Pernah Disiapkan untuk Menyerang Jakarta, Nasib Sebagian Pembom F-111 Berakhir di Pekuburan

Nama pembom yang satu ini begitu lekat bagi warga Indonesia, betapa tidak, F-111C Aardvark adalah pembom yang pernah disiapkan untuk menyerang instalasi vital di Jakarta. Bukan itu saja, masih di tahun 1999, yakni pasca jejak pendapat di Timor Timur (sekarang Timor Leste), beberapa kali F-111 dan F/A-18 Hornet milik Australia dikabarkan kerap memasuki wilayah udara Indonesia. Salah satu kejadian dramatis seperti kisah penerbang Hawk 209 TNI AU yang sampai melakukan scramble untuk mengejar F-111 yang terbang rendah melintasi Lanud El Tari, Kupang.

Baca juga: Menakar Plus Minus Skenario Serangan Udara F-111C Aardvark ke Jakarta

Armada pembom F-111 mulai masuk kedinasan AU Australia (RAAF) pada tahun 1973 dan resmi dipensiunkan pada tahun 2010. Sebagai alutsista yang dianggap bersejerah, AU Australia menjadi 13 unit F-111 (terdiri dari 12 unit F-111C dan 1 unit F-111G) sebagai koleksi museum yang berlokasi di beberapa lanud. Nah, sisanya ternyata masih ada 23 unit yang tak dijadikan koleksi museum. Yang unik, sisa puluhan pembom battle proven ini tak tidak di-scrap sebagaimana riwayat akhir pesawat tempur tua.

Dikutip dari TheAviationGeekClub.com, rupanya nasib ke-23 unit F-111 RAAF berakir di pekuburan. Persisnya ke-23 unit F-111 dikuburkan di Swanbank Lanfill, luar kota Ipswich di Negara Bagian Queensland. Proses ‘pemakaman’ pembom tempur legendaris dari era Perang Dingin ini dilakukan pada 21- 23 November 2011.

Saat penguburan F-111, kabarnya mendapat tanggapan negatif dari para pecinta dunia dirgantara Australia. Umumnya mereka tidak ingin melihat akhir pengabdian alutsista yang bersejarah dengan cara seperti itu. Lantas apa yang mendasari AU Australia menguburkan pesawat secara harfiah?

Gregg Gray, sebagai mantan Senior Noncommisioned Officer USAF menyebut alasan dari keputusan penguburan F-111. Ia menyebut salah satu alasan adalah karena sebagian komponen F-111 mengandung bahan yang berbahaya, mulai dari bonded panels dan bonding yang menggunakan bahan asbestos. Mencoba untuk mendaur ulang bangkai pesawat juga dianggap beresiko tinggi, termasuk membutuhkan fasilitas khusus, sehingga dipandang tidak efisien dari segi biaya. Jadi keputusan penguburan F-111 adalah tindakan untuk mencegah dari kemungkinan orang terpapar material berbahaya.

Baca juga: Dengan Kapsul Pelontar, Beginilah Cara Awak F-111C Aardvark Menyelamatkan Diri

Meski ke-23 unit F-111 telah dikuburkan, namun bagian-bagian penting seperti komponen avionik dan mesin telah dilepas dan tak ikut dikuburkan. Bahkan bagian sayap dan vertical stabilizer juga tidak ikut dikubur, sehingga bisa disebut yang benar-benar dikubur adalah bagian fuselage. (Bayu Pamungkas)

15 Comments