Raih Pendanaan Awal, Startup Ini Bangun Satelit Bluetooth Pertama Cina, Dukung Pengumpulan Data Intelijen Secara Real-time
|Startup asal Cina, Bluelink Satcom diwartakan telah menggalang pendanaan tahap awal untuk membangun jaringan satelit yang mampu mendeteksi sinyal Bluetooth dari ruang angkasa.
Seperti dikutip Spacenews.com (31/3/2025), Bluelink Satcom mengumumkan putaran pendanaan angel+ pada 25 Maret senilai puluhan juta yuan, atau sekitar $3 juta hingga $13 juta. Putaran tersebut dipimpin oleh LinGe Ventures dengan partisipasi dari Hongfu Capital.
Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membangun satelit Bluetooth pertama Cina, termasuk sistem peluncuran, pengoperasian, serta perluasan tim, kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan yang bernama lengkap Beijing Lanying Xingtong Technology Co., Ltd, mengatakan bahwa teknologinya dapat memberikan solusi hemat biaya untuk konektivitas Internet of Things (IoT) berkecepatan rendah dan berwilayah luas, meskipun ini hanya akan bersifat satu arah, dengan satelit tidak dapat terhubung ke perangkat.
Perusahaan ini bertujuan untuk menggunakan kembali teknologi nirkabel Bluetooth, yang biasanya digunakan untuk menghubungkan perangkat di berbagai meter, untuk mengirim data ke satelit di orbit, ratusan kilometer di atas Bumi. Satelit Bluelink Satcom akan dilengkapi dengan muatan dengan sensitivitas sangat tinggi terhadap sinyal Bluetooth lemah yang dikirim melalui atmosfer.
Pemanfaatan sinyal berdaya rendah ini sangat mengurangi kebutuhan energi dan infrastruktur untuk konektivitas dan pemantauan, yang dapat membantu memperluas jangkauan IoT. Satelit dapat mencakup wilayah tanpa jaringan, daya, atau infrastruktur komunikasi, yang memungkinkan pengumpulan dan pemantauan data yang efektif di wilayah yang lebih terpencil. Sistem ini dapat sangat berguna untuk perangkat yang hanya menggunakan Bluetooth seperti sensor dan tag.
Kata Jenderal US Space Force: “Cina Lakukan Manuver Dogfight Satelit di Orbit Bumi Rendah”
Perusahaan ini yakin bahwa kasus penggunaan awal satelit Bluetooth akan difokuskan pada keadaan darurat meteorologi, lalu lintas, jembatan, dan pemantauan bangunan, dengan menggunakan satelit berbiaya rendah dan cakupan luas untuk menggantikan pemantauan manual.
Perusahaan tersebut mengatakan tidak diperlukan modifikasi perangkat keras agar perangkat dapat terhubung ke satelit, sebaliknya hanya memerlukan pembaruan perangkat lunak Bluetooth. Pemutakhiran dapat dilakukan melalui pembaruan firmware melalui udara.
Bluelink Satcom mengatakan pihaknya bertujuan untuk mengirim muatan pertamanya ke orbit sekitar akhir kuartal kedua atau awal kuartal ketiga tahun ini, dengan total empat muatan akan berada di orbit pada akhir tahun 2025 untuk verifikasi teknis.
Tandingi Dominasi Starlink, Cina Siap Kirim 13.000 Satelit ke Orbit Rendah Bumi
Bluelink Satcom berencana untuk menempatkan 72 satelit di orbit pada akhir tahun 2028, dengan waktu kunjungan ulang dalam hitungan menit.
Bluelink Satcom didirikan pada bulan Oktober 2023, menurut media Cina, meskipun informasi publik tentang perusahaan tersebut masih terbatas. Perusahaan tersebut menutup putaran pendanaan pada tahun 2024 yang melibatkan partisipasi dari Qiji Chuangtan dan Gaojie Capital.
Sebelumnya, pada pertengahan tahun 2024, Hubble Network dari AS berhasil mengembangkan koneksi Bluetooth dari Bumi ke satelit yang berjarak 600 km di orbit. Mereka meluncurkan dua satelit yang dilengkapi dengan chip Bluetooth 3,5 mm dan berhasil menerima sinyal dari stasiun di Bumi. Keberhasilan ini dicapai berkat penggunaan antena phased array yang memfokuskan dan memperkuat sinyal radio Bluetooth antara satelit dan Bumi.
Tak Lagi Gunakan Roket, Masa Depan Peluncuran Satelit Bakal Menggunakan ‘Ketapel Raksasa’
Selain upaya yang dilakukan Bluelink Satcom, Cina juga tengah mengembangkan protokol komunikasi nirkabel baru bernama Aerospace NearLink. Teknologi ini dirancang untuk eksplorasi luar angkasa, memungkinkan komunikasi nirkabel yang lebih cepat dan andal pada roket. Aerospace NearLink diklaim mampu mengurangi waktu transmisi dari milidetik menjadi mikrodetik, serta meningkatkan jangkauan komunikasi dari 30 meter menjadi 250 meter, dengan tingkat kehilangan data yang sangat rendah.
Mengenai potensi pemanfaatan teknologi ini untuk kepentingan militer, komunikasi nirkabel yang andal dan cepat antara satelit dan perangkat di Bumi dapat memberikan keuntungan strategis dalam operasi militer. Misalnya, memungkinkan koordinasi yang lebih baik, pengumpulan data intelijen secara real-time, dan peningkatan kemampuan navigasi serta pemantauan.
Jika teknologi ini benar-benar berhasil, ada kemungkinan ponsel atau perangkat IoT bisa langsung mengirim data ke satelit tanpa perlu jaringan seluler atau Wi-Fi, yang akan sangat berguna dalam kondisi darurat, eksplorasi luar angkasa, atau bahkan aplikasi militer.
Namun, implementasi spesifik dan dampaknya dalam konteks militer akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk kebijakan, kebutuhan operasional, dan perkembangan teknologi lebih lanjut. (Gilang Perdana)
Samsung Galaxy S20 Tactical Editon – Smartphone Canggih untuk Prajurit Kombatan di Garda Depan
Profesi pengembangan satelit LAPAN A-5 yg sempat terkendala Covid sampai dimana ya @admin 🤔