Racik Alutsista Tua, Vietnam Kembangkan Artileri Swagerak D-44 dengan Basis Truk Ural 6×6
Kemampuan berinovasi dengan alutsista tua rupanya tak hanya dilakukan oleh Indonesia, Vietnam belum lama ini memperlihatkan sosok prototipe self propelled artillery alias artileri swagerak yang menggabungkan pucuk meriam D-44 kaliber 85 mm dengan truk Ural 6×6 dengan kapasitas payload 6 ton.
Dari aspek rancang bangun, dari puluhan negara pengguna meriam D-44 memang belum ada yang mencoba menempatkan meriam ini untuk ditempatkan di atas kendaraan, lantaran D-44 adalah jenis meriam tarik (towed gun) dengan bobot kosong 1,7 ton, yang biasanya ditarik oleh truk ukuran sedang. Debut artileri swagerak eskperimen ini pertama kali terlihat lewat tayangan Vietnam’s National Defense Television, dan kemudian screenshot disebarkan oleh QVPN.
Bagi Indonesia, D-44 jelas asing, pasalnya artileri kaliber sedang ini memang tak masuk Indonesia. Debut meriam ini di Asia Tenggara mulai terlihat saat digunakan Pasukan Komunis dalam laga Perang Vietnam. Dirancang pada akhir Perang Dunia II, D-44 jelas alutsista yang tergolong tua, dan karena usia yang tua, maka senjata peninggalan era Uni Soviet ini sudah kenyang dilibatkan dalam beberapa peperangan. Bersamaan dengan Perang Vietnam, D-44 juga digunakan koalisi negara-negara Arab dalam perang melawan agresi Israel.
Dari sejarahnya, D-44 diproduksi oleh Urahmash pada periode 1944 sampai 1953. Sumber dari wikipedia.org menyebut D-44 telah diproduksi hingga 10.800 pucuk. Saat tak lagi diproduksi oleh Uni Soviet, lisensi D-44 diambil oleh Cina dengan merilis senjata sejenis dengan label Type 56 pada tahun 1956. Cina mulai menerima D-44 saat berlangsungnya Perang Korea.
Rintisan meriam ini hadir dalam dalam beberapa varian, seperti pada 1954 diluncurkan SD-44 dengan auxiliary propulsion unit dan ammunition box berisi 10 munisi yang digunakan untuk pasukan lintas udara. Kemudian pada 1964 dihadirkan D-44N yang dilengkapi APN 3-7 infra-red illumination device untuk peperangan di malam hari. Saat ini modifikasi terbaru untuk D-44 adalah yang dilakukan AD Polandia dengan adopsi electrical subsystems pada awal dekade 80-an, dan diberi kode D-44M dan D-44MN.
Laras D-44 dikembangkan dari laras tank T-34, dimana secara teori meriam dapat melakukan penembakan 20 – 25 proyektil per menit dengan hulu ledak high-explosive (HE), armor-piercing dan high-explosive antitank (HEAT). Laras D-44 dapat melepaskan tembakan dengan semi automatic vertical sliding-wedge.
Baca juga: Pensiunkan Meriam Gunung 76mm, Armed TNI AD Siapkan Kedatangan Howitzer LG-1 105mm
Tidak seperti meriam artileri yang kita kenal di Tanah Air, sudut laras D-44 dapat diputar tanpa harus menggeser posisi roda meriam. Laras dapat diputar dalam sudut 54 derajat, dan sudut elevasi mulai dari -7 sampai 35 derajat. Dengan kecepatan luncur proyektil 1.030 meter per detik, jarak tembak maksimum D-44 adalah 15.650 meter dan jarak tembak efektif di 1.150 meter. Pembidikan sasaran didukung perangkat bidik OP-2-7 w/5 yang punya 5 kali pembesaran. (Bayu Pamungkas)
Dulu pernah ada rencana modernisasi triple gun hispano suiza jadi full auto dengan penambahan fcs dan search & tracking radar serta pengintegrasian dengan rudal QW3. Yang paling serius Ceko bahkan memperlihatkan radar hasil ToT dengan Saab di Indodefence 2016 buat program tersebut. Tapi ya sekarang sepertinya menguap sudah rencana tersebut sama seperti rencana 12 unit FA50, CIWS Type90B + PL9C, 1 skuadron dedicated interceptor Kohanudnas dll
Beneran bung? Emangnya apa aja program yang menguap? Ijin bertanya bung pesawat strategic mpa jadi enggak? Trus gimana kabar LHD saya masih agak rancu sama statement lhd&f35 di mef apa gak ngos2an ya ngurusin f35 masih banyak problemnya dan apa kontraknya di kurun waktu 2020-2024? Apa kita fix make link 16 versi prime?
Dulu wacananya pada MEF lama lanud tier 1 Skyshield + NASAMS, tier 2 Type 90/35 + PL9C dan tier 3 modernized Hispano Suiza + QW3. Di lanud Makassar yang lanud tier 1 malah masih dikawal hispano suiza + QW3
Itu program jangka panjang menunggu IFX dan Viper terealisasi dahulu.
Menguap sejak Hadi Tjahjanto terpilih sebagai Kasau
Link 16 programnya baru akan dimulai akhir tahun ini terutama F16 OCU. Baru menyusul yang laim
Nah kalo LHD gimana bung rencananya? Startegic mpa juga? Btw makasih bung udah dijawab
Satu lagi bung kalo AAW bakel iver nah kalo AsUW? Apa bakel varian iver yang dipanjangin terus dipasangin lacm? Berhubung odense nawarin rekayasa design
Di MEF perubahan untuk ASuW malah direncanakan real frigate 3000-5000 ton. Tapi memang yang didahulukan AAW karena kebutuhan yang sangat mendesak. Untuk fungsi ASuW saat ini masih bisa diemban oleh Sigma 9113, PKR 10514 dan Nakhoda Ragam class
Dulu ada presentasi Sigma 12016 tonase 3200-3500 ton di Indodefence 2016 oleh Damen
Pas banget bung saya mendadak inget damen justru dulu menawarkan omega apa tni gak
proyeksiin pake omega buat asuw aja tuh?
Ehem,
CIWS type 90B ? Apa nggak salah tuh? Yang tipe 90B itu adanya MLRS bukan CIWS.
trus ngapain beli FA50 12 unit lagi kalo 15 unit golden eagle yang kita punya ini bisa diupgrade jadi pesawat tempur ?
Trus yang kohanudnas gabung dengan koopsau, ya memang lebih baik digabung untuk menyederhanakan komando. Daripada hanya 1 skuadron dedicated interceptor lebih baik seluruh skuadron tempur difungsikan sebagai multirole fighter sehingga bisa jadi interceptor pula.
Daripada beli 48 medium multirole + 12 light fighter seperti fa50, lebih bagus dananya seluruhnya dibelikan 54-60 medium multirole fighter sehingga nantinya bakal ada 92-98 medium multirole fighter. Dengan demikian logistik spare part akan lebih banyak dan kemampuan tempur jadi lebih maksimal.
https://www.indomiliter.com/type-9035mm-kanon-hanud-twin-gun-dari-cina-incaran-proyek-mef-ii-tni/
https://www.indomiliter.com/revisor-bukti-tot-inilah-radar-intai-rbs-70-ng-produksi-ceko/
Saya lihat presentasinya di display apa program yang mereka incar selain buat rbs70. Qw3 dan rbs70 sama-sama menggunakan command guidance alias clos berbasis laser tapi bukan riding beam seperti starsreak
Kan dah dilebur bung alias dicancel gw cuma bingung sama LHD sama poseidon aja jadi enggak tuh
LHD buat TNI AL tapi buat pengawalan LHD butuh fleet guardian baik AAW & ASuW. 2 tipe surface combatant ship tersebut jelas lebih didahulukan daripada LHD
MEF perubahan timeline berakhir 2045 menggantikan MEF lama era Presiden SBY yang timelinenya berakhir 2025
1 skuadron strategis intai itu kombo AEW&C, ISR & MPA/ASuW dengan platform jet. Kandidat terkuat dari Boeing
Nah bung biasanya kalo di cancel ada pengganti nya ato jangan2 gaada program penggantinya bung? Kira2 niatan akusisi LHD tahun berapa ya? Dan kenapa gak diumumin kalo mef timeline nya diganti nanti spekulasi macem2 dari masyarakat yang saya tau bakel ada program lanjutan namanga IEF
Teman di disharwat TNI AU saja tidak tahu apakah Poseidon akan realisasi atau tidak apalagi saya yang cuma orang luar. Masalah LHD kapan yang jelas tunggu setelah para pengawalnya dibikin duluan
Yang saya tau memang sudah dari lama bahkan dari 2015 tni au mengincar poseidon bahkan sudah masuk program kerja ksau termasuk aewc,tanker tapi apa daya terpaksa dipindah ke MEF 3 tadi ente mention skuadron strategis intai kebetulan sekali memang kandidat terkuat nya wedgetail untuk aewc nah untung mpa+asw/asuw pesawat sejenis ada poseidon kawasaki P-1 swordfish dan satu lagi a320 ISR nah kandidat terkuat setahu saya poseidon bung jadi bagaimana bung? Btw terimakasih atas tanggapannya bung
Bung Admin mohon maaf saya agak OOT dari artikel,saya ingin bertanya dari situs tni AD sendiri mengkonfirmasi tahun ini chinook datang tapi kalau saya liat2 kesiapan mau dari infrastruktur,penerbang,fasilitas belum disiapkan? Atau pakai fasilitas yg sudah ada? Dan kira2 nyampe akhir tahun atau kapan bung Admin?
Mungkin masih menunggu kontrak efektifnya mas
dari semua alutsista, yang patut kita waspadai hanya satu.. KAYU SENGON.. sekali gerak lumpuh satu pulau.. miris..
Setuju bung. Kita boleh punya alutsista canggih dan jumlah banyak. Tapi kalau hanya oleh “sabotase” seoonggok kayu sengon, setengah pulau dan ibukota lumpuh ya gak ada gunanya juga.hehehe. betapa strategisnya sumber energi kita.