Pasukan Rusia Gunakan “Microbe” – Drone Copter Kamikaze dengan Kecerdasan Buatan yang Diklaim Anti Jamming
Memasuki tahun ketiga perang Ukraina, ada kabar bahwa Rusia telah menggunakan jenis drone copter kamikaze/intai terbaru yang disebut “Microbe”. Ribuan drone dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) ini telah dikirim ke medan perang di Ukraina.
Disebut sebagai Microbe (Mikroba), drone ini memiliki sifat unik dan sudah digunakan secara aktif di medan perang oleh militer Rusia Bersamaan dengan kemunculan Microbe, militer Rusiua juga menerima drone repeater “Kasatka”, yang akan kami bahas pada artikel selanjutnya.
Microbe memiliki elemen kecerdasan buatan (AI) dan mampu secara independen mengawal target yang telah ditetapkan. Semua ini, menurut pengembang pesawat nirawak Alexander Gryaznov, memungkinkan drone untuk mengawal target terlepas dari bagaimana ia bermanuver. Selain itu, Microbe memiliki karakteristik dinamis yang memadai, yaitu dapat terbang dengan kecepatan tinggi meski kelebihan beban.
🇷🇺The first 3 thousand “Mikrob” kamikaze drones with artificial intelligence have been delivered to the SMO zone in Ukraine — reported by the People’s Front.
The ‘Microb” has a AI guidance system. Accordingly, after the operator has captured a target, it can independently track… pic.twitter.com/8h1mXaxfS0
— Tony (@Cyberspec1) January 22, 2025
Desain Microbe bersifat modular dan dapat dipersiapkan untuk berbagai tugas khusus – baik untuk digunakan sebagai drone serang maupun sebagai drone intai.
“Anda harus menggunakan berbagai hal yang berbeda dalam pertempuran dalam berbagai kondisi. Peralatan pencitraan termal harus bekerja di malam hari, dan terdapat jalur frekuensi radio yang berbeda di berbagai bagian depan. Oleh karena itu, sesuai dengan frekuensi kontrol dan video, Anda perlu memasang perangkat transceiver yang berbeda. Hal utama adalah memahami keseimbangan, sehingga perangkat tidak terlalu jenuh dengan komponen tambahan dan para prajurit di garis depan tidak harus melipat struktur (drone ini) ini,” ujar Alexander Gryaznov, seperti dikuktip en.iz.ru.
“Important advantage [new Novosibirsk] ‘Microbe’ [drone] is ability to overcome…enemy electronic warfare…Autopilot with neural network helps ‘Microbe’ navigate…It uses machine vision…through camera and sees the target [so] signal jammers do not work.”Izvestiya-Rus, 24Jan pic.twitter.com/o6gchHh6sd
— Lyle Goldstein (@lylegoldstein) January 24, 2025
Menurut pakar militer Rusia Vasily Dandykin, Microbe juga jauh lebih murah daripada kebanyakan drone saat ini.
Keuntungan penting dari Microbe adalah kemampuannya untuk mengatasi kerja peperangan elektronik musuh – enemy electronic warfare (REB). Seperti yang dikatakan oleh pengembang Microbe, sistem autopilot dengan jaringan saraf membantu drone ini untuk bernavigasi di udara. Ia menggunakan teknologi penglihatan mesin (machine vision technology) melalui kamera dan melihat target. Karena itulah pengacau sinyal lawan (jammer) tidak berfungsi.
“Apa yang sekarang disebut UAV adalah sebuah konvensi, pilotnya ada di sana, dia duduk di darat. Dengan demikian, jika kita memutus saluran komunikasi, drone tidak akan lagi menjalankan fungsinya yang berguna, sementara drone harus mencapainya. Dengan AI, ika Anda memutus saluran komunikasi, maka AI menjaga objek dalam ‘pandangannya’, mencegat kendali dan drone menyerang target yang sudah dalam mode non-operator dan tidak dapat diganggu. REB tidak akan berfungsi,” kata Alexander Gryaznov.
Drone Microbe dikembangkan di Novosibirsk Akademgorodok (salah satu pusat ilmiah dan pendidikan terpenting di Rusia). Pengembangan drone ini dilakukan dengan dukungan “Kulibin Club” Front Rakyat (terlibat dalam menemukan solusi di bidang drone, baik darat maupun laut, serta udara).
Pengujian drone Microbe dimulai pada Juli 2024. Saat itu dilaporkan Microbe berhasil menghancurkan sebuah kapal tanpa awak (USV) Ukraina. Kemudian, pada Agustus 2024, drone tersebut berhasil mengenai MBT Abrams buatan AS.
Menurut Alexander Gryaznov, selama dua minggu penggunaan, satu unit pasukan yang terdiri dari dua regu dan bekerja dengan 40 drone Microne berhasil menghancurkan peralatan musuh dengan jumlah yang melebihi biaya produksi tiga ribu drone. (Bayu Pamungkas)