Ranjau Dasar Laut Pengaruh, Jebakan Penghantar Maut Bergaya Torpedo
Meski sebatas prototipe, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) sejak tahun 2009 telah melansir jenis SLMM (Submarine Launched mobile Mine). Resminya pihak Dislitbangal menyebut ranjau ini sebagai “Ranjau Dasar Laut Pengaruh.”
Baca juga: SLMM Changbogo Class – Sang Ranjau Pembunuh dari Kedalaman Laut
Mungkin namanya masih terdengar asing, ya karena ranjau ini berbeda konsep dengan gelaran ranjau yang ada di permukaan laut. Disebut ranjau “pengauh”, karena ranjau ini aktivasinya dipicu dari pengaruh akustik dan mekanik. Sedangkan ada kata “dasar laut,” karena ranjau ini statusnya berada (ditempatkan) di dasar lautan.
Bagaimana cara kerja Ranjau Dasar Laut Pengaruh (RDLP)? Ranjau ini dilepaskan dari kapal selam lewat tabung peluncur, RDLP dapat diarahkan menuju area atau target penjebakan, semisal di teluk, selat atau dermaga. Bila RDLP telah sampai di area target, selanjutnya RDLP akan ‘tidur atau berbaring’ di dasar laut.
Nah, RDLP yang dilengkapi sensor magnetic, sensor seismik, induction coil dan hulu ledak, akan mendeteksi secara otomatis pergerakan target yang melintas di atasnya. Target bisa di setting untuk menghajar kapal selam atau kapal permukaan. Bila saatnya tiba, target telah dikunci oleh sistem TDD (target detection device), maka RDLP akan ‘bangun’ dari tidurnya dan siap melibas target langsung dari dasar laut tanpa disadari kehadirannya oleh lawan.
RDLP mungkin menjadi ranjau dengan bobot yang paling berat, yakni 1.000 kg, panjang keseluruhan 1,888 meter dan diameter 530 mm.Sementara untuk membawa efek hancur pada sasaran RDLP dilengkapi hulu ledak TNT 700 kg. Dengan desain laksana torpedo, RDLP dirancang untuk bisa dilepaskan dari kapal selam, namun bisa juga dilepaskan dari kapal permukaan. Detonatornya akan terpicu pada tekanan air sebesar kira-kira 0,2 atmosfir. Ranjau ini dipasang di dasar laut sedalam 30 hingga 60 meter.
Di luaran, RDLP sudah hadir dalam wujud yang jauh lebih canggih, salah satunya dengan dibekali tenaga penggerak (propeller). Ada beberapa SLMM di kaliber 533 mm, seperti BAE Stonefish, Sea Urchin, MR-80 dan TSM 3500. Rata-rata ranjau laut bergaya torpedo ini mampu berdiam diri di kedalaman maksimum 183 – 200 meter.
SLMM juga dapat ditamam di perairan dangkal, seperti Stonefish dapat bersiaga di kedalaman 5 meter. BAE Stonefish diproduksi oleh Inggris dan saat ini telah digunakan AL Inggris dan AL Australia. Di Australia, Stonefish dipasang pada kapal selam Collins Class. Sementara armada kasel AL AS populer menggunakan SLMM MK67 yang punya kaliber 485 mm. (Haryo Adjie)
Tinjauan Insiden Korvet KRI Pati Unus 384, Dimana Peran Sonar MG323 Bullhorn?
Mungkin ada baiknya jika kita buat tabel daftar semua protoype yg sudah dibuat dari drone, roket, rudal, bom, helikopter, kapal selam, radar atau peralatan apapun lalu dipublikasikan bagaimanapun itu wajib ditampilkan supaya anak cucu kita pun tahu bahwa kita pernah berusaha mandiri dan selayaknya bangga dengan kemampuan itu.
Min mo nanya, katanya indonesia mengesampingkan tawaran FDI dan lebih memilih pembelian frigat Admiral gorskov seperti punya Rusia untuk Renstra 2024-29?
Hanya akan menjadi another1001 prototipe karena perwira yang mau mendukung serta punya visi dan mampu mewujudkan visinya sangat jarang di TNI 🤭