Punya Pengalaman dalam Proyek Boeing E-7A Wedgetail, Havelsan (Turki) Tawarkan Kerja sama AWACS ke PT DI
|Meski pengadaan pesawat intai peringatan dini atau airborne early warning and control system (AWACS) untuk TNI AU masih dalam tahap rencana awal, namun, industri terkait di dalam negeri telah menyiapkan langkas strategis yang diperlukan, terutama bila end user (TNI AU) telah menetapkan spesifikasi teknis dan tersedianya dukungan anggaran untuk pembelian.
Baca juga: Indonesia Akuisisi Pesawat AEW&C, Pilih Model Antena Rotodome atau Antena Tegak?
Seperti pada 27 Agustus 2024, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, Gita Amperiawan didampingi Direksi dan Manajemen terima kunjungan dari Havelsan, perusahaan teknologi pertahanan asal Turki, di fasilitas PT DI di Bandung. Kunjungan ini merupakan bagian dari tindak lanjut kerja sama yang telah disepakati sebelumnya antara kedua perusahaan, yang berfokus pada pengembangan Full Flight Simulator, serta kesiapan kedua pihak dalam pemenuhan kebutuhan Indonesia terhadap pesawat AWACS.
Pada kesempatan ini, CEO Havelsan, Mehmet Akif Nacar dan delegasinya diperkenalkan dengan beberapa produk simulator unggulan PT DI, diantaranya N219 Cockpit Demonstrator dan N219 Engineering Full Flight Simulator. Kedua produk ini merepresentasikan kapabilitas PT DI dalam pengembangan teknologi simulasi penerbangan yang canggih, yang juga menjadi dasar penting dalam kerja sama yang sedang berlangsung dengan Havelsan.
PT DI memiliki kemampuan dan pengalaman di bidang pengembangan simulator penerbangan, khususnya untuk pesawat yang diproduksi, seperti CN235-220 dan N219. PT DI memiliki dokumen dan data teknis yang lengkap yang menjadi komponen penting dalam desain Flight Simulator. Dengan akses penuh terhadap technical data package yang diperlukan, PT DI mampu memastikan akurasi dan realisme tinggi dalam simulator yang dikembangkan.
Mengenai pengalaman Havelsan dalam proyek pesawat AWACS di Turki, Mehmet Akif Nacar menjelaskan bahwa proyek ini dimulai pada akhir 1990-an, dengan Havelsan berperan sebagai penyedia utama untuk segmen darat dan udara dari perangkat lunak misi dan integrasi. Havelsan mengembangkan 90 persen dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem AWACS Turki, dimana Havelsan terus melakukan pembaharuan dan modernisasi untuk meningkatkan sistem yang ada bersama beberapa mitranya di Turki.
Mehmet Akif Nacar juga mengungkapkan rencana untuk memperluas kerja sama dengan PT DI dengan mengembangkan proyek AWACS Indonesia. Havelsan berencana untuk memanfaatkan know-how dan pengalaman mereka dalam program AWACS dan menggabungkannya dengan kebutuhan Pemerintah RI untuk menciptakan sistem AWACS yang lebih kuat. βIni akan melibatkan pembentukan tim kolaborasi atau program bersama, dimana PTDI akan berperan sebagai main contractor di Indonesia,β jelas Mehmet Akif Nacar.
Havelsan percaya bahwa kombinasi kemampuan dan persiapan mereka akan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan peluang di Indonesia dan mewujudkan proyek AWACS yang sukses.
E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia
Angkatan Udara Turki (Turkish Air Force) saat ini mengoperasikan empat unit pesawat AWACS (Airborne Warning and Control System) yang dikenal sebagai Boeing 737 AEW&C (Boeing E-7A Wedgetail). Di Turki, pesawat ini dikenal dengan nama E-7T Peace Eagle. Program ini adalah hasil kerjasama antara Boeing dan industri pertahanan Turki, yang salah satunya adalah Havelsan.
E-7T Peace Eagle dilengkapi dengan radar multi-mode MESA (Multi-role Electronically Scanned Array) buatan Northrop Grumman yang dapat memindai 360 derajat untuk mendeteksi dan melacak target udara serta permukaan.
Australia Canangkan Penggantian E-7A Wedgetail, Bagaimana Nasib Indonesia untuk Punya AEW&C?
Dalam proyek E-7T Peace Eagle, Havelsan bertanggung jawab untuk mengembangkan perangkat lunak misi utama yang digunakan di pesawat E-7T. Perangkat lunak ini mencakup sistem komando dan kontrol, integrasi sensor, pengolahan data radar, dan antarmuka pengguna yang memungkinkan operator untuk melaksanakan tugas pengawasan dan kontrol udara.
Havelsan juga mengembangkan sistem pendukung keputusan yang membantu operator dalam menganalisis data yang dikumpulkan oleh radar dan sensor lain, serta dalam pengambilan keputusan operasional. Selain pengembangan dan integrasi, Havelsan juga menyediakan dukungan logistik, pemeliharaan, dan peningkatan perangkat lunak untuk memastikan E-7T Peace Eagle tetap beroperasi pada kinerja optimal sepanjang masa tugasnya.
Sebagai bagian dari kerjasama dengan Boeing, Havelsan dan industri pertahanan Turki menerima transfer teknologi yang memungkinkan Turki untuk mengembangkan kemampuan domestik dalam sistem pesawat AEW&C, yang mendukung kemandirian pertahanan Turki. (Haryo Adjie)
Meronda di ‘Langit’ Ukraina, Australia Kirim Stasiun Radar Terbang – Boeing E-7A Wedgetail
@Bambang: Oh ToT gak ada urusan senjata dipakai untuk apa. Lagian negara mana selain Israel yg berani berbagi ToT radar AESA??? Turki? Turki aja belajar dari Israel. Rusia? Mereka bahkan belum 100% menguasai teknologi tersebut. Buktinya belum ada radar AESA yg digunakan di pespur generasi keempat mereka.
Gato @ ga usah ke Israel kalau mau belajar…senjata mereka cuma bisa ngebunuh rakyat sipilππππ ππ₯±
Haha mantap, approve segera pak!!
Yang menjadi pertanyaan kita mau pakai airframe apa untuk sistem AWACS kolaborasi RI-Turkiye ini?
Yang dibutuhkan oleh Indonesia kemampuan membuat radar AESA yg kompak baik untuk kebutuhan radar Kapal, radar Pespur dan radar AWACS. Untuk masalah integrasi sistem software Indonesia sudah cukup mumpuni lewat LEN. Akan lebih baik jika Indonesia mau menjalin kerjasama dengan Rafael Israel.