Oerlikon Contraves Mosquito: Rudal Anti Tank Perisai Pangkalan Udara AURI

Mengupas tentang alutsista di era 60-an serasa menggali sebuah harta karun yang terpendam, meski perlahan, kerap ada informasi baru tentang jenis-jenis senjata yang dahulu pernah digunakan TNI saat zaman revolusi. Selain dominasi senjata asal Uni Soviet dan Eropa Timur, perlengkapan dari Eropa Barat juga lumayan banyak diakuisisi TNI, dan salah satu yang selama ini terlewatkan adalah sosok rudal anti tank Mosquito.

Baca juga: Raytheon TOW 2 – Rudal Anti Tank Perontok MBT Leopard 2A4 di Al Bab, Suriah

Akun atas nama Jani Sari di Facebook baru-baru ini mengupas tentang kiprah rudal anti tank ini yang dahulu sempat digunakan TNI AU (d/h AURI). Karena merupakan senjata aspek permukaan, maka bisa ditebak jika pengguna Mosquito adalah Korps Paskhas (d/h PGT – Pasukan Gerak Tjepat). Merangkum sumber dari Aditya Suryadarma, Jani Sari menyebut Mosquito didatangkan semasa kepempimpinan KSAU Suryadarma pada tahun 1961.

Berdasarkan pengalaman tempur saat PRRI-Permesta, beberapa pangkalan AURI sempat diserang oleh kekuatan angkatan darat lawan. KSAU Marsekal Suryadarma kemudian mendatangkan rudal anti tnak Mosquito keluaran pabrik Oerlikon Swiss untuk perlengkapan senjata PGT AURI untuk melindungi lanud-lanud udara dari serangan tank.

Bagi pemerhati alutsista, wujud “Nyamuk” satu ini serasa tak asing, desain rudal anti tank ini mirip dengan rudal anti tank lansiran Uni Soviet, yaitu 9M14 Malyutka (dalam kode NATO disebut AT-3 Sagger). Rudal Mosquito ini terbilang ringan dan ringkas, panjangnya 1,1 meter dengan diameter 0,2 meter, serta lebar bentang sayap keseluruhan 0,6 meter. Secara keseluruhan, bobot Mosquito adalah 14,1 kg.

Rudal Mosquito di Schweizerisches Militärmuseum, Swiss.

Mosquito ditenagai oleh two-stage solid rocket motor. Kecepatan luncur rudal ini bisa mencapai 90 meter per detik atau 320 km per jam. Bicara jarak tembak, ada di rentang 350 – 2.400 meter, meski disebutkan jarak tembak efektifnya ada di 1.500 – 1.800 meter. Hulu ledak yang diusung yaitu hollow charge seberat 4 kg yang mampu menjebol lapisan Rolled Homogeneous Armor (RHA) dengan tebal 660 mm.

Sistem pemandu Mosquito mirip dengan rudal anti tank TOW (Tube-launched, Optically-tracked, Wire guided), yakni mengandalkan teknologi SACLOS (Semi Automatic Command to Line of Sight). Dalam SACLOS digunakan wire guided. Ya dengan wire guided artinya rudal dipandu lewat media kabel. Dalam operasinya, penembak dengan teropong binokular dapat mengendalikan manuver rudal lewat konsol joystick. Untuk mobilitas, Mosquito dalam peluncurannya dikemas dalam kontainer khusus.

Dirunut dari sejarahnya, Mosquito dirilis sebagai rudal anti tank Italia, meski desainnya dikembangkan oleh manufaktur alutsista asal Swiss, Oerlikon Contraves AG yang bekerja sama dengan perusahaan dirgantara Jerman, Bölkow. Kemudian fase produksi rudal ini dipercayakan pada perusahaan Italia, Contraves Italiana SpA. Rudal ini dirancang pada periode 1959, dan pada 1961 sudah masuk ke proses produksi. Selain Italia dan Indonesia, pengguna rudal anti tank ini adalah Malaysia.

Baca juga: Wire Guided Missile – Ketika Kabel Jadi Platform Pemandu Rudal Anti Tank

Oleh Bagian Persenjataan AURI, rudal ini pernah dimodifikasi untuk juga dapat ditempatkan di platform kendaraan jip Gaz-69 buatan Uni Soviet yang saat itu banyak dimiliki juga oleh AURI. Sebagai catatan dari Aditya Suryadarma, saat Marsekal Suryadarma menjabat KSAU, guna mencegah kudeta atas Bung Karno, secara tersamar ditempatkan 1 peleton PGT dengan rudal anti tank Mosquito dan Bazooka di eks gedung MBAU di Jalan Merdeka Barat Jakarta.

Sayangnya tidak ada koleksi rudal ini yang bisa dilihat pada museum di Indonesia, dikutip dari Wikipedia.org, beberapa Mosquito kini menjadi koleksi di Schweizerisches Militärmuseum, Swiss. (Haryo Adjie)

20 Comments