Peran Digantikan Drone, RC-26 Condor “The Little Spy Plane” Resmi Pensiun
|Tampilannya biasa saja, lantaran wahana ini menggunakan plaform pesawat propeller buatan Fairchild Aircraft, C-26 Metroliner. Tapi dari kesannya yang biasa-biasa saja, pesawat yang diberi label sebagai RC-26 Condor ini punya jasa besar dalam beragam operasi intai rahasia yang dijalankan oleh Pemerintahan Negeri Paman Sam. Sebut saja operasi anti narkotika dan misi klandestin lainnya.
Dan, belum lama ini ada kabar bahwa Angkatan Udara AS telah memensiunkan armada RC-26 Condor. Dikutip dari TheDrive.com (4/1/2023), disebut bila RC-26 merupakan salah satu aset militer yang paling tidak diketahui. Pesawat twin turboprop ini terlihat tidak mencolok, namun pesawat ini punya karir yang luar biasa dalam memerangi gembong narkoba dna menjadi aset serbaguna untuk berbagai misi rahasia.
Di kalangan pemerhati militer AS, RC-26 Condor disebut sebagai “The Little Spy Plane.” Pentagon telah merilis foro yang menunjukkan penerbangan terakhir RC-26 di Truax Field Air National Guard Base, yang satu lokasi dengan Bandara Regional Dane County di Madison, Wisconsin.
Di Truax Field Air National Guard Base, Fighter Wing (FW) ke-115 — lebih dikenal sebagai operator jet tempur F-16 — menyelesaikan operasi dengan RC-26 pada 28 Desember 2022. Disebut bahwa RC-26 telah hadir di Truax sejak Januari 1992.
Terakhir, RC-26 mendukung operasi kontra narkoba dari Truax, dengan tujuh pilot FW ke-115 dan dua Military Information Support Operators (MISO) ditugaskan untuk misi tersebut. Selain bekerja dengan otoritas negara bagian dan federal untuk memerangi narkotika, tim tersebut juga tersedia untuk menerbangkan misi kontra-pemberontakan dan keamanan dalam negeri.
Namun, Angkatan Udara AS memutuskan untuk mempensiunkan semua (11 unit) RC-26 di seluruh armadanya sebagai langkah penghematan biaya, dan menggantikan aset pengintaian dengan drone.
Selain hanya dioperasikan oleh militer AS, persisnya apa saja payload yang dibawa RC-26 memang misterius. Kelompok pengamat militer di AS menyebut, RC-26 dengan belly pod container dilengkapi beragam sensor imaging berkualitas tinggi.
Apa jenis sensor yang ada di dalam belly pod, tidak ada informasi pasti tentang hal itu. Yang jelas pada Februari 2019, Elbit Systems of America telah ditunjuk untuk melakukan upgrade pada perangkat elektronik RC-26.
Kuat dugaan, kemampuan fitur full motion video (FMV) adalah yang digunakan saat memonitor demonstrasi dan kerusuhan. Sementara itu, diyakini bila sensor imaging di RC-26 belum dapat mendeteksi hingga level pengenalan wajah (face recognition) dan identifikasi plat mobil. Pejabat militer di Washington menyebut, Output FMV dari RC-26 dapat dilihat secara realtime dari smartphone Komandan Pasukan Garda Nasional.
Baca juga: Pesawat Intai MC-12W Liberty – Hadir di Indonesia Amankan Kedatangan Joe Biden
Ditenagai dua mesin Allied Signal Garrett TPE-331-11U-601G turboprops, RC-26 Condor dengan 24 penumpang ini dapat melesat dengan kecepatan maksimum 533 km per jam dan terbang sejauh 3.750 km. (Gilang Perdana)
Peran intai makin kesini sepertinya akan makin tergantikan oleh drone karena lebih murah dan takut mati pula sementara kalau gunakan pesawat memang lebih leluasa scope pandangan mata awak pesawat apalagi jika beberapa orang lebih luas lagi view nya sayangnya tak detail yg dipelototi. Drone lebih masuk akal tapi rawan di jamming, dimasa depan mungkin pertempuran antar negara dilakukan pakai game saja karena kalau nekat berperang sungguhan bisa jadi musnah peradaban tak tersisa sama sekali.
min, kalau dari list ini
https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_equipment_of_the_Indonesian_Air_Force
TNI AU beli varian pengintai nc-212, apa itu benar?
Varian intai adanya di TNI AL – https://www.indomiliter.com/nc-212-200-mpa-tni-al-memantau-perairan-dengan-teknologi-flir/