Proyek UCAV Mosquito Batal, BAE Systems Tawarkan Konsep G-UCAS, Drone Tempur Bermesin Jet

Meski beda kondisi, ada sedikit persamaan antara Indonesia dan Inggris dalam rencana pengembangan drone tempur (UCAV), dimana kedua negara sama-sama menghentikan rencana untuk memproduksi drone tempur masa depan. Seperti diketahui, proyek Elang Hitam yang telah lama molor dari jadwal, kabarnya dialihkan untuk pengembangan ke drone sipil. Sementara dari Negeri Britania, per 24 Juni 2022, telah diputuskan penghentian program pengembangan UCAV dan Loyal Wingman Mosquito.

Baca juga: Inggris Batalkan Proyek UCAV dan Loyal Wingman Mosquito

Namum, ada yang menarik dari hajatan Royal International Air Tattoo (RIAT) 2022, dimana BAE Systems justru memperlihatkan untuk pertama kalinya desain mockup drone tempur G-UCAS. Sejauh ini belum ada informasi rinci terkait G-UCAS, tapi dari tampilan terlihat jelas, bahwa G-UCAS dirancang sebagai drone bermesin jet. Situs mirayhaber.com menyebut, bahwa G-UCAS diperkirakan berada di kelas KIZILELMA Combat Unmanned Aircraft System (MIUS), yang dikembangkan oleh Baykar Makina, Turki.

Dari mockup, diperlihatkan bahwa G-UCAS nantinya dipersiapkan untuk meluncurkan rudal udara ke udara, dan udara ke permukaan. Dan pastinya, G-UCAS hadir dengan kelengkapan radar. Lantaran masih berupa mockup, bila proyek BAE Systems ini lancar, maka G-UCAS diperkirakan baru akan terbang perdana pada 3 tahun mendatang.

Dari spesikasi, G-UCAS punya berat maksimum saat tinggal landas 3,5 ton. Dari segi payload, G-UCAS dirancang membawa payload 500 kg dan mampu terbang selama 5 jam. Drone ini dapat melesat dengan kecepatan jelajah Mach 0.75 dan terbang maksimum di ketinggian 12.192 meter.

Tupoksi yang digariskan untuk G-UCAS mencakup keemampuan untuk melakukan serangan elektronik, serangan udara ke permukaan dengan 4x rudal Spear 3, misi pengintaiai dan pengawaan dengan sistem EO/IR, kemudian drone ini punya kemampuan maladeni peperangan udara ke udara dengan 2x rudal Meteor. Mengandalkan kontruksi modular, G-UCAS beroperasi dengan take-off dan landing secara konvensional.

Pengembangan drone tempur di Inggris tidak mudah, pasalnya Pemerintah Inggris juga mendapat tekanan untuk melengkapi armada UCAV yang saat ini ada, secara cepat dan tentunya reliable. Dan untuk itu, Inggris lebih banyak berharap pada drone impor dari Amerika Serikat dan Israel. Saat ini kekuatan drone tempur AU Inggris bertumpu pada General Atomics Aeronautical Systems Protector RG1 (varian dari MQ-9B SkyGuardian) dan MQ-9A Reaper. Sementara drone intai andalan bertumpu pada Watchkeeper WK450.

Baca juga: Jelang Uji Terbang Perdana, Prototipe Drone Elang Hitam Disebut Gunakan Mesin Piston Rotax 915 iS

Bila konsep G-UCAS berjalan mulus, bisa saja drone ini akan masuk ke dalam konsep Lightweight Affordable Novel Combat Aircraft (LANCA) yang dikembangkan untuk Angkatan Udara Inggris. LANCA sebelumnya merupakan wadah dalam pengebangan drone tempur Mosquito yang dikembangkan Spirit AeroSystems. (Bayu Pamungkas)

One Comment