Pensiunkan Tripartite Class, Belanda dan Belgia Satu Pilihan untuk Kapal Pemburu Ranjau

Sebelum dua kapal pemburu ranjau Frankenthal Class tiba di Indonesia, maka saat ini yang menjadi alutsista andalan pada Satuan Kapal Ranjau (Satran) TNI AL adalah dua kapal Tripartite Class, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Meski usianya tak lagi muda, lantaran sudah beroperasi lebih dari 30 tahun, namun Tripartite Class adalah satu-satunya jenis kapal perang buru ranjau yang hingga kini juga masih dioperasian oleh AL Belanda dan AL Belgia.

Baca juga: Setelah Lama Dinanti, Kemhan Resmi Akuisisi 2 Kapal Pemburu Ranjau dari Jerman

Lepas dari tingkat kesiapan operasional Tripartite Class TNI AL yang tak lagi optimal, namun adanya Tripartite Class menjadikan TNI AL punya standar arsenal yang serupa dengan Belanda, yang tak bisa dipungkiri menjadi salah satu kiblat kekuatan laut TNI AL.

Kilas balik awal tahun 2015, ada pernyataan yang membuat kaget netizen di Tanah Air, pasalnya TNI AL berencana untuk memensiunkan dua unit Tripartite Class. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengakui bahwa saat ini kapal penyapu ranjau dua kapal jenis Tripartite Class mereka, yaitu KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 buatan galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV) di Albasserdam, Belanda, sudah mendekati akhir masa kerja. Kapal dengan panjang 51,5 meter tersebut sudah dipakai oleh TNI AL sejak tahun 1988, maka sudah selayaknya mereka dipensiunkan.

Yang membuat kaget tak lain karena kapal penyapu ranjau ini masih dalam kondisi digunakan aktif oleh negara pembuatnya, yaitu Belanda dan Belgia. Tripartite Class sejatinya adalah program kapal buru ranjau yang digawangi oleh tiga negara, selain Belanda dan Belgia, ada nama Perancis yang juga punya andil besar dan pernah mengoperasikan kapal jenis ini.

Situs Wikipedia menyebutkan bahwa Belanda baru mulai akan mengganti armada Tripartite Class secara bertahap pada tahun 2027. Dari 45 unit Tripartite Class yang dibangun, dua unit dioperasikan Indonesia, enam unit dioperasikan Belanda dan lima unit oleh Belgia.

Meski sudah dilakukan sejumlah upgrade pada sistem sensor dan elektroniknya, Belanda dan Belgia sudah menggadang pengganti Tripartite Class. Mengutip dari Janes.com (22/5), disebutkan Belanda kembali bersama-sama Belgia dalam pilihan pengembangan kapal pemburu ranjau – mine countermeasures (MCM).

Persisnya pilihan Belanda dan Belgia telah dijatuhkan pada konsorsium Naval Group dan ECA Robotics. Dalam pengadaan untuk 12 unit pengganti Tripartite Class, kedua negara terlibat aktif dalam penawaran, sementara proses tender dikelola oleh Belgia. Kontrak pengadaan 12 unit penyapu ranjau ini mencapai total US$2,1 miliar, dimana Belgia menanggung US$1,004 miliar dan Belanda US$1,093 miliar. Dalam kontrak disebutkan kapal perdana akan diterima oleh Belgia pada tahun 2023, dan Belanda akan menerima pada periode 2024 – 2025. Masing-masing negara nantinya akan menerima enam unit kapal pemburu ranjau ini.

Baca juga: Begini Cara Frankenthal Class Melakukan Identifikasi dan Eliminasi Pada Ranjau Laut

Sang pengganti Tripartite Class ini disebut-sebut punya bobot 2.700 ton. Selain dilengkapi teknologi signature reduction terbaik, kabarnya kapal pemburu ranjau ini akan mengedepankan peran drone untuk melaksanakan tugasnya. Setidaknya ada dua drone yang disiapkan, yaitu Unmanned Surface Vessels (USV) dan Unmanned Underwater vessels (UUV). Salah satu drone atas permukaan yang dipastikan akan menjadi andalan adalah Inspector 125 buatan ECA Group. (Bayu Pamungkas)

9 Comments