Project VENOM – Debut F-16 di Masa Depan, Jadi Drone Loyal Wingman yang Bisa Ladeni Dogfight
Terbang perdana pada 20 Januari 1974, menyiratkan usia pengabdian Sang Elang Penempur – F-16 Fighting Falcon telah mencapai 49 tahun. Meski punya predikat battle proven dalam beragam operasi di berbagai negara, dan terus diproduksi dalam varian terbaru (F-16 Block 70 Viper). Namun, masa depan F-16 masih menjadi tanda tanya, akankah ‘karir’-nya akan redup dengan hadirnya jet tempur stealth?
Baca juga: F-16 “Venom” Viper Demo Team – Tampil Sangar dengan Livery Sisik Ular
Dikutip dari Interesting Engineering – interestingengineering.com (5/4/2023), disebutkan fase selanjutnya dalam karir F-16 Fighting Falcon yang terhormat adalah dikonversi menjadi pesawat tak berawak alias drone. Sebuah langkah signifikan berikutnya dalam pengembangan jaringan drone loyal wingman oleh Angkatan Udara AS.
Idenya adalah bahwa drone F-16 ini akan bertindak sebagai robotic wingmates, yang mana ada dua drone mungkin dialokasikan untuk satu pilot F-35 Lightning II. Mereka (drone) dapat melakukan aktivitas seperti dogfighting dan berfungsi sebagai “pengganda kekuatan” untuk pesawat yang dikemudikan manusia. Nama resmi untuk drone ini adalah Collaborative Combat Aircraf, dan Angkatan Udara AS mungkin akan membeli banyak di antaranya. Dikatakan bahwa mereka ingin memiliki 1.000 unit.
Lebih detail, mama proyek untuk drone dari F-16 disebut VENOM (Viper Experimentation and Next-Generation Operations Model), berasal dari moniker umum yang diberikan pilot pada F-16. Untuk memastikan F-16 berfungsi sebagai drone, maka perlu dicangkok perangkat lunak otonom untuk mengendalikan drone tempur lebih baik daripada orang yang bisa mengendalikan jet tempur.
Untuk tahap awal, project VENOM akan mengubah sekitar enam unit F-16 untuk terbang secara mandiri, meskipun dengan manusia masih berada di kokpit bertindak sebagai pengawas. Anggaran untuk proyek VENOM diusulkan untuk tahun fiskal 2024 hampir mendekat US$50 juta.
Air Force Chief Scientist Victoria Coleman menggambarkan project VENOM sebagai “jembatan antara serangkaian kemampuan yang sepenuhnya otonom dan serangkaian kemampuan yang sepenuhnya berawak, di mana kita berada saat ini.”
Menurut Coleman, pilot (manusia) akan meluncurkan jet sambil membiarkan perangkat lunak mengambil kendali di udara untuk menguji apakah sistem berfungsi sebagaimana dimaksud dan menawarkan manfaat yang diinginkan. Coleman juga mengatakan bahwa dengan menggunakan strategi ini, Angkatan Udara AS dapat menambahkan peranti lunak baru dan mempercepat eksperimen melebihi apa yang biasanya diperlukan untuk menyetujui peranti lunak untuk penerbangan.
“Self-driving car tidak berubah dari manual sepenuhnya menjadi otomatis sepenuhnya,” jelas Coleman. “[Kendaraan] Tesla dan kendaraan listrik lainnya, mereka telah melakukan perjalanan jutaan atau milyaran mil di mana mereka belajar dan menemukan cara berinteraksi dengan operator manusia dan melakukannya dengan aman dan terjamin. Kami tidak bisa melewatkan bagian itu di Angkatan Udara,” tambahnya.
Sebagian besar dari hampir US$50 juta anggaran yang diminta oleh Angkatan Udara untuk Project VENOM akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan, dengan tambahan US$2,5 juta untuk bantuan akuisisi. Belum ada keputusan pasti yang dibuat mengenai pangkalan dan organisasi yang akan menampung Project VENOM. Namun, 118 pekerjaan staf diminta dalam anggaran untuk mendukung Project VENOM di Pangkalan Angkatan Udara Eglin Florida.
Antara tahun fiskan tahun 2025 dan 2028, Angkatan Udara AS berencana untuk berinvestasi antara US$17 juta dan US$19 juta dalam program tersebut. Perkiraan biaya Project VENOM selama lima tahun berikutnya diperkirakan mencapai US$120 juta.
Sebelum Project VENOM digulirkan, debut F-16 sebagai drone sudah berjalan, yakni sebagai target drone lewat QF-16 Zombie Viper. Pada tahun 2010 AU AS memulai program untuk mengubah F-16 menjadi QF-16.
Baca juga: QF-16 Zombie Viper – Saatnya F-16 Fighting Falcon Berubah Menjadi Drone
Modifikasi sebagai QF-16 dilakukan dengan instalasi Drone Peculiar Equipment kit besutan Boeing. Menurut pihak Boeing, tidak sulit untuk mengubah F-16 menjadi drone, lantaran jet tempur ini sudah mengusung teknologi fly-by-wire dan komputer on board untuk menterjemahkan perintah pilot ke suatu tindakan.
Sebanyak 32 unit F-16 saat itu dikeluarkan dari The Boneyard yang berada di kawasan Lanud Davis Monthan. Armada QF-16 saat ini dikumpulkan di Lanud Tyndall, Florida dengan label 82d Aerial Target Squadron dengan slogan “Zombie Viper.” (Haryo Adjie)
Su-27 Rusia yang sudah ratusan nyungsep kena manpad ukraina itu ya…..
Pake pilot aja nyungsep Mulu. Apalagi dijadikan drone. Nanti di senggol SU-27 langsung nagiiiiss…👍
USAF akan ubah F-16 menjadi loyal wingman, rivalnya di Asia yaitu PLAAF akan mengubah jet tempur lawas J-6 dan J-7 menjadi drone kamikaze. Akankah QF-16 head to head dgn J-6/J-7 drone dalam pertempuran udara dimasa depan?
Dengan kecepatan mencapai mach 2,daya angkut 7 ton. Klo jadi drone kamikaze akan menakutkan.