Nyaris Disengat Torpedo Kapal Selam Cakra Class, Inilah Profil HMAS Kanimbla
Di periode 1999-2000, hubungan Indonesia dan Australia mencapai tensi tertinggi terkait campur tangan Australia dalam jejak pendapat di Timor-Timur. Dan salah satu penggalan yang menarik dari ‘drama’ tersebut adalah terungkapnya bahwa salah satu kapal angkut yang juga berperan sebagai kapal komando, HMAS Kanimbla (L51), ternyata pernah nyaris menjadi sasaran ganasnya torpedo kapal selam TNI AL Cakra Class (Type 209/1300).
Baca juga: Awas! Black Flight di Atas Lanud El Tari
Memang tak disebutkan nama kapal selam (KRI) yang terlibat pada ketegangan di Laut Timor tersebut, tapi pada saat itu TNI AL mengoperasikan dua unit Type 209/1300, yakni KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, namun bisa dibayangkan bencana yang terjadi jika Sang Monster Laut benar-benar meluncurkan torpedo SUT ke kapal dari jenis LST (Landing Ship Tank) dengan bobot 8.534 ton tersebut. Peristiwa itu disebutkan dituangkan Seto Ajinugroho dalam situs grid.id, yang mengambil sumber naskah dari buku “50 Tahun Pengabdian Korps Hiu Kencana.”
Flash back, peran utama Australia dalam misi INTERFET (International Force East Timor) menjadikan cukup maraknya aksi pelanggaran batas laut dan udara oleh pesawat, helikopter dan kapal perang dari arah Australia Utara. Dan di birunya lautan, dikisahkakan salah satu Cakra Class yang suatu hari sedang meronda di kawasan Laut Timor, menangkap noise sonar yang berasal dari kapal permukaan yang bergerak ke arah Dili di Pulau Timor. Sebagai tindak lanjut, komandan kapal selam perlahan-lahan mengarahkan kapal ke kedalaman periskop.
Dan tertangkaplah obyek berupa iring-iringan kapal perang, yang salah satunya diketahui LST HMAS Kanimbla milik AL Australia yang dikawal oleh dua frigat milik AL Selandia Baru. Ketiga kapal itu masuk teritori laut negara Indonesia tanpa izin untuk menuju Dili. Ketiga kapal tersebut dipastikan telah masuk ke wilayah perairan Indonesia tanpa izin.
Karena dianggap melanggar hukum internasional, Type 209 TNI AL segera melakukan penindakan. Kapal selam Type 209 yang battle proven dalam Perang Malvinas bergerak lebih agar ketiga kapal itu masuk dalam jangkauan serangan point blank range torpedo. Lantas disiapkanlah torpedo untuk menenggelamkan HMAS Kanimbla dan kedua frigat itu.
Sebagai kapal perang modern, sudah pasti kemampuan peperangan dan sonar ketiga kapal tersebut langsung bereaksi dengan hadirnya ancaman dari kapal selam. Sontak kedua frigat telah mengetahui hadirnya kapal selam, namun kedua frigat tidak berhasil mengetahui posisi alias keberadaan persisnya kapal selam tersebut.
Peran tempur bahaya bawah air sudah dikibarkan oleh awak frigat Selandia Baru dan LST Australia. Namun berkaca pada aksi Type 209 yang tak berhasil diburu oleh armada AL Inggris dalam Perang Malvinas, membuat komandan HMAS Kanimbla gentar, ancaman sengatan torpedo AEG SUT 533 mm buatan Jerman sudah barang tentu sangat fatal.
Baca juga: AEG SUT 533mm – Heavyweight Torpedo dengan Pemandu Sonar Pasif dan Aktif
Komandan HMAS Kanimbla pun mengambil langkah cepat menjalin komunikasi dengan pemerintah Australia atas kejadian menegangkan tersebut. Mengetahui hal itu, pihak Canberra segera mengontak Jakarta agar ‘menetralisir’ keadaan di laut Timor dan meminta izin berlayar menuju Dili bagi ketiga kapal perang tersebut.
Setelah masalah di level atas bisa diselesaikan, selanjutnya Type 209 TNI AL diperintahkan agar tidak menghalangi iring-iringan konvoi tersebut ke Dili karena sudah ada keterangan dari pihak Australia kepada Indonesia. Sesuai perintah, kapal selam kemudian keluar ke permukaan air dan terus membayang-bayangi HMAS Kanimbla.
Dari kejadian di atas, yang menarik perhatian adalah sosok HMAS Kanimbla. Di kelas yang sama, Australia mempunyai satu unit kapal yang sama, yakni HMAS Manoora (L52). Kapal LST ini awalnya adalah milik AL AS, sebelum menjadi milik Australia, HMAS Kanimbla bernama USS Saginaw (LST-1188). Kapal ini dibangun oleh galangan National Steel & Shipbuilding Company. Peletakan lunas pertama pada 24 Mei 1969, kemudian diluncurkan pada 7 Februari 1970 dan masuk dinas AL AS pada 23 Januari 1971.

Lantas pasa Juni 1994, HMAS Kanimbla dijual ke AL Australia (Royal Australian Navy) dan resmi masuk kedinasan pada 29 Agustus 1994. Tidak seperti halnya LST yang ada di jajaran TNI AL, pintu rampa HMAS Kanimbka justru berada di bagian buritan, sehingga menyerupai desain LPD (Landing Platform Dock), meski tidak ada fasilitas dock basah di kapal perang ini.
Dari segi daya angkut, HMAS Kanimbla bisa membawa 400 pasukan infanteri. Luas deck di dalam mencapai 1,765 m2. Secara teori kapal ini dapat mengangkut 29 tank medium atau 30 tank amfibi jenis LVTP-7. Dua landing craft LCM8 dengan kapasitas 54,4 ton dapat dibawa dengan penempatan pada bagian depan anjungan.
HMAS Kanimbla punya panjang 159,2 meter dan lebar 21,2 meter. Dimensinya yang cukup besar membawa berkah tersedianya flight deck yang lumayan besar. Tiga helikopter sedang sekelas Black Hawk dapat mendarat di deck. Sementara fasilitas hanggar juga memadai, dengan bisa menampung empat helikopter Black Hawk dengan baling-baling dilipat.
Seperti halnya HMS Albion yang baru saja merapat di Jakarta, HMAS Kanimbka juga dilengkapi senjata utama berupa kanon CIWS (Close In Weapon System) Phalanx M15 kaliber 30 mm, selain enam pucuk senapan mesin berat M2HB 12,7 mm.
Baca juga: Canberra Class – Kapal Induk Amfibi Terbesar di Belahan Asia Selatan
Seiring modernisasi yang dilakukan AL Australia, dan karena alasan biaya retrofit yang terlalu mahal, maka HMAS Kanimbla dan HMAS Manoora tak lagi dioperasikan. HMAS Kanimbla telah terjual untuk di scrap pada 20 Mei 2013. Sebagai gantinya, kini kekuatan transport dan amfibi Australia bertumpu pada Landing Helicopter Dock (LHD) Canberrra Class dan LPD HMAS Choules. (Gilang Perdana)
Serasa membaca laporan akhir tugas dari gamer seri silent hunter ww2 kasel..
1.Naik pd kedalaman periskop..
2.Mendekat hingga jarak point blank range dr torpedo..
3.Melakukan komunikasi radio pada saat masih menyelam..
Mainkan game kapal selam modern, agar punya gambaran lebih jelas akan tata cara pengoperasian kapal selam Dasawarsa perang dingin tahap akhir..
3 point diatas, utama poin ke tiga adalah suatu kemustahilan dpt dilakukan dgn teknologi kasel RI zaman ORLA, kenapa? Komunikasi dengan kael yg sedang melakukan penyelaman adalah sangat sulit, dikarenakan hukum fisika dr hidrodinamika yg menjadikan air laut menjadi insulator yg sangat baik. Belum bicara pengaruh kadar garam serta suhu air.. 2 cara tersisa adalah menggunakan floating wire, antena bawah air krn gelombang radio hanya mampu menjangkau maksimal hingga kedalaman 20 meter saja, atau menaikkan antena saat kasel berada pd kedalaman 16 meter maksimal. Dan hanya menerima saja. Dan melakukan 2 hal tsb saat sedang membayangi dan berada dlm keadaan siaga merah?
lhoo kenapa tiba2 melaporkan ke jakarta? emang misi diam2 aussie maling? jangan dibiarkan donk
Sebenarnya kasel diesel-electric jauh lebih senyap dibandingkan nuc dikarenakan tdk adanya steam-turbine dan pump. Dan saya yakin pd kejadian tsb di pihak escort frigates mereka hanya mendeteksi sebatas POSSUB.
Kapal selam selalu jadi momok angkatan laut di manapun,seperti jerman di WW2 mereka sadar bahwa kapal permukaan nya terbatas kekuatannya,dan fokus di u-boatnya yang terkenal dengan takti wolfpack,dan beberapa pahlawannya seperti gunther prien yang mengacak acak scapa flow,Indonesia seharusnya juga lebih fokus di submarine nya saja
Haha bahasanya disengat.. panas dong. Kalo jadi disengat gmn ya kelanjutannya? Apa kita sdh siap menerima risikonya?
Bonyok mungkin.
wong argentina yang perkasa aja dibuat lumpuh ama inggris apalagi kita…
@Startrek,
Yg namanya KEDAULATAN dan termasuk juga KEMERDEKAAN suatu bangsa itu memang sesuatu yg harus diperjuangkan, dan tentunya tidak akan enak / nyaman. Tapi bilamana founding father bangsa kita dulu lebih peduli dgn tdk enaknya (susahnya) perang gerilya tentunya kita tidak akan pernah MERDEKA
Min.. ini gk hoax kn..
Di sindonews ada artikel tentang ckra class yg baru di beli tiba2 di hadang Nato fleet. Pas saya googleing kagak ada..
Biar nggak bingung, yang baru dibeli sebut saja sebagai Nagapasa Class. Soal penghadangan malah belum dengar, boleh jadi cuma clickbait dari situs tertentu 🙂
Ini bukan hoax, malah saking merasa terancamnya akan kapal selam dan pesawat tempur kita, australia sudah menyiapkan f111 utk membom jakarta.
Disini dibahas :
https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/australiaandthepacific/australia/1312500/Australia-was-set-to-bomb-Jakarta-in-Timor-conflict.html
Seandainya F-111 Aussie datang saat itu arhanud kita S-60 siap menghadang…………….