PT44 Maesa: Truk Offroad Produksi Dalam Negeri dengan Independent Suspension System
Ditilik dari spesifikasi, rantis (kendaraan taktis) PT44 Maesa mestinya sudah ideal untuk kebutuhan peran taktis TNI akan truk serbaguna berkemampuan offroad. Namun nyatanya sampai saat ini nasib truk yang kandungan lokalnya disebut-sebut sudah 90% ini tidak jelas, justru Kementerian Pertahanan (Kemhan) memilih Isuzu NPS 75 4×4 untuk mengisi kebutuhan truk serbaguna di kelas 2,5 ton untuk ketiga matra. Padahal PT44 Maesa juga sudah berpenggerak 4×4 dan dilengkapi Independent Suspension System.
Baca juga: Isuzu NPS 75 4×4 – Truk Sipil Offroad Untuk Peran Taktis
Lepas dari soal terpilih atau tidaknya PT44 Maesa untuk operasional TNI, tentang truk ini memang menarik disimak. Prototipe truk ini digarap oleh PT Pacific Technology IADSA, dan sejak awal pengembangam dan uji cobanya mendapat dukungan penuh dari Kemhan. Karena lahir langsung atas kebutuhan operasional militer, dan bukan diciptakan dari platform truk sipil, maka PT44 Maesa sedari awal sudah dicanangkan agar sesuai standar NATO. Untuk mewujudkan PT44 Maesa, Indonesia menggandeng mitra dari Afrika Selatan dan Inggris. Seperti mesin menggunakan diesel Turbo 6 silinder lisensi dari Cummins dan perseneling ZF dari Jerman. Untuk axle dipasok dari Eston Amerika.
Baca juga: KIA KM250 – Truk Penarik Meriam Howitzer KH-178 105mm Armed TNI AD
Maesa yang dalam Bahasa Jawa berarti Kerbau, sudah dilengkapi suspensi independen standar NATO, dengan sistem suspensi independen memungkinkan Maesa untuk berlari secara stabil di berbagai kondisi jalanan, baik itu di jalan halus beraspal sampai ke medan berat sekalipun, sistem suspensi yang di gunakan adalah Type 34 Independent Suspension System yang sudah mengadopsi sistem suspensi kendaraan militer kelas menengah. Sistim suspensi bebas yang dipasang pada ke empat roda ini membuat kendaraan taktis ini dapat melaju 1,5 kali lebih cepat dalam melintasi ladang dan jalanan rusak dibanding dengan kendaraan yang serupa dalam bobot, tenaga dan besar ban yang sama namun menggunakan sistim suspensi konvensional (Pegas daun dan Rigid Axel).
Bahkan dalam poster tentang truk ini, disebut PT44 sudah dilengkapi teknologi CTIS (Centra Tire Inflation System) yang mampu menambah atau mengurangi tekanan angin pada tiap ban hanya dengan sentuhan jari pada tombol kemudi. CTIS bermanfaat untuk mengoptimalkan laju kendaraan pada setiap medan. Semisal kendaraan terjebak di medan lumpur atau amblas, maka secara otomatis tekanan angin dapat dikurangi untuk menambah traksi pada permukaan dan mengurangi tekanan keseluruhan.
Stabilitas Maesa disebut-sebut cukup tinggi dalam kelasnya karena pusat gravitasi yang rendah dan jarak kaki yang cukup lebar. Penggunaan Independent suspension axel membuat rongga bawah kendaraan menjadi lebih datar, mengurangi coefficient drag sebesar 10% dibanding truk dengan suspensi dan axel konvensional. Datarnya dasar kendaraan juga membantu mengurangi turbulent angin yang dapat mengganggu stabilitas kendaraan pada kecepatan tinggi
PT44 Maesa mempunyai berat kotor 9 ton dan mampu mengangkut payload yang direkomendasikan 2,5 ton, dan maksimum payload sampai 5 ton. Sementara untuk kemampuan towing weight adalah 5 ton. Dengan kemampuan tariknya, meriam Arhanud S-60 atau Howitzer 105 mm dapat ditarik dengan mudah oleh truk ini. PT44 Maesa dapat melaju dengan kecepatan maksimum 105 km per jam. Sebagai truk offroad, PT44 Maesa tampil ideal dengan ground clearance 400 mm.
Baca juga: S-60 57mm – Meriam Perisai Angkasa ‘Sepuh’ Arhanud TNI AD
Seperti halnya Isuzu NPS 75 4×4, truk PT44 Maesa juga sudah dilengkapi lubang palka diatas kabin. Tinggal ditambahkan bumper baja dan winch, sejatinya PT44 Maesa sudah ideal untuk digunakan di setiap batalyon. (Bayu Pamungkas)
@admin
terimakasih om admin, sungguh suatu pencerahan.
@bakso: sama2 🙂
Malah ga dipilih oleh kememhan
bagaimana nasibnya mesin disel lisensi dari cummins nya ya ?? padahal mesin dah buatan lokal, sayang nasibnya bak ditelan bumi
Yang pegang lisensi mesin Cummins itu PT. Texmaco Perkasa pembuat truk Perkasa bung, tapi sayangnya PT.Texmaco sengaja dibangkrutkan pada tahun 2001-an karena termasuk dari kesepakatan pinjaman IMF (sama seperti PT.DI dulu). PT. Texmaco kan dulu sudah ditunjuk Soeharto sbg bagian modernisasi industri darat, makanya pada zaman Soeharto dulu Perkasa dipesan 1000 unit, sayang malah kebentur krismon dan IMF
sayang banget ……
kata’a yg bisa dibuat didalam negeri tp nyatanya berbeda…..
tank’s bang @admin sudah mengangkat artikel ini
biasa orang atas pikirannya gitu . kalau beli banyak diluar , nanti dapat bonus blablabla,,,,,,,,,,
Prikitiwww….terabaikn
Beli helikopter 1 unit dr luar negeri (terlepas harganya yg tergolong mahal), ramenya bukan main (pdhl heli itu memliki spec yg berbeda dg yg dibuat PTDI)…
Beli truk ratusan unit dr luar, malah adem ayem, pdhl dalam negeri sdh bisa bikin dh spec yg sama.
Fungsi sama, dan spesifikasi hampir sama, hal ini sudah dijelaskan sendiri oleh DIRUT PT. DI
Bahkan harga, biaya perawatan dan operasional lebih murah dari EC-725 dari PT. DI
semua sudah dibandingkan
kalau masalah truk ini tinggal dibandingkan dengan produk luar, murah mana ? dengan spesifikasi ekuivalen
contohnya Komodo Pindad yang ternyata jauh lebih mahal (2 – 3x) dari URO VAMTAC dari spanyol
Ada yang punya info ttg kompetensi PT. Pacific Technology?
Dilihat dari tongkrongannya truk ini mirip truk Leyland/UK….
@admin
Oom tanya oom…
Yang diberi lisensi mesin cummins ini siapa?
Beneran pt. Pacifik ini pegang lisensi apa cuma OEM…supaya gak pada suudzon? trimakasih.
Mana tau….nanti modus aja, seperti yang ngaku bisa buat senjata gatling
#maaf lho kalo salah2 kata, soale gregeten nunggu bung admin ngulas update heli AW
iya benar bung, yang saya tahu mesin cummins lisensinya ada di China
Padahal Maesa dari awal dirancang khusus untuk militer lha Isuzu malah seperti warga sipil kena wajib militer tapi malah di pilih, hebat nya indonesia….
Sik sing mas bro, kalo kemampuan ya Maesa diatas Isuzu, cuma ada pertimbangan lain ketika Pemerintah Jepang kasih pinjaman dana utk pembelian alutsista asal Jepang. ditambah alasan mudahnya suku cadang. Kasian sih nasib Maesa… ibarat anak kandung yg terlantar.
@deano
Maaf bung, komponen apa dari truk ini yang layak disebut sbg “anak kandung”…?
Habis ketemu iklannya “PT”…disitu dijelaskan bhw truk ini menggunakan komponen : mesin dari styer/austria, cabin buatan leyland/UK, persneling buatan ZF/jerman dan beberapa komponen utama lainnya yang masih diimpor.
Dengan konfigurasi spt itu kira2 skala keekonomisannya apa bisa terpenuhi…belum lg bicara aspek kemudahan perawatan dan biaya operasionalnya
@lanang
Ya gak gitu juga bro…negara2 maju dieropa aja berhitung bener2 soal biayanya.
Truk spek militer, sucadnya mahal dan biaya operasionalnya lebih tinggi dibanding truk spek komersial, sementara kebutuhan operasionalnya “tidak selalu” menuntut perfoman yang heavy duty….makanya banyak negara maju menerapkan konsep komposit antara truk spek militer dan komersil.
Silahkan dicek perlengkapan militer negara2 eropa yang terkenal teliti dlm penganggarannya…(saya ada artikelnya, lagi dicari nih)
Jika ulasannya benar.ngenes maneh atiku!!!!Pemerintah entah TNI sebagai pilar nasionalisme bangsa terasa hambar,Anyep!!!senasib sama truk n bis Perkasa.hancur lebur,gara2 kartel oto kah?
TOT dikejar-kejar….giliran ada didalam negeri dibiarkan, harusnya pemerintah peduli dan mengembangkan industri dalam negeri. jadi bingung dgn sikap pemerintah.
Komen semua sob indomiliter benar semua,saya setuju dan sependapat. Skrg tinggal pemerintah/tni/kemenhan mau merealisasikan kendaraan jenis ini pa gak?! Mengingat banyaknya truk2 berbagai tipe yg digunakan tni maupun polri,sungguh disayangkan dalam hal perawatan dan suku cadangnya. Kalo truk dah sanggup bikin tinggal kembangin varian2nya dan fungsi2nya. Berikutnya berharap jg ada jeep 4×4 utk semua kesatuan tni maupun polri. Kalo sdh berhasil dan bagus hasilnya tinggal kembangin versi sipil,nih ditunggu rakyat buat mobil nasional made in indonesia asli .
Agak-agaknya Pindad ingin membuat truk sendiri. Test R-Han 122 dulu kan sudah tidak memakai truk Perkasa lagi, tetapi truk lain yg didepannya ada kata “Pindad”. Apalagi katanya Pindad ingin mereverse engineering Type 90B MLRS China, yg menggunakan truk Beifang Benchi. Kalau mobil jeep sekelas Range Rover atau Mercedes G-class sepertinya belum ada yg mau membuat. Padahal kalau masuk ranah militer dan sipil bisa laku itu.
@autoveron
Kalo tidak salah aslinya truk mercedez-zetros yang bagian kabin/kepala truknya dibuat secara lokal oleh salah perusah swasta rekanan kemhan.
Gak jelas itung2annya gimana…dg jumlah yang terbatas apa masi kompetitif memakai pola spt ini?
Bukan yg itu @uling putih. Yg bentuknya mirip Zetros itu buatan PT.Indomesin Tridaya Bangsa, buatan tahun 2014. Yg lebih baru adalah yg ada tulisan “Pindad” nya, bentuknya Cabover seperti truk Jepang kebanyakan, bukan seperti Zetros.
Ooow…ada yg lain lagi ya?
Tks bung autoveron
Buat apa pemerintah menyuruh orang2 pandai asal Indonesia yg berkarya dan sudah hidup mapan di luar negeri untuk pulang agar berkarya di Indonesia jika pemerintah tidak memanfaatkan hasil karya anak bangsa.
Admin tidak sekalian bahas truk Maesa 2 dan Perkasa?
Bila memang konten lokal 90% benar2 mabok gak pilih jenis truk ini. Beli impor truk seperti ini memang gampang, tapi pikirkan perawatannya. Bila memang ada beberapa komponent yg harus impor itu wajar, tapi harus punya prospek kedepan untuk subtitusi barang yang di impor. Ok untuk pengiriman 25 pertama boleh campuran impor, yang ke 26 dan selanjutnya harus ada yg di ganti dg komponent produksi dalama negri.
Terbalik, 90% Impor, hanya 10% yang lokal
yang benar benar lokal adalah PERKASA buatan Texmaco, karena mesinnya produksi sendiri, kandungan lokal sekitar 80%
sayangnya Texmaco dihabisi karena politik jahat