, bisa dipadankan dg radar X band giraffe 1X sbg radar pengkoordinasi penembakan….sifatnya portabel, sangat mobile dan pastinya lebih murah dibanding radar sentinel (tentu saja sifat rudal vshorad vs shorad nya tidak bisa dibandingkan apple 2 apple)….imho π€
kalau baca yang benar pak, setipe !!!
bukan sama persis
Amit-amit….galak amat π¬π¬π¬
Nasams menurut saya sistem yang sangat menarik, karena secara fleksibel bisa sebagai Hybrid SHORAD dan MERAD.
karena aim-9 dan aim-120 mempunyai kemampuan dan kelebihan masing-masing.
Bandingkan dengan sistem lainnya, harus membawa 2 sistem (Shorad dan Merad), contoh mbda, harus bawa peluncur Aster dan Mica agar bisa menyamai karakteristik Nasams.
demikian juga Rusia harus bawa 2 sistem, misal buk atau pantsir dan Sosna
TNI AD lebih butuh rudal buat SPAA serta rudal dengan kemampuan C-RAM daripada yang beginian.
Cocoknya Tor M1 buat SPAA, point defense ataupun C-RAM bisa. Hit rate gede hingga 90%. Tentara Rusia sendiri lebih memilih Tor daripada Pantsyr maupun Tungushka
“….menggunakan platform peluncur yang sama yaitu NASAMS 2, akan menggunakan AIM 9X sebagai rudal GBADnya”
Opini diatas βοΈπ», ibarat beli kulkas 4 pintu tapi cuma buat nyimpen baju…π£π£π£
Kemungkinan masuk akal komentarnya, aim-9 memiliki beberapa keunggulan dari aim-120 yaitu manuvernya yang sangat ekstrim, cocok sebagai pelindung pasukan AD, vshorad dan shorad amat penting. harga aim-9 pun jauh lebih murah dari aim-120
User friendly serta easy to use seperti mica dan spyder
Test kalo da bisa nembak f35 dr jarak 5 km ketinggian 1km.. beli dah
Bisa bos….tapi gak dijamin kenaknya πππ
Kalo bisa platfrom radar pake komodo mantep tuh kalo ngga sherpa juga gpp π
Malah mengurangi mobilitas krn terlalu berat bos π€·
Ini sistim rudalnya dirancang mudah dimobilisasi dg herkules….kecuali yg versi launcher 6 rudal yg digotong dg platform truk
Ambil hikmahnya saja. Beli sentinelnya 4 biji. 1 biji bawa ke lab buat dibedah DI, Pindad, Lapan, dan Prof. Josaphat. Setelah itu copy paste aja, biar cepat produksi. Sukur2 bisa di modif buat di install di kaprang, pespur, AWACS lokal atau lain2 nya..
Tak semudah itu, butuh biaya dan niat yang amat besar agar bisa reverse-engineering seperti china dan iran. apalagi Alutsista rumit seperti rudal dan elektronik.
contohnya rudal lawas SA-2 Guideline dan MiG-21, sampai sekarang tidak bisa menguasai, padahal sudah dibongkar sana-sini bahkan masuk lab di ITB.
bandingkan dengan china, sudah menguasainya sejak dulu, sekarang sudah banyak keturunanya.
Tidak hanya niat, juga biaya yang amat besar, jauh lebih mahal dari harga belinya.
Butuh patriot cerdas yang idealis
Saya sangat setuju dgn pendapat @martabak. Bahwa butuh biaya dan niat yg sangat besar, tapi dari negara. Selama ini saya perhatikan, dua hal ini tidak ada di dalam pemerintahan kita sejak dulu. Lebih senang beli jadi. Untuk SDM saya yakin Indonesia tidak akan kesulitan. Sebut saja Prof Habibie, sang bengawan aeronautica, Prof Josafat, ilmuwan radar kelas dunia, Prof Kaharuddin, maestro perkapalan, dll yang mungkin tidak saya ingat. Intinya, apakah pemerintah mempunyai tekad, determinasi, dan integritas untuk memajukan penguasaan teknologi militer demi kemandirian bangsa.
Harus mawas diri, chauvinisme dan nasionalisme itu berbeda jauh..
Lihat progress R-Han dan rudal cina…
Mungkin klo lbh mumpuni bisa di tempatkan di ranpur anoa. Yg memiliki olah gerak lbh baik. Krunya bisa lbh terlindungi.
Komodo mungkin lebih pas, karena sama sama 4×4
Soal hanud Indonesia masih mengecewakan …..
pengenx hanud rongsokan kyk S-400 bisa kena embargo oleh US berupa pengurangan impor dr indonesia jd cuma us menerima byk impor dr indonesia jd slogan rusia setrong anti embargo tdk berlaku lg, beli alutsista dr rusia kena embargo tanya majikanmu rusia & china hingga kini masih proteksi pasar mereka bg indonesia
Beli senjata kok yang lain ngiri dan seenaknya ngancam embargo. Majikanmu tuh dajjal dengki dan iri hati
Ribut amat. Pembelian alutsista terutama rudal faktor penting adalah cocok baik harga, kebutuhan & kondisi lapangan
Dan juga doktrin.
Ada lho dijelaskan di artikel tentang AIM-9X di NASAMS tentang mengapa Contoh Buk tidak dipilih oleh TNI-AU cocok diharga & kebutuhan tapi tidak cocok di kondisi lapangan dimana Indonesia penuh hutan & pegunungan serta kondisi cuaca basah
Ehem,
Gue yakin yang pakai nickname Radien ini adalah Smilinghari.
Mengapa untuk AD saya bilang walau pakai platform NASAMS tapi cuma pakai AIM 9X saja ?
Setahu saya AD hanya dibatasi rudal arhanudnya sampai dengan jarak 25 km saja.
Jadi kalo AD pakai AIM 120 C7 artinya melampaui wewenangnya.
Jadi saya mengendus bakal ada akuisisi NASAMS dan AIM 9X oleh AD juga. Penggunaan NASAMS dan AIM 9X yang saya prediksi bakal digunakan oleh AD untuk pertahanan pangkalan dan objek vital lainnya.
Sehingga dengan penggunaan NASAMS oleh AD bakal menyingkirkan BAMSE dan Iron Dome sebagai calon arhanud AD.
Betul pak, fungsi hanud AD hanya sebatas melindungi pasukannya saja sedang perlindungan udara penuh adalah wewenang TNI-AU
namun kelihatanya TNI-AD hanya mentok di VSHORAD saja, karena kondisi alam Indonesia yang banyak hutan, rawa, bukit dan gunung.
kecuali keuangan negara berlebih dan ganti doktrin dari defensif ke ofensif lain lagi ceritanya
Hayo loooooo, keterangan saksi berubah-ubah….enggak jadi beli sistem nasams yg dipasangin rudal aim-9x doang πππ
Berubah gimana mas Smili ?
AD menurut saya memang bakal beli NASAMS dengan rudal AIM 9X.
Operasional mungkin kolaborasi dengan AU.
Misal :
radar sentinel ditaruh di somewhere di tempat tinggi di sekitar Magelang bersama 2 peluncur NASAMS AIM 9X untuk melindungi Akmil. Radar tersebut bisa memantau daerah utara sekitar Semarang yang juga dipasang 2 peluncur NASAMS AIM 9X untuk melindungi lanud A Yani dan Makodam Diponegoro. Pantauan radar juga bisa ke selatan ke DIY dan Solo yang dipasang masing2 ada 2 peluncur NASAMS dengan AMRAAM AIM 120 C7 untuk melindungi pangkalan AU dan bandara di Yogya dan Solo.
Saya tidak tau berapa jarak maksimal antara radar sentinel dg satuan tembaknya tuan ngituuuuung πππ
AIM-9X juga bisa dipakai oleh helikopter Apache
Mas smilling apa gk nama lain toh mas???? πββοΈπ€¦ββοΈ
lebih baik beli AIM-9X Sidewinder nya dulu pak, kebutuhan F16, TA-50, Hawk109 dan Hawk209 aja kurang, malah mikir beli baru buat NASSAM . kebutuhannya hampir 300 ratusan lagi jumlahnya, ntar bisa ada pesawat yang ngga keisi hardpointnya malah keisi sama dumb bomb.