Pilot Jet Tempur Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU Latihan Dogfight dan BVR, Inilah Sistem Senjata yang Terkait

Berjangkitnya wabah corona, tak menjadikan tingkat kesiapan operasi penerbang tempur TNI AU menurun, sebagai buktinya, mulai 23 Maret lalu, sejumlah penerbang Skadron Udara 11, Lanud Hasanuddin Makassar melaksanakan latihan pertempuran udara Dogfight dan Beyond Visual Range (BVR) di Lanud Iswahjudi. Latihan yang bertajuk Advance Fighter Tactical Course (AFTC) ini direncanakan akan berlangsung selama 7 minggu dan dipimpin langsung oleh Danskadron Udara 11, Letkol Pnb I Gusti Ngurah Sorga.

Baca juga: Menyibak Misteri “Lock” Sukhoi TNI-AU

Dikutip dari tni-au.mil.id (23/3/2020), disebutkan AFTC akan melibatkan 3 instruktur penerbang dari TFASA ( Afrika selatan) yang telah berpengalaman pada berbagai jenis pesawat tempur. “Tujuan AFTC adalah melatih penerbang pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 dalam melaksanakan pertempuran dari udara ke udara (Air to Air Combat), baik Dogfight maupun BVR yang menggunakan rudal jarak pendek dan rudal jarak menengah,” demikian disampaikan oleh lulusan terbaik Seskoau A-53 tahun 2016 ini.

Lebih lanjut disampaikan bahwa, pelaksanaan AFTC dilaksanakan dalam dua fase latihan, yakni Close Combat yang dikenal dengan istilah Dogfight dan Beyond Visual Range (BVR).

Close Combat tak lain merupakan pertempuran jarak dekat, sementara BVR adalah pertempuran jarak jauh. Latihan Close Combat dapat dilaksanakan antara satu lawan satu pesawat dan dua lawan satu pesawat. Kemudian BVR merupakan latihan pertempuran udara jarak jauh. Latihan BVR ini dilatihkan untuk memaksimalkan kemampuan persenjataan yang dimiliki oleh pesawat tempur Sukhoi SU-27/30, khususnya persenjataan rudal jarak menengah.

“Kita berlatih dalam memahami dan mempelajari taktik BVR dengan persenjataan yang dimiliki oleh pesawat tempur Sukhoi SU-27/30,” ungkap Danskadron Udara 11. Sebelum pelaksanaan AFTC, seluruh siswa melaksanakan Ground School selama satu minggu, kemudian dilanjutkan dengan terbang Familiarisasi dengan instruktur penerbang yang berasal dari TFASA (Afrika Selatan) tersebut, setelah itu baru melaksanakan fase latihan AFTC.

Tidak disebutkan, apakah nantinya pada AFTC ada fase uji tembak rudal udara ke udara secara langsung, atau ‘hanya’ mengandalkan ACMI (Air Combat Maneuvering Instrumentation). Penggunaan ACMI pod memungkinkan dua pesawat tempur atau lebih untuk menyimulasikan pertempuran udara jarak dekat alias dog fight tanpa perlu melepaskan rudal sungguhan yang tentu saja sangat beresiko dan mahal.

ACMI pada Sukhoi TNI AU kebetulan sudah dipasok oleh industi dalam negeri lewat program Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan (Bangtekindkan) hasil kerjasama Ditjen Pothan Kemhan dengan PT TRESS (Teknologi Rekatama Solusi Indonesia).

Baca juga: Dilengkapi ACMI, Kini Latihan Tempur Penerbang Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU Bakal Lebih Efektif dan Efisien

Masih terkait dengan materi AFTC, ada beberapa sistem senjata yang terkait pada close combat dan BVR di jet tempur Sukhoi TNI AU, yaitu:

1. OEPS-27
OEPS-27 dirancang untuk mencari dan melacak target berikut emisi infra merah, atau berdasarkan panas yang dihasilkan target. OEPS-27 dalam membidik target dan dilengkapi dengan sistem pengukur jarak dengan basis built in laser. OEPS-27 mudah dikenali pada jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30. Letak perangkat ini berada di bagian hidung, namun agak mendekat kokpit, dan bentuknya cukup unik dengan desain bola kaca. Bila suatu waktu radar error atau pilot harus melakukan radar silent, maka Sukhoi Su-27/Su-20 Flanker TNI AU masih punya penjejak target yang canggih dan dapat beroperasi tanpa peran radar.

2. Kanon GSh-30-1 kaliber 30 mm
GSh-30-1 secara teori dapat memuntahkan hingga 1.800 proyektil dalam satu menit. Namun, dalam pelaksanaannya, kecepatan tembak (rate of fire) diturunkan untuk mengurangi efek panas berlebih pada laras, menjadi 1.500 proyetil per menitnya.

3. Vympel R-73
Serupa dengan Sidewinder, R-73 juga mengincar panas yang dihasilkan target, yakni dengan pemandu sensor infra merah (infra red guided) all aspect. Ini artinya R-73 dapat menghajar target dari beragam sudut dan posisi. Rudal ini dipersiapkan untuk meladeni dog fight paling berat sekalipun, yaitu hingga level 12G.

4. Vympel R-27
Dengan penggerak solid fuel rocket motor, R-27 punya kecepatan luncur antara mach 2,5 hingga 4,5, laju luncur rudal juga terkait dengan kondisi cuaca dan ketinggian. Dari bobot rudal yang sekitar 253 kg, 39 kg diantaranya adalah berat hulu ledak.

Nampak Sukhoi Su-30MK TNI AU dengan dua rudal terpasang. Rudal pada ujung sayap adalah R-73 dan rudal dibawah air intake adalah R-77.

5. Vympel R-77
Karena punya desain dan spesifikasi mirip AMRAAM, para jurnalis Eropa memberi nickname R-77 sebagai AMRAAMski. Baik R-77 dan AMRAAM sama-sama mengusung sistem pemandu active radar homing. Dimana pada moncong rudal terdapat perangkat radar pemancar dan sensor elektronik lainnya yang berfungsi untuk menemukan dan melacak target secara mandiri. R-77 masuk kategori beyond visual range air to air missile dengan radius tembak diatas 70 km. (Gilang Perdana)

16 Comments