Pererat Hubungan Bilateral, Jepang Bantu ‘Transfer Teknologi’ Drone ke Ukraina
|
Hubungan bilateral antara Jepang dan Ukraina, khususnya di sektor militer, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Keduanya semakin erat dalam menjalin kerja sama di berbagai bidang pertahanan, dipacu oleh kepentingan bersama untuk menjaga stabilitas regional dan merespons ancaman keamanan yang semakin kompleks.
Baca juga: Mitsubishi Type 73 Kogata 4×4 – Rantis dari Platform Pajero yang Akan Berlaga di Ukraina
Khususnya di sektor militer, jepang telah proaktif membantu Ukraina – sebut saja bantuan logistik militer dalam bentuk non-letal seperti helm, rompi anti peluru kendaraan medis hingga drone. Selain itu, Jepang juga diketahui memberikan pelatihan militer terhadap pasukan Ukraina, terutama di sektor pertahanan udara. Dukungan kuat dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, terhadap Ukraina juga mendorong Jepang untuk memperkuat hubungan militernya dengan Ukraina.
Pada awal Januari 2025 kemarin, Menteri Industri Strategis Ukraina, Herman Smetanin mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Luar Biasa Jepang untuk Ukraina, Masashi Nakagome untuk membahas soal teknologi baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Dilansir dari armyrecognition.com, Herman Smetanin menyoroti kebutuhan mendesak Ukraina untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dan menjabarkan tentang potensi manfaat dari membangun kemitraan industri yang kuat dengan perusahaan-perusahaan Jepang.

Diskusi ini membuka peluang untuk mengidentifikasi proyek-proyek bersama di bidang-bidang yang menjadi minat bersama, termasuk sistem pertahanan otonom dan solusi logistik canggih. Kolaborasi dengan para ahli Jepang dapat lebih meningkatkan kemampuan pengembangan pertahanan otonom seperti drone dengan mengintegrasikan teknologi otomasi canggih atau sistem kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi.
Diketahui, sejak konflik dengan Rusia yang dimulai pada tahun 2014 silam, Ukraina telah meningkatkan kemampuan pesawat nirawaknya secara signifikan. Organisasi non-pemerintah seperti Aerorozvidka, telah memainkan peran penting dengan mengintegrasikan teknologi mutakhir untuk pengintaian udara dan peperangan elektronik. Upaya ini telah memungkinkan Ukraina untuk merancang dan memproduksi pesawat nirawak yang disesuaikan dengan kebutuhan medan perang, termasuk oktokopter R18 yang mampu melakukan pengintaian dan serangan presisi.
Selain kemitraan di bidang teknologi, kemitraan antara Ukraina dan Jepang dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang signifikan. Bagi Ukraina, yang sedang berada dalam fase pemulihan industri, dapat memperoleh akses ke transfer teknologi dan investasi asing. Sementara bagi Jepang, kolaborasi ini menawarkan peluang untuk mendiversifikasi kemitraan internasionalnya dan menguji teknologi yang mereka kembangkan dalam konteks operasional.

Namun, kerja sama yang terjalin antara Ukraina dan Jepang tidak melulu membawa efek positif, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh kedua negara. Jika dikerucutkan di sektor militer, perbedaan standar militer antara Jepang dan Ukraina bisa saja menjadi batu sandungan yang mempersulit interoperabilitas. Belum lagi menjaga pasokan logistik dan dukungan teknis untuk peralatan militer Ukraina yang sewaktu-waktu bisa menjadi tantangan yang kompleks.
Kembali lagi, pertemuan kedua orang penting Ukraina dan Jepang ini seolah menjadi babak baru bagi kedua negara untuk saling mempererat hubungan strategisnya. Hal ini mencerminkan niat kedua negara untuk mengubah sinergi teknologi dan industri menjadi kerja sama berkelanjutan yang mampu memenuhi kebutuhan mendesak sekaligus menumbuhkan prospek masa depan yang menjanjikan. (Nurhalim)