Update Drone KamikazeKlik di Atas

Punya Stabilizer Vertikal Lebih Kecil, Sukhoi Su-57 Felon Lebih Unggul Dalam Manuver Ketimbang F-22 Raptor

Rivalitas kekuatan udara antara Amerika Serikat dan Rusia, salah satunya dipersepsikan dengan membandingkan kemampuan dari jet tempur stealth kedua negara. Amerika Serikat diwakili oleh F-22 Raptor, sementara Rusia diwakili Sukhoi Su-57 Felon. Terlepas dari klaim battle proven dan siapa yang paling ‘siluman’, menarik untuk dicermati bahwa masing-masing penempur stealth bermesin ganda tersebut punya keunggulan tersendiri.

Baca juga: Angkatan Udara AS Resmi Mencari Desain Jet Tempur Pengganti F-22 Raptor

F-22 Raptor yang jauh lebih senior (terbang perdana 7 September 1997) dibanding Su-57 Felon (terbang perdana 29 Januari 2010), punya keunggulan, seperti kecepatan maksimum yang lebih tinggi. Kecepatan maksimum F-22 lebih tinggi dari pada Su-57, yang, terutama dalam teknik penerbangan tempur, jarang menjadi andalan. Namun faktanya, F-22 bisa mencapai 2.414 km per jam, sedangkan Su-57 dibatasi hanya 2.130 km per jam.

Keunggulan lain dari F-22 yang tidak bisa diabaikan adalah nosel mesin yang datar, ini disebut memainkan peran penting dalam teknologi siluman. F-22 telah memilikinya selama bertahun-tahun, sementara Su-57 baru memulai uji coba penggunaan nosel datar pada kedua mesinnya.

Stabilizer vertikal F-22 Raptor.

Lantas bagaimana dengan kemampuan manuver? Dengan desain yang lebih baru, para pengamat aviasi menyebut bahwa kemampuan manuver Su-57 lebih baik ketimbang F-22. Tentu hal tersebut ada alasannya.

Dikutip dari bulgarianmilitary.com, jawaban terletak pada stabilizer vertikal (vertical stabilizer) atau fins sirip pada Su-57. Dalam desain jet tempur stealth, ukuran yang lebih besar tidak selalu menjadi lebih baik. Dalam hal ini Su-57 mempunyai stabilizer vertikal yang ukurannya lebih kecil ketimbang ‘punya’ F-22.

Stabilizer vertikal Su-57 Felon.

Stabilizer vertikal pada pesawat tempur stealth merupakan komponen penting dari keseluruhan desain pesawat. Sirip vertikal yang terletak di bagian belakang pesawat, menjadi komponen yang bertanggung jawab untuk memberikan stabilitas dan kendali selama penerbangan.

Stabilizer vertikal bekerja sama dengan stabilizer horizontal untuk menjaga agar pesawat tetap stabil di ketiga sumbu penerbangan: pitch, roll, dan yaw. Perangakt ini juga membantu mencegah pesawat lepas kendali.

Su-57 tampil dengan flat nozzle.

Dengan menyesuaikan sudut stabilisator, pilot dapat mengontrol jumlah daya angkat dan tarikan di ekor pesawat, yang dapat memengaruhi kemampuan belok pesawat dan kemampuan manuver secara keseluruhan.

Jika Anda membandingkan kedua pesawat tempur dan melihatnya secara berdampingan, Anda akan menemukan bahwa stabilizer vertikal Su-57 lebih kecil daripada F-22. Stabilizer vertikal yang lebih kecil pada Su-57 dianggap menjadi lebih baik terletak pada konsep aerodinamika.

Stabilizer vertikal pesawat bertanggung jawab untuk memberikan stabilitas dan kontrol selama penerbangan. Mereka bekerja dengan menciptakan gaya yang disebut gaya samping, yang membantu pesawat mempertahankan arah penerbangan yang diinginkan. Ukuran stabilisator vertikal mempengaruhi besarnya gaya ini.

Stabilizer vertikal yang lebih kecil pada Su-57 menciptakan hambatan yang lebih sedikit, yang memungkinkan pesawat untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi dan kemampuan manuver yang lebih baik. Hal ini karena drag adalah gaya yang melawan gerakan melalui fluida, seperti udara. Dengan mengurangi (drag) hambatan, pesawat dapat bergerak di udara dengan lebih efisien, yang menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Baca juga: Pilot F-22 Raptor Jajal Next Generation Fixed Wing Helmet – Lebih Ringan dan Lebih Siap Pakai

Selain itu, stabilizer vertikal yang lebih kecil dapat menciptakan fenomena yang disebut vortex shedding, yang selanjutnya dapat meningkatkan stabilitas dan kontrol pesawat. Vortex shedding terjadi ketika udara mengalir di sekitar permukaan dan menciptakan vortisitas atau pola udara yang berputar-putar. Pusaran ini dapat membantu menstabilkan pesawat dengan menciptakan kekuatan yang melawan gerakan yang tidak diinginkan. (Bayu Pamungkas)

6 Comments