OV-10 Bronco Beraksi di Marawi, Ingatkan Kenangan Pada Si “Kuda Liar” Pelibas GPK

Jumat, 1 Juni 2017, perhatian kita sejenak beralih ke Marawi, kawasan konflik di Pulau Mindanau, Fililpina. Pasalnya dalam babakan ground attack yang dilakukan AU Filipina atau Philippine Air Force (PAF) muncul sosok yang amat lekat dalam legenda pesawat COIN (Counter Insurgency) Indonesia. Ya, PAF mengerahkan OV-10 Bronco untuk serangan udara ke permukaan ke basis perkubuan kelompok Maute pro ISIS di Marawi. Bronco milik PAF dengan cat cocor merah pada moncongnya terlihat jelas melepaskan bom MK82 untuk direct target.

Baca juga: OV-10F Bronco – “Kuda Liar” Pelibas GPK

Sontak kemunculan OV-10 Bronco di Marawi menjadi semacam kerinduan tersediri pada sosok penempur turbo propeller yang dahulu di lingkungan Skadron 1 TNI AU disebut sebagai “Si Kampret.” Sebagai operator yang lebih dulu menggunakan OV-10 Bronco, sudah barang tentu pilot-pilot TNI AU di masa lalu sudah pernah menjalankan aksi seperti yang dijalankan Bronco di Marawi saat ini. Sebut saja operasi militer di Timor-Timur dan Nanggroe Aceh Darussalam, jelas melibatkan peran aktif OV-10F Bronco dalam melaksanakan misi BTU (Bantuan Tembakkan Udara) pada GPK (Gerakan Pengacau Keamanan). Umumnya ‘menu’ favorit OV-10F Bronco adalah sajian muntahan proyektil SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB 12,7 mm, roket FFAR, dan bom MK82, sebagai dumb bomb paling popular di keluarga bom NATO.

Baca juga: MK82 – Bom Paling “Lethal” Milik TNI AU

Baca juga: FFAR 2,75 Inchi – Ujung Tombak Bantuan Tembakan Udara TNI AU & TNI AD

Kembali ke aksi ground attack di Marawi, PAF sendiri telah mengerahkan segenap kemampuan tempurnya. Selain OV-10 Bronco, PAF telah mengerahkan jet tempur barunya, FA-50 Fighting Eagle dan pesawat latih tempur SIAI Marchetti S-211, helikopter AW109, helikopter Sokol, dan helikopter serbu MD-500 Defender. Merujuk sumber di Wikipedia.org, Filipina baru menerima armada OV-10 Bronco pada tahun 1991, bandingkan dengan TNI AU yang menerima kedatangan pesawat buatan North American Rockwell ini pada tahun 1976/1977.

Persisnya PAF menerima 24 unit OV-10A Bronco bekas pakai Amerika Serikat di tahun 1991. Kemudian ada penambahan lagi 9 unit dari AS dan ada tambahan delapan unit OV-10C bekas pakai AU Thailand di tahun 2003/2004. Penempatan Bronco di PAF dibagi ke dalam dua skadron , yakni 6th Attack Squadron and 25th Composite Attack Squadron yang masuk dalam kekuatan 15th Strike Wing. Sejak awal kemunculannya, Bronco yang artinya “Kuda Liar” sudah langsung diterjunkan dalam operasi militer di Kepulauan Jolo. Sepanjang 2011, OV-10 Bronco beberapa kali melakukan serangan udara ke basis MILF (Moro Islamic Liberation Front), dan di tahun 2012 melakukan penetrasi serangan ke kelompok Abu Sayyaf dan Jemaah Islamiyah.

Sampai saat ini, tinggal 10 unit OV-10 Bronco yang aktif dioperasikan PAF, terdiri dari seri OV-10A, OV-10C dan OV-10M. Nah, yang disebut terakhir OV-10M adalah varian upgrade (SLEP), dimana Bronco yang tadinya menggunakan tiga bilah baling-baling, kini menggunakan four blade propellers. Sementara OV-10C yang berasal dari bekas pakai AU Thailand, beberapa diantaranya sudah punya kemampuan melepaskan bom pintar, seperti Paveway LGB. Melihat peran taktisnya yang masih begitu dibutuhkan, kiprah Bronco di Filipina diperkirakan masih akan panjang. Sebaliknya di Indonesia, pengopersian OV-10F Bronco resmi dihentikan pada Juli 2013, setelah terjadinya kecelakaan fatal yang menewaskan dua pilotnya. Usia tua dan kelangkaan suku cadang juga menjadi pertimbangan TNI AU meng-grounded Bronco dan kini menggantinya dengan EMB-314 Super Tucano.

Baca juga: EMB-314 Super Tucano – Tempur Taktis Penjaga Perbatasan NKRI

Jumlah Bronco yang dimiliki TNI-AU total ada 16 unit. Pada awal kehadirannya Bronco masuk dalam skadron 3, kemudian berpindah menjadi warga skadron 1 pembom. Seiring waktu berjalan dan pengabdian, jumlah Bronco terus berkurang hingga hanya layak disebut sebagai ”unit” dan nasibnya terselamatkan dengan pembentukan skadron udara 21. Ada kabar sebelumnya bahwa Thailand akan menjual 20 Bronco kepada Indonesia, tapi hingga kini belum ada realisasi lebih lanjut.

Dengan kecepatan terbang yang rendah, Bronco pas untuk aksi COIN, tapi bisa jadi buah simalakama bila menghadapi senjata penangkis serangan udara. Dengan kecepatan terbang yang rendah Bronco bisa jadi santapan empuk meriam dan rudal anti pesawat. Hal inilah yang menjadi kendala Bronco saat beraksi dalam perang Vietnam.

Bronco saat melepaskan roket FFAR
OV-10F Bronco TNI-AU

Sampai perang Teluk di tahun 1992, Bronco tetap eksis digunakan oleh US Marine sebagai pesawat intai. Berbeda dengan Bronco milik TNI-AU, Bronco milik US Marine dilengkapi alat pengintai canggih, kamera terintegrasi, radar, FLIR (Forward Looking Infrared) dan lebih hebat lagi Bronco US Marine bisa menggotong rudal udara ke udara Sidewinder. Bahkan di tahun 2016, Bronco diduga telah melakukan 134 sorti penyerangan terhadap posisi ISIS selama 82 hari membantu pasukan khusus AS. Militer AS menguji Bronco di Irak dan Suriah untuk melihat apakah pesawat ini dapat menggantikan tugas pesawat tempur F-15 dan F / A-18 yang boros biaya operasionalnya. F-15 menghabiskan biaya hingga US$40.000 setiap jam terbang,sedangkan si Bronco hanya menghabiskan US$1.000 untuk setiap jam penerbangan. (Haryo Adjie)

Spesifikasi OV-10F Bronco
– Produsen : North American, Rockwell International
– Kru : 2
– Lebar sayap : 12,9 meter
– Tinggi : 4,62 meter
– Berat kosong : 3.127 Kg
– Berat Max Take off : 6.522 Kg
– Mesin : 2 x Garret T76 G-410/412 turboprop, 715 hp (533 kW) each
– Kecepatan Max : 452 Km per jam
– Jarak Tempuh : 358 Km

13 Comments