Update Drone KamikazeKlik di Atas

Pembom B-52 Stratofortress Berbalut ‘Striping’ Oranye, Ada Apa?

Dalam rangka peningkatan kapabilitas udara di masa yang akan datang, pihak Angkatan Udara AS (USAF) tampaknya sudah mulai melakukan serangkaian uji coba. Ini terbukti dari foto resmi yang dirilis USAF saat pesawat pengebom jarak jauh rilisan Boeing, B-52 baru saja mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Barksdale pada akhir September kemarin. Uniknya, pesawat tersebut tampak berbalut warna oranye di beberapa bagian pesawatnya.

Baca Juga: Setelah Pembom B-52, Giliran Helikopter AKS Sikorsky CH-148 Cyclone Kanada ‘Dikepret’ Jet Tempur Cina Shenyang J-11

Pada foto tersebut, tampak bagian yang berwarna oranye meliputi: fuselage depan, bagian sayap dekat wingtips, nacelles atau penutup mesin pesawat serta tails. Bukan tanpa arti, adapun beberapa bagian pada pesawat tersebut dicat warna oranye sebagai penanda bahwa pesawat tersebut sedang dilakukan pengetesan.

Dilansir dari laman theaviationist.com, nantinya pesawat tersebut akan dibubuhkan tanda ekor “OT” dan “49 TES” setelah pesawat kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Barksdale, Louisiana. “skema oranye uji coba digunakan untuk mengingatkan semua orang tentang perjalanan luar biasa B-52 dan kemajuan berkelanjutan yang dicapai di Angkatan Udara AS.” Tulis pihak USAF pada caption foto resmi yang dirilis.

Seperti yang sudah disinggung, nantinya pesawat ini akan dibubuhkan tanda ekor 49 TES yang berarti pesawat tersebut merupakan bagian dari Skuadron Uji dan Evaluasi ke-49, yang memimpin pengujian operasional untuk pesawat pengebom.

Nantinya, pihak USAF akan melakukan serangkaian upgrade pada B-52 dan memastikan bahwa armada tersebut akan tetap tergabung ke dalam layanan USAF hingga 2050 – di mana hampir mendekat ‘ulang tahunnya’ yang ke 100 sejak mengabdi kepada USAF. Mulai dari mesin, sistem radar, hingga display pada kokpit akan sepenuhnya diganti ke versi yang lebih mutakhir.

Untuk urusan mesin, USAF akan menyematkan mesin Rolls-Royce F130 yang mampu memberikan daya dorong yang berkisar di angka 18.000 hingga 20.000 lbf (pound-force), tergantung pada varian dan konfigurasi – untuk menggantikan Pratt & Whitney TF33-PW-103. Lalu dari segi avionik, B-52 nantinya akan menggunakan APG-79 AESA radar, sama seperti yang digunakan oleh F/A-18EF Super Hornet. Peningkatkan jangkauan dan kewaspadaan situasional B-52 sekaligus memberi ruang bagi kemampuan peperangan elektronik tambahan merupakan poin yang diincar oleh USAF.

Dari dalam kokpit, B-52 nantinya akan memiliki layar digital baru yang multifungsi, sistem throttle hibrida mechanical-to-digital, konsentrator data baru hingga sistem manajemen mesin yang ditingkatkan. Serangkaian upgrade ini juga berpengaruh kepada jumlah kru yang bertugas – akan menjadi 4 kru saja (sebelumnya 5 kru).

Tampilan kokpit B-52

Jika tidak ada aral melintang, rencananya integrasi sistem dan serangkaian upgrade ini akan selesai di rentang 2026-2027 dan akan mulai beroperasi secara penuh di sekitar tahun 2030. Memang, persaingan Amerika untuk urusam militer dengan negara-negara kompetitor seperti Rusia dan Tiongkok memang tidak akan ada habisnya.

Ego masing-masing negara yang sulit untuk dibendung serta ancaman ‘perang modern’ yang sarat akan penggunaan teknologi termutakhir memang selalu memantau dari kejauhan. Seolah tidak bisa terelakkan, pembaruan demi pembaruan menjadi opsi terhemat untuk tetap terus berada di jalur persaingan – alih-alih merogoh kocek yang dalam untuk pengadaan armada baru yang modern. (Nurhalim)

Pembom B-52H Mendarat di Kualanamu, Jadi Jenis Pembom Kedua AS yang Mendarat di Indonesia

2 Comments