Pentagon: Lebih Tahan Debu dan Terbang Lebih Tinggi, Dua Poin Keunggulan Mil Mi-17 Dibanding UH-60 Black Hawk
|Jagad dirgantara dan dunia alutsista Indonesia kembali berduka, setelah helikopter Mil Mi-17-V5 Puspenerbad dengan nomer registrasi HA-5141 jatuh di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah pada Sabtu pukul 15.xx WIB. Dari informasi yang dihimpun, korban meninggal 3 orang dan korban luka berat ada 5 orang. Musibah di Kendal, menjadikan Mi-17 ketiga milik TNI AD yang mengalami total lost (keseluruhan ada 12 unit Mi-17-V5), setelah sebelumnya musibah yang terjadi pada Mi-17 HA-5166 dan HA-5138 di Kalimantan dan Papua.
Baca juga: Mil Mi-17-V5 – Helikopter Angkut Multi Peran Andalan Puspenerbad
Lepas dari serangkaian musibah yang menimpa Mi-17-V5 di Indonesia, helikopter rancangan Mil Moscow Helicopter ini adalah sosok wahana angkut udara yang fenomenal, lantaran jejak pengembangan dan produksinya dipandang ‘seumuran’ dengan helikopter angkut multirole Sikorsky UH-60 Black Hawk. Kedua helikopter, rancangan awalnya sama-sama dimulai pada pertengahan dekade 60-n. Kemudian Mi-17 (kode NATO – Hip) terbang perdana pada 1975, sebaliknya UH-60 terbang perdana pada Oktober 1974. Pun, keduanya sampai saat ini terus eksis dalam berbagai turunan variannya.
Namun ada fakta yang menarik dari Mi-17, khususnya pada varian Mi-17-V5, pasalnya helikopter yang disokong dua mesin TV3-117VM ini mendapat ‘tempat’ tersendiri di mata militer Amerika Serikat. Mengutip dari fsvts.gov.ru, disebutkan Pentagon secara tak resmi telah mengakui keunggulan Mi-17, khususnya bila dibandingkan UH-60 Black Hawk. Tentu pernyataan itu terasa janggal, apakah benar demikian?
Berdasarkan literasi dari TheDrive.com, disebutkan bila inspektor jenderal di Pentagon tak puas dengan performa Black Hawk di Afghanistan. Pentagon membandingkan kinerja UH-60 Black Hawk dengan Mi-17V-5 yang didatangkan untuk kebutuhan transisi di tubuh Angkatan Darat Afghanistan. Sebagai informasi, pada Juni 2013, Rosoboronexport mendapatkan kontrak dari AS untuk memasok 30 unit Mi-17 untuk kebutuhan militer Afghanistan.
Skor minus Black Hawk dibandingkan Mi-17 terutama pada urusan kapasitas angkut kargo. Sudah dipastikan soal payload dan volume kargo, Mi-17 jauh lebih unggul dari Black Hawk. Pentagon menyebut, kapasitas angkut dua UH-60 dapat dituntaskan oleh satu Mi-17 dalam sekali terbang.

Ternyata bukan soal kapasitas payload yang membuat Mi-17 dipandang lebih unggul dari UH-60, Pentagon mengatakan Black Hawk tidak dapat terbang di ketinggian tinggi, dimana ketinggian terbang maksimum UH-60 adalah 5.800 meter. Sementara Mi-17 sanggup terbang sampai ketinggian maksimum 6.000 meter. Aspek ketinggian terbang menjadi penting untuk operasi di Afghanistan, lantaran medan yang dihadapi dominan berupa wilayah pegunungan. Jejak pengoperasian Mi-17 di Suriah, Irak dan beberapa negara Asia, telah membuktikan helikopter dengan bobot penuh 11 ton ini ideal untuk meladeni iklim gurun dan tropis.
Dmitry Drozdenko, pakar militer dari Rusia mengatakan, Mi-17 dan UH-60 Black Hawk diciptakan untuk teater perang di Eropa pada dekade 60/70-an. “Namun keterlibatan Uni Soviet pada Perang Afghanistan (1979 – 1989), rupanya ikut mempengaruhi pengembangan Mi-17. Biro desain Mi-17 telah melalukan penyempurnaan desain berdasarkan kondisi peperangan di Afghanistan, dimana ancaman debu dan batasan ketinggian relatif bisa diatasi oleh Mi-17-V5. Sementara AS nampaknya tidak terlalu memperhatikan pada soal debu dan ketinggian,” ujar Drozdenko.

Bobot badan Mi-17 saat tinggal normalnya adalah 11,1 ton, sementara bobot tinggal landas maksimumnya adalah 13 ton. Dari beban 13 ton tersebut, untuk kapasitas angkut di dalam kabin mencapai 4,07 ton dan kapasitas angkut di luar kabin (seperti membawa roket/bom/rudal/kanon atau sling cargo) bisa mencapai ukuran 5 ton. Meski kodratnya adalah heli angkut, tapi dari pihak pabrikan telah menawarkan 10 jenis varian senjata dan perangkat elektronik yang bisa dibawa.
Baca juga: Cina Punya Harbin Z-20 “CopyHawk,” Tiruan Sikorsky Black Hawk dengan Mesin Lebih Kuat
Lepas dari Pentagon yang kagum pada kinerja Mi-17, kabarnya Korps Marinir AS (USMC) juga berniat untuk mengakuisisi Mi-17 dan Mi-35, yang akan difungsikan sebagai lawan tanding alias agresor dalam simulasi pertempuran. (Bayu Pamungkas)
Sudah cukup !! 3 kali jatuh berturut-turut 30 nyawa prajurit Terbaik TNI melayang buang jauh-jauh heli sial ini
Helikopter bell 412 tni jg langganan kecelakaan kok.. Berarti itu heli hrs dibuang dong? Pdhl sering dipake lho klo latgab
Bell 412 jumlahnya yang operasional di TNI Polri lebih dari 125 unit sudah operasi dari akhir 1980an. Jumlah yang jatuh dalam tugas selama 30 tahun lebih yang di kisaran 7-8 unit menandakan tingkat safety dari Bell 412 masih jauh lebih baik dibandingkan Mi17
Satu lagi Bell 412 di rakit di Bandung dgn lisensi dr Bell Textron US. Jadi perawatan dan suku cadangny murah dan melimpah
Semua negara yang membuat kendaraan (vehicle) prioritas utamanya pasti disesuaikan dengan kondisi negara tersebut, salah satunya kondisi alam.
Itu sebabnya butuh waktu untuk membuat kendaraan yang mampu beroperasi dalam segala kondisi termasuk kondisi cuaca, iklim bentang alam, dsb., karena butuh percobaan langsung di lapangan. Kendaraan yang didesain untuk lingkungan kutub tentu berbeda dengan kendaraan yang didesain untuk lingkungan tropis, kendaraan yang didesain untuk daerah pegunungan tentu berbeda dengan kendaraan yang didesain untuk dataran (sabana/stepa), sistem pendingin mesin untuk daerah subtropis tentu berbeda dengan daerah tropis atau gurun.
Cara ujicobanya bagaimana? Dengan mengoperasikannya pada semua kondisi yang ada, kemudian dianalisis dan dicari solusinya, seperti yang dilakukan Rusia belakangan ini di Suriah, Libya ataupun Afganistan (beberapa dekade lalu). Mama Rika memang masih yang terdepan dalam menguji senjatanya diseluruh belahan dunia dengan pangkalan-pangkalan militer yang ada di berbagai negara.
Semua ada plus minusnya. Yang harus diperhatikan dalam membeli alutsista adalah perawatannya, bukan hanya soal kelebihannya saja.