Rampung Direkayasa, F-35A “Franken Bird” Kini Resmi Bertugas dan Siap Tempur

Kilas balik ke pertengahan bulan Desember 2023, jagad alutsista diramaikan dengan kemunculan F-35A “Franken Bird” – yang merupakan hasil rekayasa dari dua jet tempur F-35A yang rusak parah. Banyak yang tak menyangka, bahwa ‘bangkai’ dari dua jet tempur stealth F-35 Lightning II dapat disatukan, bukan sekedar disatukan untuk dibuat menjadi monumen atau pajangan di museum, lebih dari itu, bangkai tadi ternyata disatukan untuk dijadikan sebagai sebuah jet tempur ‘baru.’

Baca juga: F-35 “Franken Bird” – Hasil Rekayasa dari Dua Jet Tempur yang Rusak Parah

Dan satu setengah tahun berlalu, ada kabar lanjutan bahwa F-35A Franken Bird yang juga disebut “Frankenjet”, kini telah masuk dalam arsenal operasional Angkatan Udara AS (USAF) dan dinyatakan dalam kondisi siap tempur.

Franken Bird telah beroperasi penuh dan siap mendukung para pilot tempur kami,” kata sebuah laporan dari F-35 Joint Program Office (JPO) pada hari Rabu lalu.

Pesawat tempur daur ulang itu melacak asal-usulnya hingga tahun 2014, ketika sebuah F-35A yang akan lepas landas dalam misi pelatihan dari Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida mengalami “kegagalan mesin yang parah,” menurut laporan Angkatan Udara tentang insiden tersebut. Pesawat itu, yang dikenal sebagai AF-27, juga mengalami kerusakan besar di bagian belakangnya.

Potongan-potongan lengan rotor mesin yang retak “memotong casing kipas mesin, rongga mesin, tangki bahan bakar internal, dan saluran hidrolik dan bahan bakar sebelum keluar melalui badan pesawat bagian atas,” sebuah penyelidikan menyimpulkan. Kebakaran yang dihasilkan membakar dua pertiga bagian belakang jet tempur itu.

Pada insiden lain, pada tanggal 8 Juni 2020, roda pendaratan hidung (nose landing gear) pada F-35A lainnya, yang dikenal sebagai AF-211, gagal mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Hill di Utah, yang mengakibatkan kerusakan parah pada pesawat tempur itu.

Jadi, Angkatan Udara hanya memiliki dua bagian jet tempur senilai $75 juta yang masih bisa digunakan – hidung pada AF-27 dan bagian belakang pada AF-211.

“Daripada menganggap kedua jet itu sebagai kerugian … tim insinyur membuat keputusan berani pada tahun 2022 untuk melepas hidung dari AF-27 dan memasangnya pada AF-211 untuk memaksimalkan penghematan dan menambah kembali pesawat yang beroperasi ke armada,” kata laporan dari F-35 JPO.

Scott Taylor, kepala insinyur mekanik di Lockheed Martin, memaparkan upaya tersebut dalam perspektif dalam rilis berita tahun 2023.

“Semua bagian pesawat dapat dilepas dan dipasang kembali secara teoritis, tetapi hal itu belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Taylor. “Ini adalah F-35 ‘Frankin-bird’ pertama hingga saat ini. Ini adalah sejarah.” Pekerjaan itu dilakukan di Hill AFB, dengan “perkakas, perlengkapan, dan peralatan khusus yang benar-benar baru dan unik,” kata siaran pers Angkatan Udara tahun 2023.

Perbaikan yang memakan waktu hampir dua setengah tahun membuahkan hasil pada bulan Januari, ketika Frankenjet terbang untuk pertama kalinya, dari Hill AFB ke fasilitas F-35 milik Lockheed Martin di Fort Worth, Texas.

“Penerbangan pertama pesawat yang dibangun kembali itu diterbangkan hingga ke tepi batas kemampuan, dan pesawat itu bekerja seperti baru saja keluar dari jalur produksi awal,” kata Jeffrey Jensen, kepala teknisi varian F-35A, dalam siaran pers.

Akhir bulan lalu, Frankenjet diterbangkan kembali ke Hill AFB dan ditugaskan ke 338th Fighter Wing, unit yang sama dengan tempat AF-211 awalnya berada.

Pernyataan militer menyebutkan biaya proyek Franken Bird menyedot biaya sebesar $11,7 juta, yang berarti menghemat biaya Pentagon dan pembayar pajak sebesar $63 juta dibandingkan biaya pembuatan pesawat baru sebagai penggant.

Menurut International Institute for Strategic Studies, saat ini, Angkatan Udara AS memiliki 383 unit F-35A dalam armadanya.

F-35A adalah salah satu dari tiga versi pesawat tempur siluman militer AS. Korps Marinir AS menerbangkan F-35B – pesawat yang lepas landas pendek dan pendaratan vertikal –  Short Take-Off and Vertical Landing (STOVL) dan Angkatan Laut mengoperasikan F-35C, yang dirancang untuk operasi kapal induk, yang menggunakan landing nose gear dan sayap yang dapat dilipat.

F-35 juga telah menjadi pilihan populer bagi sekutu dan mitra AS, dengan 17 negara lain menerbangkan atau memperoleh jet tersebut. (Bayu Pamungkas)

Lanud Eglin Makan Korban (Lagi), Setelah F-22 Raptor, Kini Giliran F-35A yang Jatuh

5 Comments