Ranjau Dasar Laut Pengaruh, Jebakan Penghantar Maut Bergaya Torpedo

Tak lama lagi kapal selam KRI Nagapasa 403 (aka – Changbogo Class) bakal dilayarkan menuju Tanah Air, sebagai monster bawah laut nan modern, kapal selam produksi Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), Korea Selatan ini tak hanya bisa melontarkan torpedo dan rudal anti kapal, kemampuan lain dari kapal selam diesel listrik ini juga dapat menaburkan ranjau di behind enemy lines. Meski wujudnya masih protipe, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) sejak tahun 2009 telah melansir jenis SLMM (Submarine Launched mobile Mine).
Baca juga: SLMM Changbogo Class – Sang Ranjau Pembunuh dari Kedalaman Laut
Resminya pihak Dislitbangal menyebut ranjau ini sebagai “Ranjau Dasar Laut Pengaruh.” Mungkin namanya masih terdengar asing, ya karena ranjau ini berbeda konsep dengan gelaran ranjau yang ada di permukaan laut. Disebut ranjau “pengauh”, karena ranjau ini aktivasinya dipicu dari pengaruh akustik dan mekanik. Sedangkan ada kata “dasar laut,” karena ranjau ini statusnya berada (ditempatkan) di dasar lautan.
Baca juga: Ranjau Anti Helikopter – Jebakan Maut Untuk Infiltran
Bagaimana cara kerja Ranjau Dasar Laut Pengaruh (RDLP)? Ranjau ini dilepaskan dari kapal selam lewat tabung peluncur, RDLP dapat diarahkan menuju area atau target penjebakan, semisal di teluk, selat atau dermaga. Bila RDLP telah sampai di area target, selanjutnya RDLP akan ‘tidur atau berbaring’ di dasar laut.
Baca juga: Saab Koster Class – Kandidat Kapal Pemburu Ranjau Terbaru Untuk TNI AL

Nah, RDLP yang dilengkapi sensor magnetic, sensor seismik, induction coil dan hulu ledak, akan mendeteksi secara otomatis pergerakan target yang melintas di atasnya. Target bisa di setting untuk menghajar kapal selam atau kapal permukaan. Bila saatnya tiba, target telah dikunci oleh sistem TDD (target detection device), maka RDLP akan ‘bangun’ dari tidurnya dan siap melibas target langsung dari dasar laut tanpa disadari kehadirannya oleh lawan.
Dikutip dari situs tnial.mil.id (1/10/2009), RDLP mungkin menjadi ranjau dengan bobot yang paling berat, yakni 1.000 kg, panjang keseluruhan 1,888 meter dan diameter 530 mm.Sementara untuk membawa efek hancur pada sasaran RDLP dilengkapi hulu ledak TNT 700 kg. Dengan desain laksana torpedo, RDLP dirancang untuk bisa dilepaskan dari kapal selam, namun bisa juga dilepaskan dari kapal permukaan. Detonatornya akan terpicu pada tekanan air sebesar kira-kira 0,2 atmosfir. Ranjau ini dipasang di dasar laut sedalam 30 hingga 60 meter.

Baca juga: Tinjauan Insiden Korvet KRI Pati Unus 384, Dimana Peran Sonar MG323 Bullhorn?
Di luaran, RDLP sudah hadir dalam wujud yang jauh lebih canggih, salah satunya dengan dibekali tenaga penggerak (propeller). Ada beberapa SLMM di kaliber 533 mm, seperti BAE Stonefish, Sea Urchin, MR-80 dan TSM 3500. Rata-rata ranjau laut bergaya torpedo ini mampu berdiam diri di kedalaman maksimum 183 – 200 meter. SLMM juga dapat ditamam di perairan dangkal, seperti Stonefish dapat bersiaga di kedalaman 5 meter. BAE Stonefish diproduksi oleh Inggris dan saat ini telah digunakan AL Inggris dan AL Australia. Di Australia, Stonefish dipasang pada kapal selam Collins Class. Sementara armada kasel AL AS populer menggunakan SLMM MK67 yang punya kaliber 485 mm. (Haryo Adjie)
To admin..RDLP msh prototipe ? Hehehe kayak nya sudah bertugas deh
hoho terinspirasi inggris nih!!
bicara kapabilitas inggris saya trmasuk yg berharap bae yg jd pemenang dlm proyek pengganti parchim. apalagi s4 melihat proposalnx jd makin demen. benar2 paket komplet. tawaran saab swedia kalah bro!! sensor sonar bawah laut. korvet dgn kapabilitas opv + pemburu ranjau & yg terpenting teknologi yg wajib tni al punya yaitu degaussing untuk mengurangi efek magnetik
yang jago buat hull mounted sonar selain BAE system, ada perusahaan apa lagi ya?
@blangkon
Saya malah baru denger Bae bikin hull mounted sonar….????
Yang pasti ni: thales/prancis, atlas/jerman, kongsberg/norway, ultra Electronic/kanada, amerika juga tapi lupa namanya
dulu atlas dibawah BAE System sebelum dijual ke jerman/thyssenKrupp
@ayam jago
Jadi penasaran dg proposalnya Bae….monggo dibabar disini oom
Min, bahas tentang senjata untuk kfx/ifx dong
Senjata tentunya mengacu pada standar NATO. Oke usulnya ditampung dulu. Terima kasih 🙂
Ditunggu ya min
mau tanya lagi boleh gak…..???
Di TNI ranjau SLMM ini buatan mana apa buatan Inggris jg….???
Seharusnya dislitbang AL ,kerjasama dengan DI agar dana penelitian dan pengembangan lebih besar .Apalagi DI sudah punya pengalaman merakit terpedo . Disini jelas arah penelitian secara nasional tidak jelas,masing-masing jalan sendiri ,padahal dana dan sda masing masing tidak maksimal .Kalau disatukan saya yakin bisa di buat improve SLMM seperti negara lain .Karena jelas sumber daya manusia dan capital DI lebih mumpuni dari pada dislitbang AL .
@uling
bbrp garis besar dari proposal bae
1. jaringan sensor sonar bawah laut. bae menawarkan proven platform teruji di laut tengah & laut utara dgn multi type sonar dari sonar aktif, pasif, akustik & elektromagnetik dgn kapabilitas 3d & kecepatan tinggi via optic fibre dn dpt dprgunakn untuk deteksi gempa. tot yg ditawarkan yaitu integrasi (instalasi & kustomisasi) & lisensi sonar
2. river class 90m. bae menawarkan platform kaprang multirole dgn kapabilitas plug & play mulai asw corvette w/t torpedo & deep charge, opv serta mine hunter. solusi murah buat bakamla & tni al. tot bikin disini.
3. teknologi degaussing yg mampu mengurangi emisi elektromagnetik & akustik segala jenis kapal baik permukaan atopun kasel. cocok utk fungsi tempur dlm menghadapi ranjau & torpedo.
@ayam jago
Waoow….penawarannya sangat impresive!!
Tapi apakah sudah dianggarkan utk pengadaan jaringan hydrophone dlm waktu dekat ini bang….bukannya anggaran sdh terserap utk pengadaan PKR 3-4, CBG 3, minesweeper dll lengkap dg senjata&sensornya?
Kalo penawaran opv 90, bukankah damen jg punya desain sejenis yang basisnya mengambil dr desain kapal multipurpose?
Tinggal dikonfigurasi perlengkapan yang mau dibawa, karena bersifat modular.
Trus konsep Bae (opv-90) ini kan sebenarnya tidak didedikasikan sbg kapal penyapu ranjau, tapi sbg “tim advanced penyapu ranjaau” sebuah gugus tugas dlm misi ekspedisioner….sembari menunggu kedatangan kapal penyapu ranjau yang geraknya lamban, kapal ini bisa nyicil menggerakkan drone utk melakukan survey/pemetaan medan ranjau. Tentunya untuk tugas2 penyatuan ranjau, fungsi dedicated minesweeper tidak tergantikan.
Apabila memang AL menginginkan penawaran yang komprehensif, saab/swedia tentunya bisa mengakomodasi karena, mereka memproduksi jaringan hydrophone, minesweeper dan peralatan degaussing (polyamp)
@uling
pengadaan paket pengganti parchim sdh masuk bahasan di mabes tni apakah dipercepat ato tetap sesuai jadwal sblmnx yaitu tahun 2025. maunx tni al memang solusi terpadu untuk anti submarune warfare mulai pembangunan jaringan sensor & sonar bawah laut, asw corvette & degaussing. bhk dgn fungsi tambahan (non perang) berbagi tugas dgn bakamla sprt parchim sblmnx yg rolenx sejak dibeli tni al cenderung sbg gunboat patrol atawa opv bknnx asw corvette
tp memang proposalnx yg komprehensif & detail memang baru bae doang. apalagi dgn adanya tot teknologi sonar.
opv-90 bae fungsi pendukungnx memang mine hunter bkn mine sweeper. kondor class msh dipertahankan bhk ada rencana akan dimodernisasi peralatannx
bung admin. itu ranjau bisa bertahan di dasar laut berapa lama? karena ranjau jepang sejak pd 2 tetep masih menimbulkan ancaman pelayaran ampe sekarang.