Bagi pemerhati alutsista, nama Iver Huitfeldt Class dari Denmark mungkin sudah tak asing didengar, inilah peringkat keempat frigat paling mematikan versi defencyclopedia yang ditawarkan untuk TNI AL. Selain kapabilitas tempurnya yang tinggi, frigat dengan desain modular ini bakal menjadikan TNI AL sebagai pengguna kapal perang tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Dan menyesuaikan dengan kebutuhan Indonesia, frigat berbobot 6.649 ton ini ditawarkan dengan fleksibilitas dan kustomisasi, bahkan Denmark menawarkan pembangunan kapal light destroyer ini di Indonesia. (more…)
Kilas balik ke bulan Februari 2015, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi pernah menyebut bahwa TNI AL berencana memensiunkan dua kapal penyapu ranjau Tripartite Class. Kabar tersebut sempat membuat ramai jagad pemerhati alutsista nasional, pasalnya tipe kapal penyapu ranjau tersebut masih dioperasikan di negara lain, termasuk di negara asalnya, Belanda. Kini setelah satu tahun berlalu, tanda-tanda itu kian jelas setelah terungkap besaran alokasi biaya pengadaan kapal buru ranjau baru untuk TNI AL.
TNI menjadikan truk offroad 4×4 sebagai salah satu rantis (kendaraan taktis) untuk menunjang berbagai operasi. Semasa konflik di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam), truk TNI tak jarak dipasangi plat baja untuk menahan terjangan proyektil, kemudian populer disebut sebagai “truk anti peluru.” Hampir mirip saat operasi militer di NAD, PT Freeport Indonesia (PTFI) di Timika, Papua juga menggelar truk yang dimodifikasi sebagai bus anti peluru. (more…)
Bagi Indonesia, senjata jenis self propelled MLRS (Multiple Launch Rocket System) bukan ‘barang’ baru, setidaknya Armed TNI AD dan Marinir TNI AL sudah mulai menggunakannya sejak persiapan operasi Trikora di tahun 60-an. Namun tatkala ASTROS (Artillery Saturation Rocket System) II MK6 datang dari Brasil, semua perhatian seolah beralih ke sistem senjata besutan Avibras ini. Bahkan militer Malaysia sejak tahun 2001 menjadikan ASTROS sebagai senjata pemukul di wilayah perbatasan. Lantas apa yang membuat senjata yang telah dipakai di delapan negara ini begitu spesial? (more…)
Mengambil tempat di Pantai Bocor, Kebumen, Jawa Tengah, hari kamis lalu (4/8/2016), satuan Artileri Medan (Armed) TNI AD berhasil melaksanakan uji tembak MLRS (Multiple Launch Rocket System) jenis ASTROS (Artillery Saturation Rocket System) II MK6. Berita ini mendapat respon hangat dari jagad pemerhati alutsista nasional, pasalnya ASTROS dipandang sebagai alutsista strategis dengan letalitas tinggi. Apalagi sejak diperkenalkan ke publik di Tanah Air pada tahun 2012 silam, baru kali ini ASTROS dijajal kemampuan tembaknya.
Kanon reaksi cepat dengan kendali otomatis digadang sebagai senjata andalan pada kapal kombatan TNI AL. Dibalik kemampuan reaksi cepat pada multi target, tentu ada perangkat sensor yang mendukung, dan ini disebut radar pengendali tembakan (fire control radar). Dimana kendali tembakan dilakukan dari ruang PIT (Pusat Informasi Tempur). Namun, bagaimana bila suatu waktu fire control radar tidak berfungsi, semisal terkena jamming, atau karena alasan tertentu kapal harus radar silence. Apakah kanon reaksi cepat jadi lumpuh? (more…)
Dalam amanahnya, Presiden Jokowi telah meminta agar di tahun 2019 kesemua matra harus menunjukkan kerangka modernisasi alutsista. Di matra udara, selain kehadiran pesawat tempur generasi baru (pengganti F-5 E/F Tiger II), juga telah dicanangkan pengadaan rudal hanud jarak menengah, pesawat intai radar AEW&C (Airborne Early Warning and Control), pesawat tanker, dan pesawat angkut berat. Khusus bicara pesawat angkut berat, pilihannya sudah terfokus pada sosok Airbus A400M Atlas buatan Airbus Defence and Space. (more…)
Dalam dua bulan belakangan, nama KRI Diponegoro 365 lumayan banyak disebut, pasalnya korvet dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim ini dipercaya mewakili kekuatan TNI AL di ajang latma RIMPAC (Rim of the Pacific) 2016. Sebagai kapal kombatan, KRI Diponegoro 365 yang masuk ke SIGMA Class 9113 punya bekal beberapa andalan, diantaranya berupa kanon reaksi cepat Oto Melara 76 mm dan rudal anti serangan udara berbasis SHORADS (Short Range Air Defence System) MBDA Mistral dengan peluncur Tetral.(more…)
Bagi Anda yang eksis di era ‘Perang Dingin,’ boleh jadi telah mengenal truk pengangkut rudal (missiles carrier trucks) jarak jauh berhulu ledak nuklir dari layar televisi. Kala Uni Soviet berjaya, hampir setiap pemberitaan terkait militer di Blok Timur kerap menyertakan sosok truk berukuran besar dengan sederetan roda ‘raksasa.’ Terbesit angan-angan penulis, mungkinkah truk berukuran giant tersebut hadir di Indonesia?
Truk serbaguna berkemampuan offroad masih jadi kebutuhan utama dalam pergeseran pasukan, terlebih bila yang dihadapi adalah kontur mentantang yang mendominasi sebagian wilayah di Tanah Air. Melengkapi utility truck 4×4 di era Mercedes Benz Unimog, TNI kini kembali diperkuat jenis truk serbaguna Isuzu NPS 75 4×4. (more…)