Pensiunkan Kondor Class, TNI AL Pilih Frankenthal Class Sebagai Kapal Penyapu Ranjau Terbaru
Seolah mengamini isi pemberitaan di Indomiliter.com yang mewartakan Jerman dipilih sebagai pemasok kapal penyapu ranjau TNI AL, situs Janes.com (11/9) telah merilis informasi lanjutan tentang pengadaan kapal penyapu ranjau terbaru untuk Satuan Kapal Ranjau (Satran) tersebut. Disebutkan bahwa jenis kapal penyapu ranjau pilihan TNI AL adalah varian dari Frankenthal Class buatan Lurssen Defence.
Baca juga: TNI AL Pilih Jerman Sebagai Pemasok Kapal Penyapu Ranjau Terbaru
Berdasarkan informasi dari Janes.com, nilai pengadaan untuk kedua kapal penyapu ranjau terbaru tersebut dipatok senilai US$204 juta, atau mengalami penurunan dari anggaran yang dicanangkan pada Agustus 2016, senilai US$215. Lebih lanjut untuk pola pembelian pemerintah RI akan menggunakan kredit ekspor.
Meski telah disebut yang bakal diakuisisi adalah Frankenthal Class, sumber Indomiliter.com di TNI AL menyebutkan bahwa pengadaan kapal penyapu ranjau tersebut bukan untuk menggantikan dua unit Tripartite Class. “Memang ada rencana untuk me-replace kapal penyapu ranjau yang berusia tua, tapi bukan Tripartite, melainkan Kondor Class eks Jerman Timur, sebagian Kondor Class mungkin nanti akan ditawarkan ke Bakamla,” ujar sumber Indomiliter.com.
Berdasarkan catatan kami, beberapa Kondor Class telah beralih peran dari Satran ke armada Satrol (Satuan Kapal Patroli). Dari sembilan unit Kondor Class yang ada digunakan TNI AL, dua unit diantaranya, yakni KRI Pulau Rondo 725 telah berubah menjadi KRI Kelabang 826, dan KRI Pulau Raibu 728 yang berubah identitas menjadi KRI Kala Hitam 828. Lebih detail tentang Kondor Class dapat Anda simak pada judul tautan di bawah ini.
Baca juga: Kondor Class: -Penyapu Ranjau TNI AL dari Era Perang Dingin
Tentang Frankenthal Class, selain merupakan jenis kapal penyapu ranjau yang dirilis Lurssen, Frankenthal Class juga menjadi yang paling banyak diproduksi dan telah digunakan AL Jerman yang mengoperasikan 10 unit Frankenthal Class, sementara ada dua unit Frankenthal Class yang juga dioperasikan AL Uni Emirat Arab. Ikut serta dalam sistem Frankenthal Class adalah ROV jenis Pinguin B3 untuk misi mine hunting. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Frankenthal Class
– Displacement: 650 ton
– Length: 54,4 meter
– Beam: 9,2 meter
– Draft: 2,6 meter
– Propulsion: 2 × MTU 16V 538 TB91 diesel-engines, 2040 kW each/ 2 × electric motors for slow and silent maneuvering/ 2 × Renk PLS 25 E gearboxes/ 2 × controllable pitch propellers
– Speed: 18 knots (33 km/h)
– Complement: 41
– Sensors and processing systems: 1 × hull mounted DSQS-11A mine hunting sonar DRBN 32 navigation radar
– Electronic warfare & decoys:2 × TKWA/MASS (Multi Ammunition Softkill System) decoy launchers/ 2 × Barricade chaff and flare launcher
– Armament: 1 × Bofors 40 mm/L70 dual purpose gun/ 2 FIM-92 Stinger MANPADS surface-to-air missile/ 2 × Pinguin B3 mine hunting ROV Mine laying capabilities
Yang buatan Swedia kelihatan lebih futuristic,
Bagus mana sama yg buatan Jerman ini . . ?
mungkin mirip-mirip MHV 54 (TÜRKEy navy) tentu saja dengan perangkat terbaru, kemungkinan pakai marlin 30mm, main gunnya.
Bung admin, kabarnya lab.hidrodinamika dan lab.bppt dapat mesin pembangkit gelombang/arus baru buatan jerman ya?
Kami Kurang tahu Bu Koni 🙂
selain pertimbangan transfer teknologi, kenapa TNI AL menjatuhkan pilihan pada type ini? apakah pertimbangan sudah proven? atau memang teknologinya paling advance (mengingat swedia sepertinya juga punya minesweeper yang tidak kalah advance). apakah kapal jenis ini juga bisa difungsikan sebagai submarine hunter?
Memang Sudah saatnya kapal2 tua tni al diganti DG yg lebih baru Dan lebih canggih
semoga Frankenthal ketiga dan seterusnya bisa dibuat di PAL, dg platform KCR60 ……
pendek banget artikelnya Om admin….. yg panjang – panjang kan seru.
tapi tetap asik kok, saya tetap jd pembaca setia Indomiliter
eksis terus Indomiliter…..
@admin
Menyambung komen pak@mashuri pd artikel ttg MCM sebelumnya, agaknya ada yang lupa disebutkan ttg kapal ini.
Baik kapal tipe: 332, 343, mhv-54 maupun tipe yang dioperasikan RTN adl hasil kerjasama antara Abeking&Rasmussen dg Lurssen.
Bagaimana bentuk kerjasama atau pembagian kerja antara 2 perush ini saya tidak paham.
Dikutip dari “Platform design it’s: A&R perfecting swath and small ships platform”…A&R sendiri kurang beken sbg pembuat kapal2 utk AL tapi perusahaan ini mempunyai spesialisasi dalam mendesain&membangun kapal MCM dari bahan baja non-magnetik, dan jerman adalah satu2nya negara didunia yang memproduksi kapal MCM dr bahan baja non-magnetik.
Lalu bagaimana dg kerjasama antara A&R dan Lurssen…jika Lurssen juga punya skill utk membangun kapal dr bahan baja non-magnetik, tentunya ia bisa berjalan sendiri toh reputasi sbg produsen kapal AL sudah dikenal luas?
Dari artikel tsb&browsing ke situs Lurssen, disebutkan bhw Lurssen memiliki skill dan pengalaman yang cukup banyak sbg kontraktor utama dalam pengintegrasian sistim pada kapal2 AL, spt: CMS, sensor&enjata, propulsi, elektrikal maupun peralatan bantu.
Asusmsi saya (mungkin bisa dielaborasi lebih lanjut), A&R yang menyediakan platform dr bahan baja non-magnetik, sedangkan Lurssen dg kecakapan dan pengalamannya dlm membangun berbagai tipe kapal AL (non MCM) mengintegrasikan sistim2 yang disebut diatas (cms, sensor&senjata, propulsi, elektrikal dll…sekaligus utk memperoleh akses pemasaran yang lebih luas dg nama besar Lurssen.
Bahkan dalam merancang platform MCM generasi baru utk AL Jerman (sbg pengganti frankenthal), A&R kembali lg berkolaborasi dg Lurssen, mendesain platform Swath/katamaran dr material non-magnetik steel yang diberi kode MJ-2000…bahkan sejak 2004/2005 mereka sdh menguji (termasuk shock test) thd platform ini dg hasil yang baik.