Radar Cross Section: Salah Satu Poin Penting Untuk Jet Tempur Pengganti F-5 E/F Tiger TNI AU
Meski tak satupun kandidat jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU menyandang gelar stealth fighter, tapi elemen Radar Cross Section (RSC) nyatanya ikut menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan jet tempur baru untuk Skadron Udara 14. Semakin kecil nilai RCS, maka akan semakin baik bagi jet tempur tersebut, dengan kian kecilnya nilai RCS, maka suatu pesawat akan mendekati kemampuan stealth, meski sejatinya tidak ada pesawat yang 100% tidak terdeteksi radar.
Dengan RCS yang kecil, maka petugas monitor radar di ground atau bahkan pilot yang memantau layar monitor di udara, hanya akan melihat identitas pesawat lawan laksana gerombolan burung dengan ukuran pixel yang amat kecil di layar. Dari definisinya, secara umum RCS adalah ukuran kemampuan target untuk mencerminkan sinyal radar ke arah penerima radar. Untuk proses kerjanya, dapat digambarkan gelombang elektromagnetik dalam berbagai jenis polarisasi secara normal akan terdifraksi atau menghambur ke segala arah jika mengenai sesuatu objek yang memiliki koefisien pantul tertentu.
Baca juga: MSSR 2000-I – Radar Intai Kohanudnas dari Airbus Defence and Space
Mengutip dari ensiklopedia, gelombang yang menghambur ke segala tersebut terbagi menjadi dua bagian, yang pertama gelombang hamburan tidak berubah polarisasinya atau dengan kata lain polarisasinya tetap sesuai dengan polarisasi dari antena penerima. Dan yang kedua gelombang hamburan tersebut berubah polarisasinya sehingga tidak sesuai dengan polarisasi antena penerima. Intensitas dari energi gelombang hamburan yang mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi antena penerima radar inilah yang disebut dengan target RCS. Dengan demikian ada yang menyebut RCS merupakan perbandingan daya sinyal datang dengan daya sinyal yang terhamburkan, dan berfungsi sebagai pendeteksi kepadatan.
Selain itu RCS sangat tergantung dari panjang gelombang yang digunakan, polarisasi sinyal yang digunakan, sudut datang dari gelombang terhadap target, material dari target, dan bentuk dan ukuran dari target.
Baca juga: Master –T: Radar Hanud Tercanggih Perisai Ruang Udara Indonesia
Karena pentingnya kebutuhan untuk memperkecil nilai RCS, manufaktur jet tempur berusaha keras untuk mempertebal kadar ‘stealth’ di produk-produk terbarunya. Yang lumrah dilakukan saat ini adalah rekayasa bentuk (shape) dan rekayasa material dengan RAM (Radar Absorbant Material), atau material penyerap gelombang radar. Untuk rekayasa bentuk bisa dilihat dari revolusi yang dilakukan pada F-117 dan pembom B-2.
Dalam acara Master Class bersama Eurofighter Typhoon di Jakarta (14/4/2015), Paul Smith, pilot demo Typhoon menyebutkan, bahwa beberapa upaya telah dilakukan untuk mengurangi RCS pada pesawatnya, terutama pada bagian depan, seperti desain lubang air intake yang agak tersembunyi. Adanya canard juga dapat memantulkan energi radar dari sektor depan. Beberapa senjata (rudal) dipasang semi tersembunyi, maklum banyaknya cantelan senjata juga kurang kondusif untuk RCS. Selain itu, Typhoon juga mengusung RAM buatan EADS dan sudah dilapisi cat reflector radar.
Baca juga: Kohanudnas Segera Operasikan Weibel Portable Radar
Itu baru penjelasan dari pihak Typhoon, bagaimana dengan kompetitor lainnya seperti Sukhoi Su-35BM, JAS 39 Gripen, dan Dassault Rafale? Sayangnya dari mereka belum ada yang menggelar jumpa media di Indonesia sedalam pihak Eurofighter. Namun berikut ada gambaran menarik tentang perbandingan RCS antar jet tempur yang disajikan globalsecurity.org.
Dan bila ingin mengetahui analogi tentang RCS, sajian infografis di video ini lumayan dapat membantu. (Bayu Pamungkas)
Bung Admin,
Kalau tidak salah, EF Typhoon dan Rafale menggunakan bahan serat karbon dan serat kaca pada sebagian besar tubuhnya. Begitu pula dengan Su-35 (kabar burung).
Dan bagaimana pengaruhnya terhadap RCS?
Dan lebih lanjut, apa kendala yang dihadapi PTDI terkait bahan ini jika salah satu jenis pesawat tsb menjadi pemenang tender dan dibuat di PTDI?
F-22 dan F-35 menggunakan bahan / material apa? Apakah seperti EF Typhoon yg menggunakan serat karbon dan kaca?
ram (radar absorbment material) material utamanya adalah grafit ditambah material tambahan berupa hi grade silika, germanium dll banyak caranya pemasangan grafit sbg ram coating. ada yg dibentuk dgn proses sprt pengecatan dan yg terbaru dibikin sprt lembaran kain
jaman f-117, b2, f22 produksi ram coating cuma satu tempat yaitu lockheed martin alhasil biaya produksi jg cukup mahal. tp di era f-35, pakfa harga cukup murah krn prancis, jerman, swedia, norwegia, israel, cina bhk australia contoh sprt f-35 dibuat di norwegia & jerman, pakfa yg bikinan israel ato kri klewang yg bikinan saab yg punya pabrik di australia
kalau alat memperkecil bahkan membelokkan gelombang sinyal radar ada gak,selain rekayasa bentuk ato bahan ,,
btw material siluman biasanya dibuat dari apa sih, keramik,fiber,atau jgn2 dicampur batu akik yg disangrai..haha✌
prancis punya teknologi bikinan thales yaitu pegasus semacam teknologi radar jamming yg diakui banyak analisis & expert jauh lebih canggih drpd knirti andalan su-35.
thales pegasus sdh battle proven dimana teknologi radar jammernya mampu membuat rafale bak pesawat stealth
ajang pembuktian adalah di palagan syria dimana rafale mampu menembus perisai udara mutakhir bikinan rusia dgn rudal kelas wahid s-300 dgn jaringan radar hanud yg rapat & mutakhi
Assalamualaikum wr.wb.
bang mau tanya ni, apa pespur semi stealth atau stealth itu disayapnya terdapat pendingin?
kan rata-rata penjejak rudal itu menggunakan sensor inframerah, la potensi sumber panas itu kalau tidak dimesin kan ya di daerah pertama untuk terjadi gesekan,
la di daerah tersebut ada tidak sekiranya pipa-pipa/sedotan yang mengalirkan gas dingin, yang saya tahu rambatan kalor kan bisa konvesi dari daerah gesekan terus merambat ke area lainnya sehingga area lainnya menjadi panas juga.
kan kalau kita menggoreng biasanya di alat penggorengannya terdapat bahan penahan panas di pegangannya.
tapi kalau tidak ada kan kita biasanya menggunakan air untuk mengurangi panas atau menghilangkan panas.
intinya panasnya di tutupi atau di padamkan.
Walaikumsalam,
Kalau bahan pendingin rasanya belum ada ya. Untuk ide Anda cukup menarik juga, semoga nanti di dengar oleh injiner PT DI ya 🙂 Mungkin pertimbangan kedepan ada di soal durabilitas dan bobot dari material yang tadi Anda usulkan.
Amriki punya bahan magnesium berillium yg sgt cepat membuang panas dn biapun dipanasi suhu berapapun bahan tersebut tetaplah dingin. Magnesium berllium selain militer & antariksa utk sipil dipake hanya pd ajang Formula 1.
Untuk jarak pendek hingga hampir menengah, memang sensornya itu pakai pencari panas, karena lebih sederhana alias lebih efisien efektif drpd menggunakan radar.
Untuk jarak menengah sampai jauh, biasanya rudal memakai radar untuk pencarian target, karena sensor panas saat ini belum dapat mendeteksi perbedaan panas dari jauh (ini juga karena banyak faktor, misalnya faktor matahari yg juga penghasil cahaya dan panas, dll).
Kalau tidak salah, beberapa pesawat memakai teknis menurunkan panas gas buang dengan mencampurnya dengan udara dingin dari luar (jadi tidak perlu ada bahan pendingin khusus seperti air beserta pompanya, sehingga mengurangi pemeliharaan) serta teknik lain seperti menutupi cerobong buang dengan bagian ekor yang diperpanjang.
Soal menutupi cerobong gas buang, contoh paling dekat adalah A-4E Skyhawk ex Skadron 14 TNI-AU, di mana pesawat ini adalah secondhand dari suatu negara di Timur Tengah.
Bila dilihat dari luar, A-4E Skad 14 ini terlihat punya ekor lebih panjang pada bagian cerobong asapnya di belakang, dibandingkan A-4E dari negara2 lain.
Negara pemilik pertama dari A-4E Skad 14 ini, belajar dari pengalaman menghadapi rudal anti pesawat yang rata2 berpandu pencari panas, pada perang2 yang dialaminya.