Update Drone KamikazeKlik di Atas

PT DI Lakukan Uji Coba Penggunaan Bioavtur pada CN-235 220 Flying Test Bed

Kilas balik ke Agustus 2019, saat itu PT Dirgantara Indonesia dengan bangga merilis CN-235 220 Flying Test Bed (FTB), yakni pesawat dengan fungsi khusus dengan livery merah-putih. Kala itu CN-235 220 FTB diluncurkan salah satunya untuk mendukung proyek Gunship, dimana uji coba konfigurasi payload akan dilakukan dari testbed aircraft atau flying test bed.

Baca juga: Dukung Proyek Gunship, PT Dirgantara Indonesia Rilis CN-235 220 Flying Test Bed

Dan seolah terdampak pandemi, debut CN-235 220 FTB yang terkait dengan proyek Gunship seperti tenggelam. Meski begitu, PT DI terus mengembangkan kemampuan CN-235 lewat pesawat FTB ini. Dikutip dari siaran pers PT DI (6/9/2021), disebutkan CN-235 220 FTB lakukan ground test pertama kalinya dengan bahan bakar Bioavtur J2.4, yang merupakan bahan bakar campuran bioavtur yang dihasilkan dari bahan baku 2,4 persen minyak inti sawit atau Refined Bleached Degummed Palm Kernel Oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis, produk hasil kerja sama antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan PT Pertamina (Persero).

Adapun ground test telah dilaksanakan pagi ini selama 20 menit oleh tim uji PT DI yang dipimpin oleh Captain Adi Budi di Apron Hanggar Aircraft Services PT DI. Pesawat CN-235 220 FTB yang diisi bahan bakar Bioavtur J2.4 tersebut merupakan wahana PT DI dalam melakukan pengujian dan pengembangan hingga proses sertifikasi sistem baru sebelum diimplementasikan ke pesawat CN-235 220 milik customer.

(Foto-foto: Humas PT DI)

Pelaksanaan ground test merupakan tahap terakhir sebelum dilakukan flight test. Rencananya akan dilakukan 2 (dua) kali flight test di minggu kedua bulan September 2021, sebelum pesawat diterbangkan ke Bandara Soekarno Hatta Cengkareng pada tanggal 15 September 2021.

“Dari hasil pengetesan yang baru saja kami laksanakan, yang pertama adalah start engine sebelah kanan yang menggunakan bioavtur J2.4 kemudian diikuti dengan start engine sebelah kiri yang menggunakan avtur Jet A1, semuanya normal tidak ada abnormality. Kemudian itu kami melakukan power check dengan power pertama kali adalah flight idle dan secara bertahap dinaikkan sampai ke maximum takeoff power. Setelah itu yang terakhir kita lakukan evaluasi respon engine saat akselerasi dan deselerasi. Disusul dengan perubahan secara cepat dari maximum power ke flight idle diikuti dengan slamming ke maximum power. Dari semua test yang dilakukan, respon engine semuanya normal dan tidak terlihat perbedaan dibandingkan saat menggunakan bahan bakar Avtur,” jelas Captain Adi Budi.

Hasil pengujian ground test dan flight test pesawat turboprop CN-235 220 FTB dengan menggunakan Bioavtur J2.4 ini kemudian akan menjadi data penting dan masukan bagi authority di Indonesia, dalam hal ini Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA).

Upaya implementasi bioavtur ini tentunya akan berdampak positif dalam pencapaian kontribusi EBT, dimana di dalam Kebijakan Energi Nasional telah ditetapkan target pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.

Baca juga: Lebih Ramah Lingkungan, F-16 Fighting Falcon Terbang dengan Bahan Bakar Biofuel

Selumnya, Angkatan Udara Belanda – Royal Netherlands Air Force (RNLAF) membuat gebrakan dalam operasional jet tempur F-16 Fighting Falcon. Bila umumnya F-16 mengkonsumsi Avtur/JP8, maka pada 14 Januari 2019, F-16 AU Belanda untuk pertama kali menggunakan biofuel, yaitu bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Biofuel yang digunakan untuk F-16 komposisinya terdiri dari campuran 5 persen SAF dengan bahan bakar konvensional. (Gilang Perdana)

5 Comments