PILICA Anti-Aircraft Missile System – Optimalkan Kanon 23mm/ZUR Komposit Rudal Grom
|Pembaca yang budiman tentu masih ingat dengan kanon 23-mm/ZUR komposit rudal Grom, ya inilah salah satu arsenal alutsista di Arhanud TNI AD. Secara keseluruhan, kanon 23-mm/ZUR komposit rudal Grom adalah bagian dari Kobra Air Defence System. Dam lama tak terdengar kabarnya, dari negeri asalnya, Polandia, ada upgrade terbaru pada jenis senjata VSHORAD (Very Short Range Air Defence) ini.
Baca juga: Lama Tak Terdengar Kabar, Rudal Grom Kembali Diuji Tembak di Pantai Sekerat
Dikutip dari defence24.com (19/12/2020), AD Polandia diwartakan baru saja menerima unit perdana dari PILICA Anti-Aircraft Missile System. AD Polandia total mengorder enam unit PILICA yang akan menjadi kekuatan 3rd Air Defense Missile Brigade Polish Army.
Satu sistem (baterai) PILICA terdiri dari enam unit satuan tembak (satbak) – fire unit. Selain fire unit, satu sistem PILICA sudah termasuk satu unit kendaraan command station, satu unit radar station, 2 unit kendaraan transport dan 2 unit kendaraan pembawa amunisi. Nah, elemen fire unit PILICA tak lain mengusung kanon 23-mm/ZUR komposit rudal Grom.
Selain ditempatkan dalam platform kendaran berupa heavy truck, fire unit kanon komposit rudal Grom ini sudah dilengkapi perangkat optical electronioc dengan thermal imaging camera dan laser rangefinder. Sementara kanon 23-mm/ZUR komposit rudal Grom yang digunakan oleh TNI AD mengadopsi jenis tarik (towed).
Meski tetap mempertahankan bangku untuk gunner, namun PILICA memberikan opsi untuk kendali tembakan secara otomatis dan terpadu, termasuk bisa disiapkan sebagai multi-layered anti-aircraft defense.
Secara umum, kanon 23 mm ini memiliki jangkauan tembak maksimum vertikal 2.000 meter, dan jangkauan tembak horizontal 3.000 meter. Dengan konsep komposit/hybrid, amumisi meriam dan rudal dapat ditembakkan ke target secara simultan, hingga mencapai daya hancur yang berlipat.
Sementara untuk rudal Grom yang masuk kategori rudal MANPADS (Man Portable Air Defence), punya jangkauan tembak horizontal yakni 5.500 meter dan jangkauan tembak vertikal antara 3.000 sampai 4.000 meter, dengan minimal jangkauan tembak 10 meter.
Baca juga: PIT-Radwar AG-35, Kanon Hanud Model Tarik untuk Pertahanan Titik
PILICA Anti-Aircraft Missile System dikembangkan oleh konsorsium PGZ-PILICA, yang terdiri dari PGZ Group: PGZ SA, PIT-Radwar, PCO dan Zakłady Mechaniczne Tarnów sebagai integrator sistem. (Gilang Perdana)
MendinG beli BAAMSE aja asal dapet TOT kombinasi sama ASTER kalau dari rusia TUNGUSKA ATAU TORM-2 sekalian
Sistem pomrad pernah beberapa kali di uji coba nembak drone, selalu meleset. Sebaiknya ngga ush di pakai, lg pula dari pihak teknisi nya pernah bilang krn alasan iklim tropis yg menyebabkan saat uji coba gagal mengenai target. Lucunya saat press realease di katakan sukses saat uji coba.
Yg jadi masalah sekarang bagaimana mempertahankan radar sistem pertahanan udara dari serangan jammer.
Nah yg ginian klo paket ekonomis dan murah bingit boleh dibeli TNI utk perlindungan kendaraan infantri dr serangan drone kamikaze belajar dr kasus konflik Nagorno-Karabahk. Utamanya dr serangan drone yg membawa rudal/ bom.
Kalo duitnya berlebih beli Pantsir SM terbaru atau Tunguska 2K22M yg 57E6. Yg terbukti Strooong Bingiiitt.
Kalo duit peres cukup akuisisi K30 Biho (Flying Tiger)[ asal negara K-pop, kemungkinan bisa dikombinasikan dng rudal manpads Chiron yg sdh terlebih dahulu diakuisis TNI.
Idih Pantsir. AD Rusia sja amit2 pas ditawarin
Nunggu proyek Morfey dgn amunisi airburst,Radar Aesa dan miniaturisasi rudal Thor M2
Lebih baik Indonesia beli HQ 17 dari Cina.
Baik bagimu sendiri
Daripada kopian Thor lawas mending yg ori dan baru Thor M2
Utk apa beli tor ori & baru dr rusia nanti kena caatsa dan itu tdk baik utk Indonesia.
AD Rusia kan sdh menggunakan Tunguska mbah. Masa double. Pantsir terbaru utk AL.
Hrg Tor M2 lebih mahal mbah. Ini kan yg harganya msh bisa dijangkau anggaran pemerintah, tp efeknya bisa melindungi infantri spt kasus yg terjadi oleh Armenia.
Begitu cara mikirnya mbah. Klo pake cara pemikiranmu, bisa defisit anggaran semakin lebar. Paham ya mbah.
Lah itu opini pribadi bukan lobi
Ada harga ada kualitas dan Thor m2 lebih botol pulpen menjatuhkan drone ketimbang pantsir
Satu kena caatsa
Satu kena kualitas lantaran varian modern Zu23 buatan Tiongkok tau sendiri lah
Heran kenapa negara ex pakta warsawa sepirti Polandia, Ceko dan Ukraina ga ada yg ngembangin varian modernisasi s60 yg bejibun dgn amunisi airburst 57 mm
Ane lebih milih Skyshield plus pake Rudal Manpads buat pelapis Nasams. Buat apa beli Tunguska kalo gak kompatibel buat NCW, bikin ribet yg pake.
Jaman sekarang yang namanya altileri anti serangan udara sudah banyak yang mobil dan otomatis minimal system penembakan menggunakan radar dan pengisian amunisi manual mulai ditinggalkan selain efisien dan hemat SDM mengurai jatuhnya banyak korban pasukan jika diserang
Cukup ramah dikantong.
Pt pindad mustinya bisa bikin amunisi airbrus.
mantap min
Kanon 23 mm apa masih sanggup hancurkan pesawat A 10 thunderbolt .
Patsir versi paket hemat.
Andai pake amunisi airburst klau masih konvensional jadi banpur infantri.
Setuju. Jamannya DRONE dimana2 sudah seharusnya SMART/ AIR BURST/ AHEAD munitions di jadikan standar AA MUNITIONnya TNI .
AMUNISI nggak HARUS ” IMPACT” . WALL OF TUNGSTEN PELLETS LEBIH EFEKTIF.