PT PAL Indonesia Lakukan Peletakan Lunas Unit Perdana Frigat Merah Putih (Arrowhead 140)

Hari ini, 25 Agustus 2023, PT PAL Indonesia menggelar ceremony keel laying (peletakan lunas) proyek pembangunan unit perdana frigat Merah Putih (Arrowhead 140). Sekretaris Badan Sarana Pertahanan (Sesbaranahan) Kementerian Pertahanan RI, Brigjen TNI Heru Sudarminto memimpin jalannya ceremony.
Baca juga: Frigat ‘Merah Putih’ (Arrowhead 140) Akan Dilengkapi CMS Advent dari Havelsan Turki
Melalui sambutannya, Chief Operating Officer (COO) PT PAL Indonesia Iqbal Fikri menyampaikan bahwa “Dipercayakannya PAL sebagai industri pertahanan nasional dalam membangun dua unit frgat, merupakan komitmen pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI untuk memajukan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas industri pertahanan dalam negeri. Serta sebagai langkah nyata dalam upaya mewujudkan peningkatan penguasaan teknologi pertahanan, kemandirian industri pertahanan, sehingga dapat meminimalisir ketergantungan impor alutsista” ungkapnya.
Tahap keel laying dengan ditandai peletakan lunas kapal merupakan momen penting sebagai permulaan perhitungan usia kapal. Frigat Merah Putih ke–1 memiliki panjang 140 meter dengan displacement sebesar 5.996 ton, dan nantinya akan dilengkapi dengan teknologi pengindraan serta persenjataan yang lebih modern. Terlebih sebagai produk yang berteknologi tinggi tentunya tidak lepas dari proses pengembangan dan adjusting mechanism sesuai kebutuhan pengguna.

Agenda di awali dengan peletakkan kepingan koin yang bertuliskan identitas kapal, di bagian bawah lambung kapal oleh Brigjen TNI Heru Sudarminto selaku representasi dari owner kapal.
Sebagaimana yang diketahui, tahapan desain pada kapal perang merupakan fase paling krusial dalam pra produksi. Maka mengingat Frigate Merah Putih ke – 1 adalah kapal perang yang berteknologi tinggi yang dibangun Indonesia, Lloyd’s Register (LR) Class selaku lembaga klasifikasi internasional telah menyatakan kesiapan Indonesia untuk melakukan produksi sesuai desain yang diajukan oleh PAL Indonesia.

Acara dilanjutkan dengan menyaksikan simbolis pengelasan penyambungan block kapal Frigate. Kemudian disusul dengan penandatanganan berita acara antara COO PT PAL Indonesia Iqbal Fikri, dengan Sesbaranahan Kemhan RI. (Bayu Pamungkas)
Related Posts
-
MJ-1C “Jammer” Lift Truck – Kendaraan Khusus Loading dan Unloading Senjata di Jet Tempur TNI AU
7 Comments | Jul 4, 2021 -
Laporan SIPRI: “Kebanyakan Negara NATO di Eropa Masih Bergantung Pada Persenjataan dari AS”
2 Comments | Mar 10, 2025 -
Kecil-kecil Cabe Rawit, Pesawat COIN ini Bawa Empat Rudal AIM-7 Sparrow
8 Comments | Aug 24, 2020 -
Jelang Kedatangan OPV/Frigat PPA Paolo Thaon di Revel class, PT PAL Sepakati Kerja sama dengan Leonardo Electronics
1 Comment | Aug 1, 2024


Pak Pur punya konsep utk mengadopsi alusltsista dg tipe seramping mungkin dalam jumlah yg besar utk memudahkan perawatan nya…..maka pernah punya wacana single tipe Sukhoi 180 unit dan PKR 25 unit
@agato
ya itu bukan saya yang asal ngomong, itu dari wiki saya bacanya
dan untuk fregat merah putih sendiri, sepertinya sesuai tradisi, kapalnya ada senjatanya tidak ada (belum), dan jika mengacu dari spek type 31, saya rasa malah lebih bagus fremm, jadi ya ngga bisa menyamakannya dengan type 54 dan hobart class yang mirip burke class
@Periskop: Pak Pur gak pernah bilang mau akuisisi Sukhoi 10 squadron. Yg bener, beliau ingin Indonesia punya 10 squadron baru diluar yg lama. Jenis pespurnya menyesuaikan kebutuhan militer Indonesia. Pembelian 42 Rafale dan 24 F-15EX oleh Pak Prabowo itu sudah memungkinkan Indonesia mendapatkan 5 skuadron baru tinggal 50 unit lebih KF-21 yg akan jadi pelengkap sebagai 4 ska. Bisa aja nanti pembelian KF-21 akan lebih dari 54 unit untuk menggenapi 1 skuadron campuran buat latih lanjut terdiri atas 6 unit Rafale dan 6 unit KF-21.
@TN: kalo pangkalan mungkin gak butuh Kavaleri dan artileri, mungkin mereka cuman butuh Manpads dan ATGM yg banyak. Itu jauh lebih baik .
Untuk sistem Hanud buat Fregat Merah Putih kayaknya gak mungkin cuman 12 Shorad dan 12 Merad. Kemungkinan besar akan pake 36-48 sishanud dg 24-36 Shorad dan 12-24 Merad. Masak kapal Segede itu hanudnya cuman dikit apalagi rencana anggaran kedepannya bakal lebih besar lagi loh. Bergamini Class yg dipesan Indonesia juga kemungkinan akan punya jumlah yg mirip dg Fregat Merah Putih atau bisa juga lebih banyak lagi mengingat Indonesia ingin kapal perang Multipurpose dg konsep mendekati arah konsep AAW seperti milik Jepang dg jumlah Hanud yg banyak. Mereka sadar dg luasnya wilayah Indonesia, Hanud yg dimiliki atau akan dimiliki belum akan cukup mengkover sebagian besar wilayah Indonesia. Makanya kapal perang dg konsep AAW lebih menarik bagi Indonesia yg wilayahnya sebagian besar itu lautan.
jika memang buat penguatan postur TNI lengkapi saja jumlah Rafale spt semula, aktifkan kontrak efektif Fremm dan Maestrale, hormati keputusan pendahulu yg sudah negokan IFX yg sudah terlanjur sudah berjalan sejauh ini, lengkapi T-50 supaya mampu serang, utk Arrowhead 140 ok lah, jangan belanja macam2 misal ternyata bakul duit tak restui malah memalukan kedepan tak dipercaya orang kita, negara masih terlalu banyak butuh duit buat lanjutkan pembangunan infrastruktur yg non toll jangkau pelosok negeri, ketahanan pangan berkelanjutan, pasokan energi yg tak boleh putus tak perlu cari sensasi, yang masuk akal sajalah
@heaven,
Biarkan saja, orang seperti itu bisa jadi dia iri.
@periskop,
Dengan dana USD 22 billion itu kita kemungkinan bisa dapat :
– 84 unit Rafale full armament ditambah 29 unit FA50
atau
– 112 unit Rafale dengan persenjataan yang lebih minim.
Tapi sebenarnya Angkatan Bersenjata kita itu lebih dekat ke US daripada Perancis maka kalo hanya fungsional untuk pertahanan diri saja 96 unit F16 Viper itu cukup. Ditambah kecepatan maksimum Viper lebih cepat dari Rafale. Ingat Iran walaupun diembargo lama tetap bisa bertahan karena mereka akuisisi pesawat tempur yang banyak dan rudal yang sangat banyak ditambah MRO serta suku cadang yang sangat banyak pula.
Kalo hanya untuk pamer taring ya F-15 jagonya.
Sebenarnya saya sekarang lebih prihatin terhadap pertahanan pangkalan kita yang sangat minimalis hanya pakai bedil saja.
Kalo mau cukup kuat untuk pertahanan pangkalan dan obyek vital dibutuhkan kira-kira USD 85 juta x 320 titik = USD 27,2 billion untuk 3 matra. USD 85 juta itu meliputi selusin rudal shorad setara Stinger, 1 satbak meriam PSU setara Oerlikon skyshield, selusin rudal anti tank setara javelin atau TOW, 1 peleton tank ringan atau fire support vehicle setara badak, selusin kendaraan lapis baja setara Komodo atau JLTV dan 1 satbak armed lengkung dan persenjataan infanteri berat lengkap untuk 1 kompi.
@Agato,
Mampu bersaing dengan Hobart class atau Type 054 class ?
Kalo nggak salah armament fregat merah putih kita kan cuma bakal dilengkapi:
1 main gun
2 ciws maksimal
12 vl shorad
12 vl merad
16 anti kapal
2 triple tube light torpedo
Beberapa SMB 12.7 mm
Dengan armament serba ngirit seperti itu nggak mungkin bisa bersaing dengan Hobart atau pun Type 054.
CIIMW.
Ditunggu hasilnya
@IS A HEAVEN
jangan salham, sesuai nama mereka, yang ada ngitung ngitungnya, yaaa kerjanya ngitung, sama kayak tukang cukur, kerjanya mencukur, tukang sate, ya bikin sate, tukang potong hewan, kerjanya tentu saja motong hewan, ngga motong yang lain
@Livik: simpel aja, anggaran militer cuman dikasih USD 9 billions ditambah pinjaman DN/LN kurleb USD 1,5 billions. Itu masih kurang banyak kalo mau bikin postur kaprang dg tonase besar diatas 4000-5000 Ton. Minimal butuh USD 20 Billions pertahun biar bisa bikin lebih dari 30 unit.
@tukang ngitung pH.d, ntung itu ada yg ngeledekin masak iya ada Prof ngitung hehehehe pake dibahas bahas lagi mari kita berhitung lawas
@TN, kalau gitu jangan F-16 mas, fungsional tapi ekstra ribet namanya, ngurus ijin dulu kayak bikin ktp, kalau true fungsional sih, rafale 150 unit, jaman menhan tahun 2010 yang saya lupa itu namanya, purnomo kalau ngga salah, sukhoi pernah direncanakan 10 sq (180 unit), ya ini saya dapet dari wiki sih, sumber aslinya ngga pernah saya cari, yaaa untuk KF21/IF-33/F-33 ini menurut saya lebih ke maksain sih, terlalu ambisius, tapi ngga diurus dengan benar, nyatanya
jempol dulu deh buat PT PAL
@periskop,
Sebenarnya KF-21 itu saja sudah pamer saja lho sebab tidak ditunjang dengan kemampuan dari inhan dalam negeri.
@periskop,
Itu semua hanya untuk pamer otot doang mas bukan untuk fungsional.
Kalo untuk fungsional saja beli 96 F16 Viper lengkap senjata udara ke udara, rudal anti kapal dengan dana USD 13,9 billion plus USD 8,1 billion = USD 22 billion itu sudah cukup kuat.
Kalo untuk fungsional saja beli lagi REM class saja sejumlah 25 unit lengkap rudal VL Mica, Exocet dan torpedo itu cukup. Sebab jika ditambahkan dengan 2 unit REM class yang sudah ada plus 3 unit Nahkoda Ragam Class sudah jadi 25 + 2 + 3 = 30 unit itu sudah cukup untuk menjaga 10 lokasi jalan masuk kapal selam asing. Itu si ibu tukang roti pernah memberikan seminar Lemhannas bahwa ancaman kapal selam itu datang dari 10 lokasi. 10 x ( 1 operasional + 1 siaga + 1 perawatan) = 10 x 3 = 30 unit.
Bagaimana bisa berkesimpulan seperti itu bung @Agato ??
Untuk Rafale dg harga yg mahal sepertinya sudah termasuk pelatihan, simulator, sukucadang, ground support dan senjata.
Ini saya menerawang dari plat becak yg melintas dan semedi ke leluhur Kanjeng Nyai Ngitung, angka yg keluar buat Arrowhead 140 itu 100 dan FREMM itu 45
@Kabeerje: sebetulnya lebih kepada kemampuan galangan PT. PAL untuk memproduksi banyak dalam waktu singkat. Masalahnya jika PT. PAL meningkatkan kapasitas galangan kapal, maka bisa jadi setelah itu produksi akan menurun drastis. Mungkin saat pembuatan pertama ini dibutuhkan 3 tahun. Tapi jika PT. PAL sudah mampu menguasai secara penuh Know how dalam pembuatan tersebut dan mampu mempersingkat waktu pembuatannya maka bisa jadi Pemerintah bisa memesan secara berjenjang dalam 10-15 tahun kedepan sehingga PT PAL akan mampu membuat antara 9 hingga 15 unit. Suatu jumlah yg sangat besar untuk kemampuan membangun Fregat raksasa rasa Destroyer hanya dalam waktu 15 tahun.
Yang dipentingkan oleh Indonesia saat ini adalah kemampuan perusahaan pertahanan Defense.ID untuk mampu memproduksi sendiri rudal jelajah anti kapal permukaan/serang darat dan Rudal serang udara (AAW) secara lisensi. Baik Turki maupun Ukraina memberikan kesempatan yg luar biasa besar bagi Indonesia untuk mendapatkan teknologi tersebut yg kemudian bisa diaplikasikan kepada seluruh alutsista yg dimiliki oleh Indonesia termasuk Fregat Merah Putih ini.
Note: Saya berharap untuk nama Kapal Perang Fregat Merah Putih ini bisa dinamai dg nama Pahlawan terbesar di Indonesia.
@kaberjee
nah itu dia, saya juga bingung, sebenarnya perlunya hanya buat pamer (deterent) atau untuk fungsional ini?, banyak proyek strategis mandek, bluefin, elang hitam, petir, dsb, yang lebih aneh untuk berita terkini, adalah KF-21 ngga dilunasi, rafale ngga dijangkepin (kalaupun dah jangkep 42 unit senjata juga belum dikontrak sejauh ini kecuali bom, sebagaimana yang dijelaskan di salah satu artikel) malah beli F-15 sama black hawk yang urgensinya sebenarnya ngga seberapa, mengingat penggatinya juga sudah ada (rafale dan berbagai heli angkut termasuk Nbell 412), dulu katanya beli yang minim resiko ITAR, malah beli senjata dari induk ITAR itu sendiri, hadeeeh 😂😂😂
Suatu pencapaian yg luar biasa bagi Indonesia karena bila kapal ini selesai dibangun akan menjadi kapal perang terkuat di ASEAN, bahkan jauh lebih kuat dari Destroyer milik India sekalipun dan mampu bersaing dg Hobart Class milik Aussie atau Type 054 China.
ooh, ok min, untuk senjatanya sudah diorder belum ya kira²?
Suruh lembur 24 jam jangan kasih pulang kalau belum jadi kaprang nya
Dapet lisensi 2 biji sebenernya nanggung banget. Dengan dukungan dok swasta, 10 biji itu hal mudah, mengingat pekerjaan 1 unit ga sampe 3 tahun
Cuma bertanya saja dalam hati, apakah kalau mau buat kapal perang atau kapal selam itu wajibnya hanya 2 atau 3 unit saja di dunia ini, nanti batch selanjutnya tambah lagi jika batch 1 dah selesai operasional, logikanya kalau buat nya lama padahal butuh banyak kenapa tidak sekalian buat 5 atau 7 unit sekaligus jadi setelah 3 tahun langsung miliki 7 unit, kecuali jika serempak buat dgn yg di Inggris misalnya, masalah anggarankah, kan selama 3 tahun anggaran bisa direvisi tambahannya…maklumlah cara berfikir rakyat jelata.
Mantap
Sebagai mana ” Mari Kita Berhitung ” edisi tahun 2015 mengsabdakan Indonesia butuh 21 Absalon Class maka saya revisi Indonesia butuh 100 Arrowhead 140 hahahaha hihihihi kabur
Lanjutkan hingga 12 unit Arrowheaf 140
Tambah 6 unit FREMM class
Dan 8 unit Mogami class
horeee, selesainya kapan min?
Sekitar tiga tahun, bergantung pada penyesuaian yang diharapkan oleh owner dan user