Pindad PM-3: Submachine Gun Produk Dalam Negeri, Andalkan Racikan Desain Assault Rifle dan MP5
|Inovasi yang tiada henti menjadi modal utama bagi PT Pindad untuk survive di pasar industri pertahanan. Seperti telah diberitakan sebelumnya, pada 9 Juni lalu BUMN Strategis ini telah meluncurkan empat produk senjata terbaru, yakni Senapan Serbu SS-3, Senapan Serbu SS2-V7 Subsonic 5,56 mm, Submachine Gun PM-3, dan Pistol G2 Premium. Segmen Submachine Gun (SMG) meski tak ‘segurih’ pasar senapan serbu (assault rifle), nyatanya terus dikembangan dan disempurnakan oleh PT Pindad.
Baca juga: Ini Dia Spesifikasi SS-3, Senapan Serbu Terbaru dari PT Pindad
Meski produk SMG belum ‘memasyarakat’ di lingkungan TNI/Polri, rekam jejak PT Pindad dalam menelurkan SMG tak bisa dianggap sebelah mata. Setelah kurang berhasil dalam pemasaran PM-1, yang kemudian menjadi PM-1A1 ‘forest guard gun’ untuk para penjaga hutan (Korps Jagawana), masih di kaliber 9 mm, Pindad kemudian bangkit dengan merilis desain orisinil untuk generasi SMG keduanya.
Baca juga: Pindad PM-2 – Generasi Submachine Gun dengan Sentuhan Senapan Serbu
Ibarat mengikuti tren, SMG generasi baru yang diberi label PM-2 dibangun dengan memanfaatkan receiver SS-2, bahkan Pindad mencomot gaya SMG asal Korea Selatan Daewook K7 pada desain final PM-2. Pada awalnya muncul tiga prototipe PM-2, yakni mulai dari PM-2V1, PM-2V2, dan PM-2V3. Untuk PM-2V1 dan PM-2V2 terlihat mengadopsi bentuk receiver konvensional, sementara PM-2V3 menggunakan pengokang depan ala HK MP5, hingga varian ini RIS (Rail Interface System) Picatinny, mirip dengan yang digunakan pada SS-1 R5.
Baca juga: SS-1 R5 – Born to Raiders, Senapan Serbu Kompak dari Pindad
Pindad PM-3
Dan kini yang terbaru, generasi SMG ketiga dari PT Pindad telah resmi diluncurkan. Cita rasa PM-2 tidak ditinggalkan, mulai dari desain popor lipat dan gagang masih terasa ‘ruh’ dari keluarga senapan serbu, mungkin ini menjadi cirri yang sengaja disisipkan Pindad sebagai identitas dari produknya. Meski begitu, ada pembeda yang cukup kentara pada desain alat bidik, receiver dan magasin. Untuk yang disebut tadi, PM-3 lebih condong atau lebih mirip ke SMG super kondang asal Jerman Heckler & Koch MP5.
Baca juga: H&K MP5SD-2 – Senjata Serbu Kopassus dalam Operasi Woyla
Plus mengikuti tren kekinian, Pindad memasang picatinny rail memanjang mulai dari pangkal receiver sampai ujung laras, tentu ini membawa keuntungan tersendiri bagi gunner untuk men-setting dudukan optical sight yang sesuai dan ergonomis. Guna mengikuti kebutuhan pada CQB (Close Quarter Battle), pada bawah laras dapat dipasang pegangan untuk tangan kiri. PM-3 juga dirancang untuk digunakan pasukan khusus, terbukti Pindad menyediakan alat (optional) berupa peredam pada laras (silencer). (HANS)
Baca juga: Brugger & Thormet MP9 – Submachine Gun Super Ringkas Andalan Kopaska TNI AL
Lebih detail tentang sosok SMG PM-3, dapat dilihat pada uraian dibawah ini:
– Kaliber: 9 x 19 mm
– Panjang rentang: 720 mm
– Panjang popor dilipat: 494 mm
– Berat tanpa magasin: 3,15 kg
– Panjang laras: 210 mm
– Alat bidik: adjustable
– Sistem kerja: gas operated
– Mode penembakkan: aman/satu-satu/otomatis penuh
– Kapasitas magasin: 30 peluru
– Kecepatan proyektil: 380 meter/detik
– Kecepatan tembak: 750 – 850 peluru/menit
– Jarak tembak efektif: 75 meter
Kritik sedikit buat pm 4 itu bagian megazin kamar peluru kan kecil pake peluru 9mm kesannya kaya ga nyambung,kayanya badan senjatanya masih pake type ss kaya sedikit selisihnya
Pindad bukan senjata nya yg hebat . . Tapi atlet/TNi nya aja yg hebat bisa menang pake senjata jadul yg kalah jaul ama negara laen . . Btw indo punya sniper rifle yg cuman bs nembus baja 1.5 meter , sedangkan luar negri udah bs bikin sniper rifle yg bisa nembus baja setebal apapun . . . . Tuh kan dah jadul pindad nya . .
Heran kenapa pindad hobby ngacu ke bentuk senjata jadul? Design Mp5 itu udah berapa puluh tahun?
Design SS2 juga buluk minta ampun. Masa iya berharap BAGUS dari design perpaduan M16 plus AK47 yg udah kakek².
Liat ak5 buatan swedia yg mempunyai based design sama, terlihat jauh lebih modern..
Sedikit keluar topik.
Apakah sejauh ini Pindad adalah industri pertahanan dalam negeri yg punya profit paling besar? Kalo nggak salah selain dari produksi amunisi kecil & sedang serta senapan serbu, Pindad diuntungkan cukup besar dari penjualan panser Anoa.
Lalu bagaimana dengan industri2 pertahanan lainnya? Kira2 apa ada terobosan2 terbaru terkait penguasaan teknologi & produksi (misal metode produksinya SaaB)? Soalnya saya amati pemerintah sekarang melakukan cukup banyak terobosan terutama yg terkait infrastruktur. Nah, apakah sektor pertahanan juga mengalami hal yg sama ato sengaja dibiarkan status quo dulu karena fokus pemerintah ngejar pertumbuhan & pembangunan ekonomi?
Oia, saya kok ngerasa Kemenhan era Jokowi makin aneh ya. Misal sekarang mengajukan ingin bentuk Badan Intelijen sendiri http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160615083358-20-138240/badan-intelijen-strategis-tni-dan-kemhan-putus-hubungan/. Bukannya kalo ini malah beratin anggaran?
Yg menarik Mentri Susi justru bisa jabarkan kekurang efisienan operasional B-737 Surveillance dalam pengawasan pencurian ikan & mengajukan 6 pesawat patroli dengan dasar perhitungan yg cukup detil.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/15/070700126/susi.jelaskan.hitung-hitungan.pengadaan.pesawat.secara.detail.ke.dpr
Mirirp MP5K
Bung @Admin
Artikel J-11 (Su-27SK) “KEOK” dengan Gripen-C kenapa belum ditampilkan ? pasti seru deh
Nanti ada yang lebih seru mas, ditunggu aja 🙂
Pakai part magpul lah….
Mantaaf pindad…teruslah berinovasi
Apakah popor besi khas pindad bisa diganti jika pemesannya menginginkan popor yang lain..?
Sepertinya pertanyaan Mas @Johan harus dijawab oleh orang Pindad nih 🙂
Bisa diganti dengan Opor Ayam dan Opor Sapi mas
Mantap PINDAD,kembangkan terus inovasimu,jayalah selalu TNI ku,jayalah Indonesiaku.