[Polling] Sikorsky S-70i Black Hawk: Pilihan Utama Platform Helikopter Angkut Sedang TNI
|Bila diibaratkan perolehan suara dalam Pilkada, maka Sikorsky S-70i Black Hawk bisa disebut menang dalam satu putaran. Dalam polling ke-15 yang digelar Indomiliter.com mulai 25 Maret – 25 April 2017, varian internasional dari helikopter UH-60M Black Hawk ini mendulang suara 55,58% dari total 2.429 responden, menjadikan Black Hawk yang bermesin ganda didapuk sebagai helikopter yang paling diunggulkan sebagai platform baru helikopter angkut sedang multirole untuk kebutuhan TNI.
Baca juga: Bukan UH-60M, Helikopter Black Hawk Untuk TNI AD Adalah S-70i
Polling dalam tempo satu bulan ini menggunakan metode one vote one IP (internet protocol), artinya satu device untuk satu suara. Selain S-70i Black Hawk, kontestan helikopter angkut sedang untuk TNI adalah ‘petahana’ H225M Caracal buatan Airbus Helicopters dan AW139M buatan Leonardo Helicopters. Sebelum masuknya nama Black Hawk dalam bursa helikopter angkut sedang TNI, H225 Caracal atau yang dikenal sebagai EC725 Super Cougar menjadi nama yang paling diunggulkan, maklum helikoper asal Perancis yang battle proven ini sudah dipesan enam unit oleh TNI AU. Ditambah PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang punya kemitraan dengan Airbus Group juga mendapat porsi untuk merakit helikopter ini, bahkan beberapa komponen H225M untuk pasar ekspor diproduksi oleh PT DI.
Baca juga: Beda Penyebutan H225 Caracal dan EC725 Super Cougar, Mana Yang Benar?
H225M Caracal yan berkerabat dengan helikopter TNI AU SA 330 Puma dan NAS 332 Super Puma sejatinya juga punya kans lebih besar dipilih sebagai merek yang paling diunggulkan, terutama proses ToT (Transfer of Technology) sudah terbukti dapat berjalan dan kemudahan maintenance. Sememtara Leonardo AW139M kami masukkan sebagai kandidat lebih sebagai kuda hitam, pasalnya BASARNAS yang menggunakan versi SAR AW139 diketahui sangat puas dengan performanya. Selain dikenal sebagai helikopter paling canggih BASARNAS, AW139 menyandang sebagai helikopter yang punya endurance mengudara paling lama diantara helikpoter BASARNAS. Meski belum ada penawaran proposal AW139 untuk TNI, namun versi milter heli ini yang disebut AW139M tampil lumayan garang untuk menunjang misi multirole dan serangan terbatas.
Meski belum jadi prioritas dalam pengadaan alutsista, semenjak kiprah helikopter berkibar di Indonesia, sudah dikenal dua jenis standar helikopter angkut sedang untuk TNI. Yang pertama adalah helikopter Mil M-4 Hound, inilah helikopter standar TNI di era 60-an, helikopter ini lumayan banyak populasinya saat itu. Dalam komposisi penggunanya, sebanyak 16 unit Mi-4 digunakan TNI AU (dahulu AURI). Kemudian 14 unit Mi-4 untuk Penerbad TNI AD. Sementara Penerbal TNI AL mendapat jatah 14 unit Mi-4, dari 14 unit sembilan buah merupakan tipe heli AKS (anti kapal selam), lima buah angkut sedang, dan helikopter VIP. Setelah pergantian ke Orde Baru, lini helikopter angkut sedang multirole beralih ke varian NBell-412, selain dikenal sebagai backbone kavaleri udara TNI AD, helikopter ini juga dioperasikan oleh Puspenerbal TNI AL dan Polri.
Baca juga: Mil Mi-4 Hound – Helikopter Standar TNI “Tempo Doeloe”
Dan berikut adalan hasil polling ke-15 Indomiliter.com
Sikorsky S-70i Black Hawk
Seiring kedatangan helikopter serbu AH-64 Apache di Indonesia, Puspenerbad TNI AD menginginkan helikopter ‘pendamping’ yang punya kinerja setara, jika masih berpangku pada varian NBell-412 dirasa tak lagi cocok untuk mengimbangi kelincahan dan kekuatan mesin Sang Apache. Seperti halnya pakem yang digunakan AD AS (US Army), AH-64 Apache memang disandingkan operasinya dengan UH-60 Black Hawk. Persisnya jenis mesin yang digunakan Apache dan Black Hawk adalah sama, yakni T700-GE701D dual engine.
Baca juga: NBell-412 SP/HP/EP – Tulang Punggung Kavaleri Udara TNI AD
S-70i Black Hawk dipilih oleh 1.350 responden (55,58%) dari total 2.429 responden. Unggulnya nama Black Hawk dipercaya karena nama besar helikopter ini yang telah mendunia dan sebagai bentuk penyegaran setelah selama ini lini helikopter angkut TNI dominan berasal dari Airbus Helicopters. Bila kelak Black Hawk dipinang sebagai platform standar helikopter untuk TNI, maka Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) bakal mengharuskan Sikorsky untuk bermitra ToT dengan PT DI sebagai BUMN Strategis.
Airbus Helicopters H225M Caracal
Didera berita seputar keterlambatan pengiriman kepada TNI AU, ditambah ikut dalam pusaran nama sebagai ‘rival’ helikopter AW101 yang pengadaaanya kontroversial, membuat citra Caracal ikut terjungkal. Helikopter yang dirakit oleh PT DI ini dipilih oleh 777 responden (31,99%) sebagai pilihan kedua platform helikopter multirole untuk TNI. H225M pesanan TNI AU dirancang untuk misi SAR Tempur (Combat SAR). Ciri khas Caracal TNI AU adalah door (window) gun dengan senapan mesin FN MAG 7,62 mm. Lebih detail tentang serba serbi Caracal alias Super Cougar dapat disimak pada tautan artikek dibawah ini.
Baca juga: Intip Lebih Dekat Helikopter SAR Tempur EC-725 Super Cougar TNI AU
Leonardo AW139M
Namanya yang kurang akrab dalam jagad helikopter TNI, ditambah populasinya yang minim di Indonesia, menjadikan AW139M hanya mendapat porsi perhatian dari 320 responden (12,42%). Kehandalan AW139 varian SAR yang digunakan BASARNAS menjadi alasan mengapa helikopter ini layak disandingkan sebagai penantang dominasi Black Hawk dan Caracal.
Sebagai helikopter militer, AW139M sudah barang tentu punya ke-khasan, ini bisa dilihat dari hadirnya NVG (Night Vision Goggles) yang kompatibel dengan pencahayaan di luar dan dalam helikopter, secure communications termasuk jalur V/UHF, HF, dan Satcom, serta tactical data link berikut video data link. Yang membedakan dengan versi sipil, pada bagian hidung heli terdapat radar intai dan cuaca. Jika mau paket komplit seperti halnya varian SAR bisa dilengkapi electro optical/infra red dengan laser range finder serta illuminator. Untuk keamanan awak kokpit dan penumpang, Leonardo telah menyiapkan modular armour.
AW139M dapat dipasangi wing pylon pada sisi kiri dan kanan. Di pylon ini dapat dipasang roket FFAR dan rudal anti tank, bahkan rudal udara ke udara. Tak mau kalah dengan Black Hawk, ada window gun yang bisa dipasangi senapan mesin sedang FN MAG kaliber 7,62 mm. Atau jika mau lebih sadis lagi pada door gun bisa dipasang senapan mesin berat 12,7 mm sekelas M2HB Browning.
ketiganya sama bagusnya, hanya saja alangkah baiknya bila tni lebih menyederhanakan tipe alutsisa apapun guna meningkatkan efisiensi dalam perawatan.
ibarat punya motor dari semua merek, kalau servis dan ganti onderdil pasti bikin pusing.
Kebutuhan akan heli angkut dan multirole untuk tiga matra plus polri sangatlah banyak.
Tidak bisa hanya andalkan satu produsen.
Diperlukan minimal 2 produsen, 4 produsen lebih bagus.
Positifnya adalah kecepatan produksi dan layanan after sales yang semakin kompetitif karena masing2 ingin menunjukan performa yang bagus.
Apalagi jika ada pabriknya di sini sehingga pembangunan heli dan work shop service ada di dalam negeri, semakin banyak tenaga lokal yang digunakan semakin bagus.
Industri Dalam Negeri butuh pesanan Berkelanjutan / Kontinyu
Bukan sekedar Kontrak dikit lalu ngak ada kontrak lagi, buat apa ???
Kalau saja TNI Kontraknya berkelanjutan, sambung terus, saya yakin kebutuhan akan terpenuhi oleh Industri dalam negeri
Ngak perlu butuh buayak pemasok yang bikin ruwet manajemen suku cadang
Believe it or not Indonesia butuh 614 helikopter berbagai jenis untuk 3 matra plus polri yang jelas2 akan terlalu lama jika mengandalkan hanya 1 pemasok saja.
Jika PTDI mampu produksi 24 helikopter dalam 1 tahun (atau 2 heli dalam 1 bulan) maka akan dibutuhkan 614 / 2 = 317 bulan.
Jika 1 tahun = 12 bulan maka 317 bulan = 26 tahun 5 bulan
26 tahun 5 bulan terlalu lama untuk mewujudkan kebutuhan 614 helikopter ini.
Itu kalau PTDI mampu hasilkan 24 helikopter setahun, kalau hanya 12 unit per tahun ? Atau 8 unit per tahun ? Bisa 50 atau 70 tahun untuk mewujudkannya.
Itu belum lagi PTDI melayani kebutuhan untuk ekspor dan sipil.
Maka butuh 2 – 4 produsen untuk mewujudkannya.
Jika 1 produsen bisa produksi 12 unit per tahun, maka 4 produsen hasilkan 4 x 12 = 48 unit per tahun.
614 / 48 = 12 tahun 9 bulan 15 hari.
Jika ditambah kebutuhan sipil : BASARNAS, Kemenhub, Kemen PU, Kemen BUMN dan perusahaan2 di bawahnya, Pemda, perusahaan swasta, maka kebutuhan bisa total 700 – 800an helikopter berbagai jenus.
Pasar helikopter sangatlah besar dan menjanjikan di negeri ini, 1 perusahaan pemasok saja nggak bakalan sanggup memenuhi kebutuhan ini.
Saya malah bersyukur jika Sikorsky, Bell, Leonardo, Boeing atau siapa pun mau dirikan pabrik pesawat helikopter di sini. Bukan hanya jualan pesawat di sini, tetapi dirikan pabrik pesawat berikut bengkel perawatan di Indonesia yang nyata2 menyerap ribuan tenaga kerja lokal.
Peraturan di negeri India di mana perusahaan pemasok harus dirikan pabriknya di India, kelihatannya cocok di copy paste di sini.
Saya setuju aw101..mantap..coy..tinggal gimana kerjasama dgn pt DI
Sudah pernah dibicarakan, jauh lebih menguntungan pihat AgustaWestland daripada PT. DI
dah beli..bentar juga di embargo .. mewek
Makanya Harus Mandiri
Seperti biasa nanti belinya dlm jumlah ketengan tp minta tot banyak. Akhirnya smp 2020 jg blm akan ttd kontrak
Black hawk window gun nya paket komplit pake minigun atau cuma paket hemat pake sekelas FN-MAG?
kalo dilihat dari tampilan secara awam S-70i Black Hawk memang paling keren dan meyakinkan….itu dr padangan orang awan kaya saia…..
Sdh sangat jelas mi17 tdk ada dlm proyeksi tni kedepannya
Indonesia butuh heli dengan ramp door. Yang ada ramp door cuma MI 17 dan AW 101 aja yg dimiliki Indonesia.
Saya hanya bicara spesifik tntang mi17. Nasibnya suram. Ada pengadaan 3 skuadron heli angkut sedang dmn 1 utk tni ad & 2 utk tni au dmn salah satunx menggantikan heli puma. Yg ikut tender adalah airbus, agusta westland & sikorsky. Mil dipastikan trsingkir
Utk heli dgn ramp door
Tni au dmn aw101 jlhnx bakalan nambah dmn proyeksinx 9-10 unit
Tni ad dgn kombo chinook + mi24
AW101 ini untuk angkut barang saja? cuma untuk melempar barang dari ketinggian?
kalaupun yang menang sikorsky tanpa pembelian senjata (minigun, hellfire dan stinger) ya percuma. karena speknya masih dibawah caracal walaupun rolenya berbeda. kecuali heli utility VS utility.
Kalo indonesia jadi beli black hawk gak rawan embargo tuh
TOT nya apa ?
ToT nya apa tergantung nilai kontrak pengadaan, utk Black Hawk belum ada kontrak pengadaan sampai saat ini @Rini.