Plus-Minus Desain Sayap Lipat pada Jet Tempur yang Beroperasi di Kapal Induk
|Mulai dari jet tempur, pesawat intai sampai drone yang beroperasi dari kapal induk, identik dengan desain sayap yang dapat dilipat. Lantaran ruang yang terbatas di dek dan hanggar kapal induk, maka desain sayap lipat telah mulai digunakan sejak era Perang Dunia Kedua. Meski begitu tak semua jet tempur yang beroperasi di kapal induk, harus bersayap lipat. Sebut saja, jet tempur Dassault Rafale-M yang baru saja dipesan Angkatan India dan telah beroperasi di kapal induk Cherles de Gaulle, sayapnya tidak dapat dilipat.
Baca juga: AL India Akhirnya Pilih Rafale-M, Meski F/A-18 Super Hornet Unggul di Beberapa Poin
Meskipun pesawat dengan sayap lipat memberikan keunggulan dalam efisiensi penyimpanan dan manuverabilitas pada ruang yang terbatas di kapal induk, namun desain lipat juga memiliki beberapa kelemahan potensial. Beberapa kelemahan dari pesawat dengan sayap lipat antara lain:
1. Kompleksitas Desain
Pesawat dengan sayap lipat memiliki desain yang lebih kompleks daripada pesawat dengan sayap tetap. Sistem lipatan harus dirancang dan diintegrasikan dengan baik, yang dapat menambah biaya produksi dan memerlukan pemeliharaan tambahan.
2. Berat Tambahan
Sistem sayap lipat menambah berat tambahan pada pesawat, yang dapat mempengaruhi performa dan efisiensi bahan bakar. Meskipun desain modern berusaha untuk mengurangi dampak berat tambahan ini, namun masih merupakan pertimbangan penting.
3. Keterbatasan Maksimum Kecepatan
Beberapa pesawat dengan sayap lipat memiliki batasan maksimum kecepatan terbang karena efek dari sistem lipatannya. Hal ini dapat membatasi kemampuan pesawat untuk mencapai kecepatan tertinggi yang mungkin dicapai oleh pesawat dengan sayap tetap.
4. Biaya Produksi dan Pemeliharaan
Pesawat dengan sayap lipat umumnya lebih mahal untuk diproduksi dan dipelihara daripada pesawat dengan sayap tetap. Kompleksitas tambahan dari mekanisme lipatan dan perawatan yang diperlukan dapat meningkatkan biaya operasional keseluruhan.
Namun, dalam kasus Rafale-M berbeda, bagi Dassault Aviation desain sayap lipat pada pesawat tempur yang beroperasi dari kapal induk tidak selalu merupakan fitur yang mutlak diperlukan (lebar bentang sayap 10,9 meter). Penggunaan sayap lipat atau tidak pada pesawat induk bergantung pada sejumlah pertimbangan desain dan operasional.
Meskipun Rafale-M tidak memiliki sayap lipat, namun pesawat ini dirancang dengan desain yang memungkinkan beroperasi dari kapal induk dengan efisien. Beberapa alasan di balik keputusan desain menggunakan sayap tetap pada Rafale-M sebagai berikut:
1. Kompromi Desain
Desain sayap lipat memerlukan tambahan kompleksitas pada struktur pesawat. Penggunaan sayap lipat adalah suatu bentuk kompromi antara efisiensi operasional dari kapal induk dan kompleksitas struktural pesawat. Dalam beberapa kasus, desain sayap tetap mungkin dianggap lebih praktis atau memadai.
2. Kelebaran Dek Kapal Induk
Pesawat yang dirancang untuk operasi dari kapal induk yang memiliki dek yang lebih lebar mungkin tidak memerlukan sayap lipat untuk muatan dan lepas landas yang efisien.
3. Kemampuan Lepas Landas dan Pendaratan
Rafale-M telah dirancang untuk memiliki kemampuan lepas landas yang pendek (STOBAR – Short Take-Off But Arrested Recovery) dari kapal induk. Sayap Rafale-M dan kemampuannya memungkinkan pesawat ini dapat lepas landas dari dek kapal induk dengan dek yang lebih pendek.
4. Keberlanjutan Operasional
Sayap lipat memperkenalkan elemen mekanis tambahan yang memerlukan pemeliharaan lebih lanjut dan dapat meningkatkan risiko kegagalan. Sementara desain sayap tetap dapat memberikan keandalan dan keberlanjutan operasional yang lebih baik.
Masih Eksis di Argentina, Super Etendard Ternyata Pernah Ditawarkan Serius ke Indonesia
Setiap pesawat dan setiap kapal induk memiliki persyaratan unik, dan keputusan desain diambil berdasarkan sejumlah faktor yang mencakup kebutuhan operasional, ukuran dan kemampuan kapal induk, serta pertimbangan biaya dan pemeliharaan. (Gilang Perdana)
Berarti pilihan Indonesia memilih Rafale adalah keputusan tepat karena hanya Perancis yang berani memberikan skema pendanaan yang fleksibel dan TOT produksi avionik dan teknologi bom pintar dengan asistensi Perancis, Perancis terbukti lebih royal dan tulus dalam memberikan transfer teknologi. Dibanding Amerika maupun rusia