Pilihan Indonesia ke Iver Huitfeldt Class, Pengadaan Frigat ‘Kelas Berat’ Tunggu Kesepakatan
|Setelah beberapa kali mendapat kunjungan dari pejabat pertahanan Indonesia, akhirnya rencana pengadaan frigat ‘kelas berat’ Iver Huitfeldt Class mulai mendapatkan titik terang. Diantara beberapa kandidat yang selama ini dipertimbangkan Indonesia, Iver Huitfeldt Class dari Denmark muncul sebagai nama terdepan dalam program akuisisi dua frigat untuk TNI AL dengan nilai kontrak US$720 juta.
Informasi di atas pertama kali diwartakan situs janes.com (12/3/2019), dengan begitu maka frigat dengan bobot 6.645 ton ini telah menyingkirkan kompetitor di kelas yang sama, yakni frigat De Zeven Provincien Class dari Belanda dan frigat Bergamini Class FREMM (Frégate Européenne Multi-Mission) dari Italia.
Dua unit Iver Huitfeldt Class nantinya akan diakuisisi sebagai bagian dari paket Minimum Essential Force (MEF) III untuk periode 2020 – 2024. Dalam target jangka panjang, TNI AL akan memiliki enam kapal sekelas frigat modern, dimana dua unit saat ini sudah dipenuhi dengan beroperasinya frigat Martadinata Class (KRI RE Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Rai 332). Maka selain nantinya pengadaan dua unit Iver Huitfeldt Class, TNI AL masih memerlukan tambahan 4 unit frigat lagi.
Pengadaan enam unit frigat nampaknya disesuaikan dengan rencana pensiunnya frigat Ahmad Yani Class (aka – Van Speijk Class) yang memang jumlahnya ada enam unit. Frigat Van Speijk Class sendiri sudah dalam persiapan untuk fase purna tugas, dan akan dipensiunkan bertahap seiring tuntasnya proyek instalasi persenjataan di frigat Martadinata Class. Seperti yang telah kami beritakan sebelumnya, salah satu Van Speijk Class, yakni KRI Slamet Riyadi 352, meriam utama Oto Melara 76 mm-nya telah dilepas dan rencananya akan ditempatkan sebagai bagian dari simulator tempur di Paiton, Jawa Timur.
Saat ini sedang berlangsung proses diskusi lebih lanjut antara pihak Kemhan dengan Odense Maritime Technology tentang pembahasan teknis dan potensi kerja sama yang dapat dilakukan kedua belah pihak. Pihak Denmark sedari awal telah menawarkan skema transfer of technology (ToT) kepada Indonesia, seperti pembangunan frigat berdesain modular ini oleh BUMN PT PAL.
Sebagai alutsita bernilai strategis, pengadaan Iver Huitfeldt Class dipacu oleh waktu, yakni diharapkan sebelum akhir tahun 2019 sudah ada kontrak pengadaan yang ditandangani atas persetujuan Menteri Keuangan. Meski aroma pengadaan Iver Huitfeldt Class telah menguat, namun tak sedikit kalangan yang menginginkan agar TNI AL menambah saja Martadinata Class. Dengan kesamaan jenis kapal diperkirakan dapat menekan biaya pemeliharaan dan akuisisi senjata serta perangkat pendukung lainnya. (Gilang Perdana)
Dangan imbal gombal, pasti akan lama prosesnya
Rudal ne piye jal, aduh aduuuhh..
“”Indonesia Perbaiki Su-27 ke Ukraina, Rusia Beri Peringatan Keras””
katanya bebas embargo lha piye iki kok ngatur ngatur
Kalo dilihat lihat nih ya…Iver pengganti Van Speijk….dan PKR dan Korvet Sigma pengganti Parchim…kayanya masuk akal nih…
Ayo semangat perbanyak PKR juga..
beda fungsi. iver untuk aaw & sigma ke asuw
masalahnya kebanyakan fansboy rusia maunya frigate dengan kemampuan ofensif edan ala gorshkov tapi tidak tahu bahkan tutup mata bahwa yang sangat dibutuhkan tni al adalah fleet guardian
Korvet Sigma dulu dibeli buat gantiin Claude Jones class. Kalo Martadinata Class dipake buat gantiin Parchim kegedean, Biayanya bakal mahal kalo dipake untuk tugas yang sama (Jumlah kru yg lebih besar, biaya bahan bakar yang lebih besar). Apalagi kalo mau punya 16 unit juga buat fungsi pengawasan. Mungkin Martadinata class cocoknya buat gantiin Fatahillah Class, Bikin tambahan 3 unit gitu. Kalo Parchim sih cukup diganti dengan KCR yg ukurannya diperbesar: Misal KCR-75 atau KCR-80. Simple, irit, murah, tapi masih lumayan kalo buat patroli laut lepas pantai.