Radar CP-SAR Profesor Josaphat Berhasil Diuji Coba di Boeing 737-200 Surveillance TNI AU
Dalam lawatannya ke Tanah Air, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, profesor ahli radar dari Universitas Chiba di Jepang, telah mengumumkan akan melangsungkan uji coba Hinotori (Firebird)-C1 mission, yakni penempatan perdana CP-SAR (Circularly Polarized-Synthetic Aperture Radar) pada pesawat jenis Cessna 182. Tak itu saja, Josaphat ternyata telah berhasil melangsungkan flight test radar CP-SAR dalam misi Hinotori-X1, dimana radar canggih tersebut dipasang pada pesawat intai maritim Boeing 737-200 Surveillance Skadron Udara 5 TNI AU.
Baca juga: Radar CP-SAR Profesor Josaphat Bakal Jalankan Misi Firebird C-1
Meski masih menunggu release resmi dari Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL), dari halaman Facebook Josaphat telah disebutkan kesuksesan flight test CP-SAR pada pesawat intai yang terkenal menggunakan radar Motorola SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar). Skadron Udara 5 yang bermarkas di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, diketahui memiliki beberapa unit Boeing 737, namun bila melihat dari foto, nampak yang digunakan adalah pesawat dengan nomer “02” yang berarti ber-flight number AI-7302, satu diantara tiga Boeing 737-200 Skadron Udara 5 yang dilengkapi radar SLAMMR.
Belum diketahui bagaimana hasil uji coba CP-SAR di pesawat intai twinjet tersebut. Namun dalam postingan di Facebook disebutkan misi utama radar tersebut digunakan untuk monitoring bencana. “Finally finished our X Band SAR flight test Hinotori-X1 mission, successsfully. Thank you to Japanese government (METI) and Indonesian government to realize Josaphat Laboratory (JMRSL) missions for disaster monitoring. Akhirnya selesai uji terbang misi Hinotori-X1 X band SAR di Indonesia dengan sukses. Terimakasih kepada Pemerintah Jepang khususnya METI, dan Pemerintah Indonesia untuk merealisasikan misi Josaphat Laboratory (JMRSL) untuk monitoring bencana,” demikian petikan status pada Facebook profesor Josaphat.
Baca juga: Motorola SLAMMR – Dibalik Kecanggihan Radar Airborne Boeing 737 Patmar TNI AU
Kecanggihan CP-SAR mampu menembus awan dan gelapnya malam. CP-SAR bahkan bisa diberdayakan jadi pelacak pesawat dan kapal perang siluman (stealth) dan radar AESA (Active Electronically Scanned Array). Sementara mengenai pesawat yang menjadi wahana pengujian, Boeing 737-200 Surveillance dengan nomer AI-7302 tiba di Indonesia pada 30 Juni 1983. Radar SLAMMR dalam pesawat ini diberi kode AN/APS-94. Radar ini berbentuk punuk kecil dengan dua blade antenna yang mengapit sirip tegak. Masing-masing antena radar ini punya panjang 4,87 meter. Kebisaan radar ini adalah mampu mengendus keberadaan kapal hingga ukuran kecil dalam coverage sejauh 185 km pada ketinggian 9.150 meter dari permukaan laut. (Haryo Adjie)
Baca juga: WESCAM MX-20HD – Dongkrak Kemampuan Boeing 737 Patmar TNI AU ‘Setara’ Poseidon
Produk inovasi apapun pasti ada plus minus nya, karya anak bangsa biasanya punya nilai plus dibanding produk impor, kita harusnya mendukung anak bangsa utk berkembang menjadi produk yg lebih baik & lebih tinggi & lebih by manfaatnya.
Sy berharap & percaya proof Joss bisa membuat produk yg lebih baik daripada impor terus, sama halnya bbrapa hari yg lalu UGM dipercaya utk develop & produksi radar darat.
Jayalah negeriku … !!!
Jika diberi rotator dan image 2d 3d yg terhubung satelit brisat kemudian dipasang di cn235 atau pkr sigms,maka radar ini sdh dpt menjadi scan array radar dan radar pengintai, tinggal ditingkatkan jangkauannya sampai 300km, jika menjadi radar pembidik tinggal diselaraskan dg radar homing di rudal misalnya r-han 122 atau rx450 yg telah diberi guide gps, infra red atau kamera radar homing. Jika moda radar ini dapat dikembangkan setara AESA dg dimensi yg lebih kecil, maka dapat diujicoba dipasang di IFX sbg radar utama. Mandirilah Indonesia…
siluman:
dapat dilihat tapi gak gampang ditembak.
ya mending nampak dulu lalu kirim sukhoi dan tinggal dibimbing kearah pesawat silumanya,ini lebih baik daripada gak keendus itu siluman.lebih sulit mengendus siluman daripada nembaknya,ini kata pengamat internasional.jadi ini sesuatu yg wau wau wau wau gitu loh……
kok masalah radar,singapura radarnya sampai ujung timur nkri hebatkan jangkauannya,sensor lautnya sampai laut jawa atau paling tidak kawasan riau,babel dan selat malaka dan natuna dia kuasai,alias dalam jangkauannya,rudal pertahanannya pakai iron dome dan radar balon raksasa untuk anti arteleri ,mlrs dan rudal bisa dibilang negara singpura itu punya anti dandrup alias negaranya punya anti pelindung yg tangguh.
makanya Presiden ke 5 pernah ngomong,kita keok kok diserang singapura ngenes gak dengarnya rek?
tapi memang fakta kan gak mungkin ibu asal bicara,dia kan mantan jadi tau kekuatan dan kelemahan tni,makanya ibu pernah bilang sama pemerintah supaya tni dibelikan alutsista baru tapi canggih ya,now kw,now dowgrande hi……
kesimpulan dari komen ente adalah silumannya ente sendiri bukan
sdh tdk dapat diragukan lagi ente adlah makhluk jejadian atawa siluman krn hobi gonta-ganti wujud
Semoga ilmuwan seperti ini tdk dbjk negara lain
ada satu yang sudah dibajak eropa yaitu DWI HARTANTO pencipta mesin Hybrid pesawat tempur generasi 6 (new thypoon 6th gen.) dan Radar generasi terbaru, tamatan Jepang yang sekarang di Delft, Belanda .. kabarnya sudah di temui Pak Habibie disana .. sekarang gak tau kabar kelanjutan kiprahnya .. setelah dia ke Jakarta kemarin di forum Diaspora Indonesia yang di buka oleh Barrack Obama.
Ada semacam indikasi untuk dikembangkan ke sistem AEW&C…
beda banget. radar cp-sar fungsinya lbh kearah sprt jstars milik amrik
@ayam jago
Radar Jstar punya amrik itu kyk gimana bung??
Oh iya bung, pertanyaan saya kemarin belum dijawab nih, kalau rudal Bamse ada rencana diambil arhanud kah?
Dan radar Giraffe yg barunya
Bamse & bolide buat arhanud tni ad. Sdh dikontrak 50 unit giraffe amb nanti menyusul giraffe 1x
Jstars aah platform pesawat komando utk pasukan darat, drone, heki serang maupun. Kapal perang. Jg punya kapabilitas menentukan sasaran yg diakan dihancurkan oleh pespur maupun rudal. Jelajah
50 unit girrafe amb ? Bukannya 54 unit (hasil hitungan 6 resimen * 3 batalyon * 3 baterai = 54)
isi kontraknya memang cuma 50 unit. yg sdh terkirim 40 unit
standar tni sndiri 1 resimen arhanud 2 batere
@ayam jago
Kenapa Giraffe AMB yg terpilih bung…kenapa bukan Ground Master-200?
thales ground master 200 sdh utk starsreak & mistral atuh
saab giraffe amb + giraffe 1x buat bamse & bolide
keduanya baik thales gm200 & saab giraffe amb memang jd radar hanud utama arhanud tni ad
@ayam jago
Gini bang…saab giraffe amb memang radar yg bagus, tapi ia bekerja pada frekuensi C-band. Radar ini resolusinya lebih tinggi daripada thales GM-200 (frekuensi S-band), harganyapun lebih kompetitif dibanding GM-200, tapi satu kelemahannya yaitu perfomanya akan merosot ketika menghadapi cuaca buruk (hujan dan kelembaban yg tinggi)…sementara radar yg bekerja pd frekuensi S-band tidak terlalu terpengaruh secara signifikan.
Saya rasa konsekuensi seperti ini harus dipertimbangkan supaya radar bisa bekerja secara optimal, sesuai dengan kondisi geografis dan iklim kita.
semoga tdk mentok pd thap uji coba sj……semoga jg ada dana buat pengembangan lbih lanjut…..
SEMOGA…
Alhamdulillah
Semoga ilmuwan seperti Pak Josaphat Mampu dilihat potensi oleh pemerintah Dan juga dikembangkan lagi teknologi Nya
Amiiiin…..(tapi bukan rasis)
Artinya punya pesawat siluman pun dapat di endus dong, nasib-nasib udah f35 belinya mahal nggak ada guna lagi
Ya nggak trus begitu to mas……..ndesooooo (maaf titik-titiknya salah posisi, heee)
Ini radarnya (kalo numpang diatas pesawat atau pada satelit)…obyek-obyek yang terpantau adalah obyek yang persis berada dibawah digaris lintasannya, seperti jejak orang membajak sawah atau jejak setrikaan. Hanya pesawat stealth yang “apes” dilintasi platform yang membawa radar CP SAR (pesawat/drone/satelit) saja yang terpantau oleh radar ini, karena radar rancangan Prof Josaphat sampai saat ini adalah radar fixed…bukan radar yg berotasi.
Dapat diendus belum tentu mudah ditembak, kalau pesawat siluman tak ada guna untuk apa terus kembangkan, faktanya negara2 maju berlomba-lomba membangun teknologi stealth, karena pasti lebih sulit mendeteksi pesawat siluman daripada yg bukan siluman…