Satu Tahap Lagi, Proses Pengadaan Sukhoi Su-35 Masih Tersandera
Pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II boleh dikata sebagai program pengadaan alutsista yang paling penuh liku. Setelah serangkaian pembicaraan yang melelahkan dan akhirnya sudah ‘dipastikan’ yang bakal dibeli adalah Sukhoi Su-35 Super Flanker, toh hingga kini belum ada juga kontrak pembelian yang dinanti-nanti, penantian panjang publik kini masuk babak baru (lagi) dengan tersanderanya pengadaan karena faktor offset (imbal beli) dan ToT (Transfer of Technology) yang masih belum disepakati antar Rusia dan Indonesia.
Baca juga: Menhan Ryamizard – “Tunggu Saja, Negosiasi Harga Su-35 Masih Berjalan”
Masalah metode pembayaran menjadi sandungan utama sejak opsi pembelian Su-35 digulirkan, dan meski arahnya sudah ditentukan lewat offset masih ada beberapa poin yang perlu diluruskan bersama. Mengutip sumber dari Janes.com (5/5/2017), pihak Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah mengkonfirmasi bahwa rencana untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 ‘Flanker-E’ multirole masih tertunda karena “ketidakpastian” mengenai isu-isu yang berkaitan dengan transfer teknologi. Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa usulan pengadaan tersebut didiskusikan oleh pejabat Kemhan dan perwakilan senior dari agen ekspor militer Rusia Rosoboronexport pada 3 Mei 2017.
Baca juga: KnAAPO Kebanjiran Order, RI Baru Bisa Terima Sukhoi Su-35 Mulai 2018, Sabarkah Indonesia?
Masih dari Janes.com, pejabat dari Kemhan menyebut bahwa pengadaan yang diajukan Indonesia “telah melewati beberapa tahap, namun masih ada satu tahap yang belum sepenuhnya terwujud. Kemhan kemudian menjelaskan bahwa tahap kunci ini merupakan evaluasi yang dipersyaratkan dari tim Kemhan, yang menurutnya menentukan ketentuan termasuk kewajiban offset pertahanan dan juga “trade and funding.”
Ada satu tahapan yang belum direalisasikan yaitu Sidang Tim Evaluasi Pengadaan (TEP). Diharapkan hal tersebut dapat direalisasikan dalam waktu dekat, mengingat kerjasama ini merupakan “PilotProject” bagi Rusia. Hal ini dikarenakan banyaknya ketentuan baru yang menyertai proyek pengadaan SU-35 ini seperti komponen offset dan pendanaan. Meski tinggal melewati sidang TEP, perjalanan pengadaan masih belum dipastikan langsung lancar. Kemhan masih menunggu kepastian dari Kementerian Perdagangan terkait dengan offset dan ToT. Untuk itu Kemhan berharap semua pihak yang terkait dapat membantu proyek ini agar dapat segera terwujud, seperti TNI AU, Kementerian Perdagangan dan Rosoboronexport Rusia. Tentunya sesuai dengan kapasitas dan fungsinya masing-masing.
Baca juga: Menerawang Plus Minus Sukhoi Su-35 Super Flanker Untuk TNI AU
Apa itu offset? Dalam setiap pengadaan alutsista di hampir setiap negara dipersyaratkan adanya defence offset yang dibagi menjadi direct offset dan indirect offset. Direct offset yaitu kompensasi yang langsung berhubungan dengan traksaksi pembelian. Indirect offset sering juga disebut offset komersial bentuknya biasanya buyback, bantuan pemasaran/pembelian alutsista yang sudah diproduksi oleh negara berkembang tersebut, produksi lisensi, transfer teknologi, sampai pertukaran offset bahkan imbal beli.
Perjanjian Rusia-RI dalam kasus ini termasuk dalam kategori yang terakhir. Karena Rusia juga menyatakan kesiapannya pelaksanaan ToT untuk setiap alutsista TNI yang dibeli dari Rusia, mengadakan joint production untuk berbagai suku cadang alutsista TNI yang dibeli dari mereka serta mendirikan service center di Indonesia. Semua dengan catatan Indonesia membeli produksi alutsista dari Rusia, dan pastinya semuanya nilai offset dan ToT akan bergantung pada nilai kontrak pengadaan yang disepakati. (Bayu Pamungkas)
Rusia tidak mengembargo Indonesia, tetapi saat itu terjadi pergantian rezim ORLA ke REZIM ORBA…..dimana orla ketika itu lbh berkiblat/mengandalkan peralatan tempur dari timur dlm hal ini USSR sedangkan orba kemudian merubah kiblat ke Dunia Barat /USA… entah krn ketika pergantian dr orla ke orba ada perjanjian khusus dengan barat atau gimana saya tdk tahu, yang jelas selanjutnya alat tempur kita beralih ke dunia barat/USA. dan alat tempur peninggalan orla dibiarkan begitu saja kemudian di musiumkan….
Tidak mengembargo,cm tidak lg menjual suku cadang alutsista yg kita beli,trus apa bedanya dengan embargo?
Beli bijian minta TOT.. Kalau cuma imbal beli gk masalah.. TERLALU BERHAYAL..
entah kenapa kalo ngincer TOT kok yg dipilih ini pesawat, TOT apa to yg di incer benernya..
mending ambil f-16 lagi aja dari LM ato f-15 dari boeing sekalian mumpung line produksi masih ada, sambil ngarep LM ato boeing ngasih TOT terkait program KFX/IFX, daripada ngincer nih pesawat mo dapet TOT apaan…
F16 sama f15 pesawat busuk apa yg mw di ambil, jauh canggih sukho kemana” apa lg teknolovi avionik radar dan senjata ny yg canggih anti embargopula
Kalo alutsista amrik busuk artinya alutsista rusia busuk juga dong
Rudal r73/74 & r77 saja seeker & ins bikinan texas instrument bhk irst & ins pd su35 yg dibangga2in fansboy ruski nyatanx bikinan amrik juga
Ehem ehem.
Entah beli sedikit atau pun banyak, syaratnya tetap sama yaitu TOT.
Mengapa ? Untuk mengikuti UU yang diberlakukan mulai 2014.
Mengapa 24 F16 pesawat hibah dan upgrade serta Sukhoi yg dulu2 kok tidak mbulet begini ?
Sebab, pengadaannya sebelum tahun 2014 jadi belum kena aturan TOT.
Semua pengadaan alutsista sesudah 2014 wajib TOT.
Teknologi CFT kita belum bisa. Teknologi desain struktur dan body airframe untuk pespur kita juga belum bisa.
CFT berguna untuk meningkatkan daya jangkau dan memperlama waktu patroli tanpa harus diisi lagi di udara.
Kita butuh itu semua.
Jika kita mau beli 8 – 16 unit EF Typhoon dan diajari bikin CFT dan sirip canard, itu sudah sesuatu banget gitu lho.
Apalagi kalau mau beli lebih banyak lagi. Tetapi karena teknologi selalu berkembang, RI belinya bertahap tidak sekaligus banyak, supaya tetap update teknologi.
Yang jelas tiap2 pulau besar di RI akan dijaga minimal 14 unit heavy double engine dan 10 unit medium single engine pada 2024.
Heavy double engine bisa jadi Sukhoi atau yang lain yang sekelas atau lebih tinggi kelasnya.
Betul th EF jg bersedia membantu indonesia mengembangkam stealth fighter IFX termasuk mereka jg mw ngasih teknologi mesin ny EJ2000 untuk IFX, tp syg EF harga ny trllu mahal seperti ny untuk bduget TNI
Gw yakin yg bikin ribet d rusianye nih…buktinye klo beli dr barat gak lama prosesnye
Cuma 8 ya.. Mungkin bakal jadi squadron campuran. 8 su-35 sebagai air superiority dan sisanya Su-30 sebagai multirole fighter..
Tak apalah..
Tinggal tunggu pengganti Hawky. . Kebagian apa ya skuadron 1 dan 12 nanti..
beli delapan atau sepuluh pesawat su35 rumitnya minta ampun tetek bengek rapat rapat kemhan , menteri perdagangan dll dll padahal TNI sudah lama memberikan opsi dan pilihan pengganti Fe5 … membeli pesawat bekas/refurbished F16 52id senilai 750juta $US , Heli Apache guardian 8 unit 680juta US$ , chinook atau A400M ga tau lah harganya berapa ( proses sangat cepat dan langsung disebutkan kapan akan datang tanpa ribet atau informasi ke publik apa offshet yg kita dapat dll dll )
Diberi kredit ekspor 1 Miliar US$ oleh rusia diharapkan untuk pembelian kapal selam kilo juga baru dipakai 200 juta US$ beli bmp3F .. Ribet , Ruwet , dengan berbagai alasan … Apa Kemhan lupa atau pura pura bodoh kalo kita pernah diembargo senjata gara2 HAM timor2 dan total kekuatan pesawat tempur kita lumpuh dihina australia jakarta akan dibom kalo sampe ada tentara ausi yg terluka atau mati pada waktu penugasan pasca referendum , insiden di eltari pesawat ausi terbang seenaknya diatas LANUD dll dll dll … RUWET KABEH
Sama saja bung, Rusia juga pernah mengembargo kita tahun 1970-an, gara gara embargo itu Alutsita buatan Rusia Lumpuh dan Pensiun Dini
Kalau ngak mau di EMBARGO harus MANDIRI
Mandiri dimulai dengan belajar dengan ToT
ToT adalah WAJIB
di tahun 1970 -an tsb krn politik kita pro Barat.
@pemburu cewek
Ngawuuuur, Non-Block sudah berdiri Tahun 1955 di bandung, Indonesia
Apapun Alasannya itu, Embargo sudah diberlakukan Rusia terhadap Indonesia Tahun 1970
Jadi RUSIA-AMERIKA sama saja, mudah menekan negara lain, karena negara tersebut TIDAK MANDIRI alias BERGANTUNG