Pesawat ‘Mata-mata’ AS Beechcraft Super King Air B300 N349CA Jatuh di Filipina, Ini Bekal Sensor yang Dibawa

N349CA, King air 300 (foto: syu~san via flyteam.jp)

Sebuah pesawat yang dioperasikan militer AS jatuh di Filipina selatan pada Kamis, 6 Februari 2025. Kecelakaan ini menewaskan empat orang yang berada di dalamnya. Dilansir dari Channel News Asia, Kedutaan Besar Amerika Serikat telah mengonfirmasi jatuhnya pesawat tanpa rincian lebih lanjut.

Baca juga: Pesawat Intai MC-12W Liberty – Hadir di Indonesia Amankan Kedatangan Joe Biden

Militer Filipina mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya tidak dapat merilis informasi tentang kecelakaan di Pulau Mindanao. Sebabnya masalah tersebut dirahasiakan dan penyelidikan masih berlangsung.

Sejumlah kecil pasukan AS diketahui telah ditempatkan dalam penugasan bergilir jangka pendek di Filipina. Negara itu menyediakan tempat kepada militer AS untuk memerangi militan yang terkait dengan kelompok ISIS yang masih aktif di Mindanao dan terkait dengan konflik di Laut Cina Selatan.

Juru bicara kepolisian daerah Jopy Ventura mengatakan bahwa petugas belum memastikan penyebab jatuhnya pesawat tersebut di sebuah pertanian dekat kota Ampatuan. Polisi dan tentara telah dikerahkan ke lokasi untuk mencegah potensi perusakan barang bukti.

Meski dibalut dengan kerahsiaan tingkat tinggi, namun nomor ekor pesawat itu berhasil diidentifikasi N349CA, dan didaftarkan atas nama firma pertahanan Metrea. Menurut situs pelacakan penerbangan FlightAware, pesawat nahas tersebut diidentifikasi sebagai Beechcraft Super King Air B300.

Situs web Metra menggambarkan perusahaan tersebut sebagai penyedia utama jasa keamanan bagi mitra keamanan nasional di berbagai domain dan lebih dari selusin area misi.

Terkait dengan Beechcraft Super King Air B300 dengan nomer N349CA, dari foto-foto yang beredar bahwa pesawat tersebut dilengkapi dengan sensor dan perangkat elektronik yang terkait dengan misi intai – ISR (Intelligence, Surveillance and Reconnaissance).

Beechcraft Super King Air B300 N349CA dapat digolongkan sebagai ‘spy plane’ intai taktis Medium Altitude Reconnaissance and Surveillance System (MARSS) Quick Reaction Capability (QRC).

Pesawat jenis ini sebelumnya digunakan oleh Angkatan Darat AS (US Army) sampai tahun 2022. Debut MARSS QRC dimulai dengan MARSS 1 yang mendukung US Southern Command (SOUTHCOM) pada awal 2000-an. Pesawat MARSS menawarkan dukungan pada US Army Intelligence and Security Command (INSCOM) dan US Special Operations Command (SOCOM) di US Central Command (CENTCOM) serta misi penjaga perdamaian di US European Command (EUCOM).

Dimodifikasi dari pesawat komersial King Air 300, sejak 2009, tiga pesawat terakhir memberi SOCOM dukungan operasional untuk sekitar 90 misi per bulan yang menghasilkan lebih dari 130.000 jam terbang pada saat mereka pensiun.

20 Tahun Beroperasi, Angkatan Darat AS Pensiunkan Pesawat Mata-mata MARSS QRC

Meski kelengkapan sensor pada MARSS QRC berubah selama 20 tahun pengabdian, namun dapat dipastikan bahwa kemampuan utama pesawat ini adalah untuk menjalankan misi signals intelligence (SIGINT), full-motion video (FMV) dan high resolution imagery (HRI) sensors. Lebih detail, army.mil merinci beberapa perangkat yang ditanamkan pada MARSS QRC, di antaranya Vehicle and Dismount Exploitation Radar (VaDER).

Dengan basis King Air 300, maka pesawat ini diawaki dua orang dan dapat membawa 11 penumpang. Namun berapa konfigurasi awak pada MARSS QRC tetap dirahasiakan.

Pesawat ini ditenagai dua mesin turboprop Pratt and Whitney PT6A-60A dan punya kecepatan jelajah 570 km per jam dengan kemampuan terbang sejauh 3.400 km dan beroperasi di ketinggian maksimum 10.668 meter. Di lingkup TNI AL, King Air 300 juga dioperasikan oleh Puspenerbal, yaitu sebagai pesawat angkut VIP/VVIP. (Gilang Perdana)

Beechcraft King Air 350i: Pesawat Turboprop VIP dengan ‘Reputasi’ Intai Maritim