Produksi Fuselage AH-64 Apache di India, Contoh Alih Teknologi dan Offset Maksimal
Dengan program akuisisi alutsista bernilai jumbo, maka banyak hal positif yang didapat dari industri pertahanan dalam negeri India. Masih dalam terminologi alih teknologi dan offset, Tata Boeing Aerospace Limited (TBAL), perusahaah joint venture India – Amerika Serikat, mewartakam telah mengirimkan komponen fuselage (badan helikopter) pertama AH-64E Apache pesanan Angkatan Darat India.
Dari laman wionews.com, disebutkan pengiriman dilakukan pada 20 Januari lalu dalam sebuah seremoni di fasilitas TBAL di Hyderabad, India. Sebagai informasi, TBAL adalah pemasok tunggal fuselage helikopter serang Apache di luar Amerika Serikat, dan telah menghasilkan struktur aero yang kompleks untuk pesawat Boeing 737 dan 777.
Fuselage AH-64 yang telah diluncurkan dari pabrik diHyderabad, selanjutnya akan dikirim ke pabrik perakitan akhir Boeing di Mesa, Arizona, untuk integrasi lebih lanjut.
Tapi tahukah Anda, lain dari produksi fuselage untuk AH-64 pesanan AD India, sebelumnya TBAL telah melakukan produksi beragam komponen (termasuk fuselage) untuk pesanan internasional AH-64 Apache.
Dari fasilitas produksi seluas 14.000 meter persegi, TBAL yang mempekerjakan lebih dari 900 insinyur dan teknisi, ternyata telah memproduksi struktur aero untuk helikopter AH-64, termasuk badan pesawat, struktur sekunder, dan kotak spar vertikal untuk pelanggan di seluruh dunia.
Setelah fondasi fasilitas TBAL diletakkan pada tahun 2016, TBAL mengirimkan badan pesawat Apache pertamanya pada tahun 2018. Pada Juli 2021, TBAL mengirimkan fuselage ke-100 untuk helikopter tempur AH-64 Apache ke Boeing. Dalam kerjasama dan kolaborasi selama tiga tahun, TBAL hingga saat ini telah mengiri 190 fuselage AH-64 Apache.
TBAL, perusahaan patungan ekuitas pertama Boeing di India, adalah hasil dari perjanjian kemitraan tahun 2015 dengan Tata Advanced Systems Limited (TASL). Boeing belum lama ini mengumumkan penambahan lini produksi baru untuk memproduksi struktur sirip vertikal yang kompleks untuk keluarga pesawat 737.
Telah diproduksi 2.500 unit, kini lebih dari 1.275 unit helikopter Apache beroperasi di seluruh dunia, mengumpulkan lebih dari 4,9 juta jam terbang secara global, 1,3 juta jam di antaranya telah digunakan untuk pertempuran. Enam Apache Angkatan Darat India adalah gelombang kedua Apache yang dipesan oleh India, karena Angkatan Udara India telah menerima pengiriman 22 unit helikopter Apache AH-64E pada tahun 2020.
Baca juga: Diproduksi Sejak 1983, Boeing Umumkan AH-64 Apache Unit Ke-2500
India mengoperasikan empat kelas pesawat dari Boeing, pengangkut strategis C-17 Globemaster III, pesawat misi maritim multi-peran P8I Poseidon, helikopter angkut berat Chinook, dan helikopter serang Apache. Fasilitas TBAL seluas 14.000 meter persegi di India serta menggunakan konsep robotika, otomasi, dan kedirgantaraan canggih dalam proses manufakturnya. (Gilang Perdana)
gag cuman order gedhe ya kepercayaan dan reputasi pemerintah juga berpengaruh…
Setuju dengan komen diatas, investasi alutsista itu bentuknya kayak gini. Incar high-tech, akhirnya nanti yg ke upgrade mulai dari SDM hingga penguasaan teknologi tinggi. Perguruan tinggi baik eksakta maupun sosial bisa jadi talent pool utk kemudian diarahkan ke perusahaan2 semacam TBAL ini.
Jangan takut produknya bakal niche, karena produk2 spin-offnya bisa dimanfaatkan di sektor sipil.
Dalam membuat konsep ToT yg diatur dlm UU Inhan seharusnya kita “berguru” dulu ke India soal beginian.
Inilah contoh dari regulasi industri militer yang bagus yang juga mengedepankan keterlibatan swasta. Joint venture, investasi luar negeri untuk industri militer dll bahkan Sino sendiri ada Isro & Pranco yang ikut juga menanamkan saham di beberapa vendor swasta Sino
Di +62 masih terhambat regulasi
Ini namanya bukan sekedar beli ALUTSISTA, tapi juga investasi. Andaikan pak Prabowo jadi menhan di era pertama pak Jokowi mungkin sudah beda cerita saat ini. Dari pada nambah utang yang enggak jelas sebagaimana laporan para ekonom2 yang mengatakan penambahan utang era pak Jokowi hanya 30% hingga 1/3 yang dipake buat infrastruktur dan sisanya enggak jelas kemana aja, mending buat investasi industri ALUTSISTA dengan cara beli dalam jumlah besar ALUTSISTA dr asing lalu minta TOT, OFFSET, atau LICENSI. Kan tau sendiri, pak Prabowo paling suka nekan menteri keuangan, dan kepala BAPENAS untuk pengadaan ALUTSISTA bagaimana pun caranya termasuk lobi pak Jokowi. “Pokoknya saya butuh dana sekian untuk beli ini, ini, dan ini. Kawasan regional sendang panah, jika tidak diantisipasi dari sekarang bisa akan bermasalah bagi kedaulatan NKRI kedepannya.”
Bisa jadi kalo pak Prabowo udah jadi menhan di periode 1, kita beli Rafale nya 2 kali lipat dari yang sekarang dan diberikan kesempatan produksi sendiri untuk skuadron ke 4 atau 5. Atau kita saat ini udah bisa buat sendiri KS Scorpen yang dilengkapi AIP. Atau bisa bikin sendiri bom pintar. Dan lain sebagainya.
Dan yang lebih menguntungkan dari itu semua adalah semua teknologi militer tersebut bisa di downgrade untuk keperluan sipil sehingga mempercepat pengauasaan hi-tech disektor industri masal di masyarakat.
Kalo mau offset gede, ordernya juga harus gede nilainya alias banyak unit yang dibeli.
Kalo beli ngicrit-ngicrit ya nggak bisa dapat offset.
Mau kandungan lokal tinggi persentasenya tapi beli ngeteng teng teng itu ngimpiiii.