Alvis Saladin: Panser Yang Dipakai Jarang Dibuang Sayang
|
Selain punya panser lawas model Ferret dan Saracen, Kavaleri TNI-AD masih punya panser lain yang juga sama-sama berusia lanjut dan berasal dari satu pabrik, yakni panser berpenggerak roda 6×6 FV601 ”Saladin”. Trio panser, Ferret, Saracen, dan Saladin ketiganya merupakan asal pabrikan Alvis dari Inggris. Trio panser ini sama-sama didatangkan pada awal tahun 60-an. Bila Saracen populer sebagai APC (Armoured Personal Carrier) yang legendaris sebagai kendaraan pengusung peti jenazah Pahlawan Revolusi. Maka Saladin juga punya sisi fenomenal yang tak kalah serunya.
Baca juga: Alvis Saracen – Panser Sepuh dari Era Revolusi 1965
Dari segi histori misalnya, bersama Ferret dan Saracen, panser Saladin turut aktif mengamankan Ibu Kota saat terjadi pemberontakan G30S. Trio panser ini memang punya komposisi unit yang ideal. Ferret sebagai kendaraan intai, Saracen sebagai angkut pasukan, dan Saladin berperan sebagai unit panser pemukul (Fire Support Vehicle). Hal ini terlihat dari adopsi kanon L5A1 kaliber 76 mm.
Meski sudah berusia lanjut, Saladin masih aktif dioperasikan hingga saat ini, kiprahnya bisa dilihat dalam tiap beberapa latihan tempur. Dalam beberapa operasi pemulihan keamanan, Saladin juga kerap masih muncul, seperti di NAD dan meredam rusuh di Jakarta pada tahun 1998 lalu. Pada awal kedatangannya, Saladin dan kedua saudaranya ditempatkan dalam satuan Yon Kav 7/SerSus Kodam Jaya Jakarta. Namun seiring reorganisasi, panser lawas ini digeser ke satuan-satuan lain di luar Jakarta. Saat ini Saladin diketahui memperkuat unit kavaleri Kostrad dan beberapa Kodam, seperti di Yon Kav/2 Diponegoro dan Yon Kav/10 Hasanuddin.
Seperti halnya alutsista tua TNI yang hingga kini masih digunakan, Saladin tentu juga mengalami refrofit besar-besaran. Sebelum mengulas Saladin versi retrofit, ada baiknya kita kupas Saladin versi lawas.
Dari Bensin ke Diesel
Saladin versi lawas mengadopsi mesin bensin Rolls Royce B80 MK 6A dengan 8 silinder. Dengan mesin tersebut, Saladin mempunyai kecepatan maksimum 72 Km per jam dengan jarak jelajah maksimum 402 Km. Konsumsi bahan bakar dengan kecepatan rata-rata 40 Km per jam adalah 1,7 liter. Amunisi yang dibawa mencakup 42 amunisi kanon kaliber 76 mm dan 2750 amunusi kaliber 7,62 mm. Untuk kendali turret dapat dilakukan secara otomatis atau manual oleh komandan dan gunner. Untuk membidik sasaran, kanon tidak dilengkapi stabiliser.
Sedangkan Saladin versi retrofit yang pengerjaannya dilakukan Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD, mencakup pada penggantian dari mesin bensin ke mesin diesel, yakni dengan menggunakan tipe Perkins Phaser Diesel 160T dengan 6 silinder 4 langkah turbocharged. Daya yang dimiliki adalah 160 horse power/2600 RPM dan torsi 59,23 KGM / 1600 RPM memberikan tenaga yang lebih besar dan pemakaia bahan bakar lebih hemat. Transimis semi otomatis ”Daimler Pre Selective” dengan 5 kecepatan tetap dipertahankan perubahan rasio pada transfer box dari 2,43 menjadi 2,049 mendapatkan variasi kecepatan dan tenaga yang baik.
Performa yang dihasilkan dari Saladin versi retrofit adalah jarak jelajah yang meningkat menjadi 600 Km. Berat tempur meningkat dari 10.900 Kg menjadi 11.600 Kg, namum kecepatan maksimum menurun menjasi 70 Km per jam. Kapasitas tangki bahan bakar menurun dari 240 liter menjadi 200 liter. Konsumsi bahan bakar dengan kecepatan rata-rata 40 Km per jam yakni 3 liter. Untuk urusan persenjataan tidak ada yang berubah banyak, hanya pada turret terdapat modifikasi persikop khas tank Scorpion. Untuk melaju di medan off road, Saladin kini juga dibekali winch.
Dengan usia alutsista yang tua, tentu performa Saladin sudah mengalami banyak keterbatasan. Meski sudah di upgrade, Saladin sudah jarang ditempatkan sebagai garda alutsista terdepan. Panser jenis ini lebih banyak mengisi hari-hari tuanya sebagai elemen kekuatan di level teritorial terbatas. Singkat kata, seperti ungkapan ”dipakai jarang dibuang sayang”. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi FV601 Saladin
Pabrik : Alvis, United Kingdom
Awak : 3 orang
Konfigurasi : 6×6
Berat : 11.600 Kg
Panjang : 4,93 meter
Lebar : 2,54 meter
Tinggi : 3 meter
bung admin, yang diupgrade mungkin cuma beberapa buah, masih ada yang versi lawas seperti disini https://www.youtube.com/watch?v=2-GI7P5m6WA
Tua2 Keladi… 🙂
jika turret dan L5A1 76mm saladin masih berfungsi baik, apa tidak bisa dipadupadankan dgn anoa kanon yg saat ini mengusung 90mm ?
bukan untuk digunakan oleh tentara, namun Brimob, guna memenuhi keperluan mereka akan keberadaan banpur.
Kami melihat ada batasan kaliber senjata yang digunakan pada rantis milik kepolisian.
Bang admin yonkav 10 sama yonkav 2 udah pake ini sekarang sudah pake tank sama panser yang baru sekarang 3 trio udah di taro kikavtai dan kikavser
Maksud nya udah ngak pake
TNI memang jagony merawat / memanfaatkan alutsista2 tua….saracen, saladin,ferret, AMX-13,BTR-40, BTR-50,PT-76 semuanya sudah dilahirkan kembali menjadi bertenaga muda dan tambah perkasa….. klo yg tua2 saja bsa menjadi “tua-tua keladi, makin tua makin jadi”…….. menjadi semakin galak tentunya di medan tempur……apalagi klo didampingi dgn alutsista2 modern yg scr bertahab akan menemani para sesepuh ini…….salut for TNI..well done guys!!
Salam komando para pimpInan kami dari keluarga saladin.kami minta bantuan nya untuk memenuhi suku cadang dr keluarga saladin supaya keluarga dari saladin tetap jaya.mohon kiranya pda komando atas
setuju bang nazar dan bang erwin.itu panser klasik banget. gak ada duanya. jelas jgn di buang dong…jadi maskot kavaleri aja biar musuh tahu,kalo dah liat tuh tank di grs dpn pasti di belakangnya puluhan leopard ato lecrec lg nyusul ha ha ha
ben tuek sing penting sejarahe gede banget. iku mbah e panser,nek perang tetep dadi komandane panser lian e setuju………………………………………………………………………..
Setuju kang mas… hahaha…. saking tuanya, justru nggak ada lawan yang berani sama panser ini, lha wong buyut jee…
SALAM KOMANDO…HREE DARMA SANTI,KAMI KELUARGA DPRT PAN PONDOK KARYA PONDOK AREN SANGAT BERTERIMAKASIH KEPADA SELURUH JAJARAN TNI,YANG SUDAH MENJAGA DENGAN BAIK AMANAT RAKYAT INDONESIA,SALAM KOMANDO.