Update Drone KamikazeKlik di Atas

Perancis Kembangkan Konsep HAPS Stratobus untuk Kepentingan Militer

Bagi kebanyakan negara, adopsi teknologi (High Altitude Platform Station) masih dalam tahap kajian, termasuk di Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) semasa dijabat Wiranto pernah melakukan diskusi mendalam tentang penerapan HAPS untuk mendukung sistem komunikasi pertahanan dan keamanan di daerah terluar, terpencil dan perbatasan.

Baca juga: Militer Cina Gunakan Aerostat, Jadi Bukti Kehadiran HAPS di Laut Cina Selatan

Kabar tentang HAPS kemudian kembali ramai, pasca militer Cina ternyata telah mengoperasikan HAPS Airship jenis Aerostat. Persisnya wahana tersebut ditangkap satelit ISI di Mischief Reef (terumbu karang), salah satu wilayah yang disengketakan di sekitaran Laut Cina Selatan. Cina mulai membangun sistem peringatan dini berbasis Aerostat pada tahun 2017. Aerostat merupakan balon udara berukuran besar yang dilengkapi radar phased array untuk mendeteksi kehadiran pesawat terbang yang terbang rendah di kawasan tersebut.

Nah, bergeser ke Belahan Eropa Barat, Badan Pengadaan Perangkat Pertahanan Perancis – Direction Générale de l’Armement (DGA), baru saja melakukan penandatanganan kerja sama dengan Thales dan Thales Alenia Space untuk memulai studi konsep HAPS untuk mendukung intelligence, surveillance and reconnaissance (ISR) pada platform HAPS Stratobus. Hal tersebut diumumkan secara remsi oleh Thales pada 8 Januari 2020.

Stratobus adalah stratospheric airship high altitude pseudo satellite rancangan Thales dan Thales Alenia Space. Wahana tanpa awak ini mengangkasa di ketinggian 65 ribu kaki dari permukaan laut (sekitar 19.812 meter). Dalam konsep awalnya, Stratobus dikedepankan untuk mendukung komunikasi sipil dan militer. Studi yang diluncurkan oleh DGA akan mencakup studi konsep operasional untuk misi ISR, ​​termasuk latihan simulasi penggunaannya di teater operasi. Konsep demonstrasi skala penuh juga akan dipelajari lebih lanjut.

Konsep Stratobus pertama kali diperkenalkan oleh Thales pada tahun 2014, dan program ini secara resmi diluncurkan pada tahun 2016 dengan mitra pendanaan CGI /Bpifrance (organisasi yang mendukung Investasi Perancis dalam program masa depan). Rencananya, uji terbang perdana Stratobus akan dilakukan pada akhir 2023.

Desaibn awal Stratobus yang dirilis oleh Thales mempunyai panjang 115 meter dan berat hampir 7 ton. Dalam konfigurasi standar dapat membawa 250 kg muatan (payload) dengan kebutuhan daya 5 kW. Untuk misi khusus di ekuator, kapasitas muatan platform dapat mencapai 450 kg dengan daya 8 kW. Pihak Thales menyebyut Stratobus dirancang untuk operasional penugasan selama lima tahun dengan maintenance setahun sekali.

Baca juga: HAPS Masuk dalam Rencana Strategis Kemenko Polhukam, Inilah Tanggapan dari Kohanudnas

Ditempatkan pada ketinggiaan stratosfer, yaitu di rentang 15.000 – 40.000 meter, Stratobus dengan beragam perangkat intainya dapat memonitor sasaran di udara dan obyek bergerak di permukaan dalam radius 300 km. Sebagai HAPS yang ditempatkan di ketinggian stratosfer, maka Stratobus merupakan obyek stationer. Pada ketinggian stratosfer dicirikan dalam lingkungan yang low density, low temparature dan low wind. (Haryo Adjie)

4 Comments