PM Mahathir: Pembelian Jet Tempur dalam Jumlah Besar Sangat Tidak Produktif
|Meski kesiapan tempur AU Malaysia (TUDM) sempat diwartakan ‘babak belur’ akibat hanya segelintir jet tempur utama yang siap terbang, namun suka atau tidak, Malaysia adalah negara di Asia Tenggara pertama yang mengadopsi dua jet tempur utama asal dua blok yang berbeda. Persisnya pada pertengahan 90-an, AU Malaysia mengakuisisi hampir bersamaan antara MiG-29 Fulcrum dari Rusia dan Boeing F/A-18D Hornet dari Amerika Serikat.
Baca juga: Soal Sukhoi Su-30MKM Malaysia yang Loyo, Inilah Tanggapan dari Pihak Rusia
Bahkan jika netizen yang budiman masih ingat, dua jet tempur MiG-29 Fulcrum TUDM dengan bangga dipamerkan saat Indonesia AirShow 1996 di Bandara Soekarno-Hatta. Pada masa itu, Indonesia baru sebatas menimbang-nimbang untuk membeli jet tempur dari Rusia, yang pada Indonesia AirShow 1996 memang dimeriahkan oleh demo udara Sukhoi Su-27/Su-30.
Rupanya agresitivitas postur udara AU Malaysia membuahkanya beragam jenis jet tempur, sebut saja dari Sukhoi Su-30MKM, MiG-29, F/A-18D Hornet dan Hawk 208. Dikutip dari zeenews.india.com, Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu dikabarkan telah mengambil inisiatif untuk melakukan pembaruan terhadap beberapa unit pesawat tempur yang sudah tergolong uzur.
Sabu menyebut nama MiG-29 dan Sukhoi Su-30MKM, dua burung besi di AU Malaysia yang rencananya akan didepak dan digantikan dengan burung besi yang lebih anyar. Mohamad Sabu kabarnya menyasar Sukhoi Su-35, Su-57, dan MiG-35 sebagai suksesornya.
Hanya saja, nafsu Sabu tak diimbangi dengan kondisi finansial Malaysia yang tengah mengalami tekanan. Masih dari sumber yang sama, disebut Malaysia bukan tidak punya uang, namun pihak Malaysia khawatir menghabiskan anggaran terlalu banyak hanya demi mendapatkan jet tempur baru asal Negeri Beruang Merah.
“Aset pertahanan negara sudah usang dan harus diganti. Meskipun demikian, kami akan memeriksa kompatibilitasnya (untuk mengganti jet tempur yang ada dengan versi baru). Ini (langkah untuk membeli jet tempur baru) bergantung pada situasi keuangan negara dan negosiasi (antara Malaysia dan Rusia mengenai pembeliannya),” tutur Mohamad Sabu.
Kendati masih perbincangan tahap awal, namun pihak Rusia enggan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Guna mencapai kesepakatan, Rusia berupaya untuk mengambil jalan tengah dari mega transaksi ini, dengan trade in promo MiG-29 yang digantikan dengan MiG-35. Hal ini akan membuat pihak Malaysia bisa lebih sedikit mengeluarkan uang, namun tetap mendapatkan jet tempur anyar.
Beberapa hari sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad juga telah menyuarakan keprihatinan yang sama terkait kondisi jet tempur Malaysia. Ia juga menghimbau untuk lebih berhati-hati dalam membeli jet tempur baru, karena negara itu tidak menginginkan konflik bersenjata dengan negara lain.
Baca juga: Rusia Tawarkan MiG-35 ke Malaysia dengan Gaya “Trade in Promo”
“Mungkin jet tempur kami sudah terlalu tua dan tidak dapat bersaing dengan varian baru yang ada di luar sana. Namun di sisi lain, masalah finansial juga menjadi fokus perhatian. Menghabiskan uang dalam jumlah banyak hanya untuk membeli jet tempur sangatlah tidak produktif bagi kami. Ini ‘mainan’ yang sangat mahal harganya,” jawab Mahathir Mohamad ketika ditanya soal minat Malaysia membeli Su-35 atau Su-57. (Nurhalim)
Lebih kere Indonesia lah, akui saja, walaupun saya juga orang Indonesia, tingkat kemakmuran masyarakat nya jauh melebihi Indonesia
alaaaaaaaaah,sama sama miskin aja pake dibanding bandingin.
dasar warga negara kere.
Kita ini sudah masuk negara G20,20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia adakah malaysia tercatat disana menjadi anggota ??
Maaf Indonesia masih nomer-1 di ASEAN, dari segi GDP & PPP secara negara (bukan perkapita yg dihitung, tapi kemampuan negara). Cuma masalahnya Malaysia sudah jadi negara “Maju” sudah lama, jadi mereka bisa fokus memikirkan upgrade alusista dll, sdangkan Indonesia memang GDP & PPP nya besar, tapi beban membangun-nya masih banyak (infrastructure, pendidikan, kesehatan, dll)
Mau bilang ga punya uang aja bilang ga efektif … membeli jet tempur baru dalam jumlah banyak lebih efektif daripada merawat jet tempur tua .. sudah kere tapi tetep sombong ya MALAYSIA .. payah cik cik
Dengan keberadaan arsenal Rusia dari Sukhoi dan MiG yang jumlah lumayan banyak 3 kali lipat TNI AU apalagi dengan kondisi ekonomi nyaris bangkrut pilihan tepat buat TUDM justru bukan Mig35 apalagi Su35 tetapi Yak130. Sudah dual engine pula
Wuih ada yang marah2…
Seluruh kapal perang baik KRI maupun KAL (sebagian atau seluruh modulnya) harus dibuat di Indonesia. Jadi saya bisa bilang tentang Fregat buatan Indonesia.
Nah sekarang dari pertimbangan biaya, lebih murah mana : kapal dengan 1 radar atau kapal dengan 2 radar ?
Walaupun dari basis Iver, berbeda dengan Denmark, Inggris memilih kapal dengan 1 radar saja sebab budgetnya lebih murah.
Memang benar Babcock punya desain arrowhead bisa dikustom sesuai dengan pilihan customer, tetapi jika Customernya adalah Indonesia, apa yang lebih dipilih Indonesia secara hitungan ekonomis : 1 radar atau 2 radar ?
Baik jika langsung dari Denmark ataupun melalui Inggris, jika customernya Indonesia apa yang kemungkinan bakal dipilih oleh Indonesia mengenai jumlah radarnya secara ekonomis dari budget, 1 radar atau 2 radar ? Murah mana antara beli 1 radar atau beli 2 radar ? Lebih mudah mana : memanage input dari 1 radar atau 2 radar ? Lebih ringan mana : merawat 1 radar atau 2 radar ?
Apalagi budget turun dari usd 780 juta ke usd 720 juta untuk 2 fregat ?
Ini bukan hoax tetapi ini hitungan ekonomis yang masuk akal di kantong Indonesia. Ingat juga bahwa suatu saat nanti fregat akan dibuat Indonesia baik secara lisensi atau join production. Jadi jangan bilang saya halu karena sudah ketentuan yang tercantum dalam UU nomor 16 bahwa pengadaan alutsista harus mengikutsertakan industri dalam negeri. Jadi semua kapal (termasuk fregat) harus dibuat di dalam negeri baik sebagian modul atau seluruhnya. Itulah fregat bikinan Indonesia.
Ingat juga lho, udah ada 3 kali kunjungan ke Denmark dari kemhan kita.
Jadi siapa yang halu ? Lha yang marah-marah itu yang halu. Jadi simpan marah-marahmu untuk dirimu sendiri dan jangan di komentar.
Untuk fregat, Indonesia akan memilih fregat yang punya kemampuan jarak jelajah seperti KRI Irian, yaitu 9000 nm atau lebih.
Untuk korvet / light frigate, Indonesia akan memilih yang punya jarak tempuh 5000 nm atau lebih.
Alah halu hoax luh diminta Link resmi dari kita atau vendornya gak bisa jawab malah narasi panjang2 ga jelas. Sekarang kalau ocehan situ gak mau dibilang halu kasih Link nya mana, ini kan gak bisa, apa namanya kalau bukan halu dan hoax ? Udah jangan ngeboong ngayal di kolum komen
Tapi ketika denmark ikut maju dalam tender fregat pengganti OHP class utk USN, mereka menawarkan kondisi “as is” spt fregat iver yg mereka miliki dg harga US$ 340…..kalo dianggarkan US$ 720 untuk 2 kapal kan artinya masih berlebih bung @TN
Bunyi UU nomor 16 bahwa pengadaan alutsista harus mengikutsertakan industri dalam negeri memang benar. Tp tidak semua harus dibuat didalam negeri, jika industrinya blum menjangkau. Bisa saja modul2nya dibuat didalam negeri kemudian disatukan dinegeri pembuat. Itu bisa saja berlaku utk kapal, lha kalo pespur.? Apa SU-35 hrs dibuat di dalam negeri.? Apa viper jg harus dirakit di dalam negeri.? Bagaimana dng kesepakatan Kasel batch kedua dng korsel.?
Intinya melibatkan industri dalam negeri, bukan harus dibuat di dalam negeri.
Jika itu faktorny? Yaa sudh baiknya malaya mmbeli mig 35 sebanyak 30 unit sj & mig 35 itu ke generasi selanjutnya ke generasi selanjutnya tdk akan prnah usang teknologinya & itu dijamin, krna teknologi mig 35 sudh canggih & harganya disekitaran antara $4,5 juta & $5 juta dgn kondisi siap tempur, harganya lbh hemat, jd silahkn borong mig 35
😅😆
Sebagai negara besar, kita harus meniru Jerman untuk melakukan ekspansi memperluas wilayah.
Tentu saja kita jangan mengulangi lagi kesalahan Jerman.
Pada hakikatnya tidak ada batas negara, yang ada adalah batas kekuatan.
Kita harus kuat. Kalo kita lemah kita bisa jadi bagian dari cina, malaysia atau yg lainnya, dan itu adalah hal yang wajar.
Awas mahathir ahli ekonomi juga dia bisa buat malaysia kembali kuat dan menjadi macan ASEAN lagi. Indonesia lagi termehek2 sama pertumbuhan ekonomi dan hutang yang besar. Bisa2 tragedi 2004 terulang lagi. Indonesia di ledekin sama malaysia di lautan
Min, rikues artikel ttg desain “Aerowhead 140” yg terpilih sebagai basis pengembangan fregat “type 31” AL Inggris 🙏🙏🙏
Arrowhead 140, walaupun dibangun dari basis hull iver, onderdilnya berbeda dari Iver. Iver asli pakai 2 radar yaitu APAR dan Smart-L, Arrowhead pakai satu radar saja yaitu NS-100 yang sudah AESA. Begitu juga dengan Fregat buatan Indonesia nanti, walaupun berbasis hull Iver tetapi radarnya berbeda dari Iver, kalo Iver pakai 2 radar yaitu APAR dan Smart-L, fregat lokal kita pun nantinya hanya punya 1 radar, dan harapan saya radarnya adalah radar yang punya jangkauan lebih jauh dari NS-100 yang dipakai Arrowhead. Radar NS-100 hanya punya jangkauan 280 km, sedangkan yang saya harapkan untuk kita pakai pada platform hull iver adalah NS-200 yang adalah radar AESA yang jangkauannya mencapai 400 km.
” Begitu juga dengan Fregat buatan Indonesia nanti ”
Ga usah ngegoreng hoax deh, menyesatkan opini publik. Mana link dari Kemhan, TNI atau lembaga resmi soal ” Fregat ” yg diomong Mr woof woof ini, atau mana link dari Odense Marine Tech & Babcock ? Mana sumber resmi situ bisa bikin pernyataan ” Begitu juga dengan Fregat buatan Indonesia nanti ” ? Jangan suka boong mas, Halu boleh tapi simpen aja sendiri jangan dipamer2in halu hoax nya
Bukankah desain arrowhead 140 itu bersifat customized bung @TN, terutama untuk versi ekspornya….seperti yg ditunjukkan dalam foto dalam link dibawah ini. Jadi konsumen memiliki keleluasaan utk mendandani sepeti apa fregat AH140 versi ekspor sesuai dg bujet dan kebutuhannya.
Dalam foto tsb, dipajang dibawah maker AH140 versi yg diajukan untuk kompetisi Fregat type 31, tampak dijejer disisi bawah maket….opsi radar atau heli yg bisa diakomodasi oleh desain AH 140 ini.
Malah kalau konsumennya sanggup, dia mendandani AH 140 dg 2 tipe radar: Smart L plus APAR atau Smart L plus NS-100/200
##https://www.navalnews.com/event-news/dsei-2019/2019/09/babcock-team-31-selected-as-preferred-bidder-for-uk-type-31-frigate-programme/##
hahahahahaaa,mengenang masa jaya atau sekedar beretrorika nasionalis,pejabat malon nih hampir sama kayak pejabat indon,mungkin karna saudara serumpun kali ya?,yang besar dikecil kecilin,yang kecil dibesar besarin,galou tingkat akut.😱😰😓😏😒
Saya justru sy mendukung mslaysie beli SU-57 biar setrong dan berjaya 8 tahun lalu kyk d era 2000 – 2010 setelah itu bangkrap 2 kali dr keadaan sekarang, jd bg indonesia membeli pespur tdk di lihat jangka pendekx tp kesiapan biaya operasianal, MRO serta Offset 65% dg kandungan lokal dg BUMN atau Swasta Lokal