Update Drone KamikazeKlik di Atas

Northtrop Grumman MQ-4C Triton: Drone Intai Maritim HALE, Pengganti P-3C Orion Australia

Pada tahun 2023, AU Australia (RAAF) mulai akan mengoperasikan drone intai dengan kualifikasi HALE (High Altitude Long Endurance). Persisnya pada pertengahan 2023, dijadwalkan unit perdana MQ-4C Triton produksi Notrhrop Grumman akan tiba di Lanud Edinburgh, Adelaide, South Australia. Sementara operasional penuh dari total enam unit MQ-4C Triton yang dipesan diperkirakan akan tuntas pada tahun 2025.

Baca juga: Harbin BZK-005 – Drone Pengintai Andalan Militer Cina di Laut Cina Selatan

Nama MQ-4C Triton memang terasa asing dalam jagad percaturan drone masa kini, tentu itu maklum adanya, mengingat drone bermesin jet ini memang barang baru. Sejak diperkenalkan pada Mei 2018, Triton baru terbang perdana pada 22 Mei 2018. Saking barunya, belum ada MQ-4C Triton yang masuk dalam lingkup operasional. Meski begitu, Triton sudah ‘dipesan’ dalam jumlah besar, selain AS, Australia bakal menjadi pengguna utama drone HALE ini, negara lain yang diketahui telah mengorder MQ-4C Triton adalah Jerman. Dengan dua prototipe yang telah dibuat, rencananya ada 68 Triton yang akan di produksi Northtrop Grumman.

Dalam konteks gelar operasi, drone ini mengemban misi intai dan pengawasan murni, tidak ada bekal persenjataan yang dibawa, medan penugasan Triton sudah dipastikan adalah meronda lautan lepas, mengamankan kepentingan Australia di kawasan.

Merujuk ke situs airforce.gov.au, Triton digadang sebagai pengganti armada pesawat intai maritim AP-3C Orion. Nantinya Triton akan menjadi mitra sinergi yang kuat dengan P-8A Poseidon yang telah dioperasikan Australia saat ini.

Mengusung predikat HALE, MQ-4C Triton memang punya level kemampuan ekstra, dengan sokongan mesin tunggal Rolls-Royce AE 3007 turbofan, Triton dapat menjelajah sejauh 15.186 km dalam waktu terbang (endurance) 30 jam. Ketinggian terbangnya pun selevel dengan pesawat intai U-2, yaitu di ketinggian 18.000 meter. Kecepatan maksiumnya 575 km per jam dan operasional drone ditangani oleh 4 awak di Ground Control Station.

Meski tak membawa persenjataan, hadirnya MQ-4C Triton turut mengundang tanya bagi negara tetangga Australia, mengingat jangkauan terbangnya yang luas, apakah Triton Australia nantinya akan terbang memasuki ruang udara negara lain? Dikutip dari shephardmedia.com, Komodor udara Craig Heap dari RAAF Surveillance and Response Group menjelaskan, bahwa dipastikan bahwa dalam operasinya kelak Triton tidak akan memasuki ruang udara negara lain tanpa izin.

“Justru diharapkan keberadaan Triton dapat meningkatkan kerja sama antar negara dalam misi maritim. Ada suatu skenario kerja sama dengan Indonesia untuk berbagi data untuk misi SAR, Triton yang punya kemampuan mendukung humanitarian assistance/disaster relief (HADR) dapat ditugaskan menjatuhkan rakit atau pelampung dalam misi penyelamatan di laut lepas,” ujar Craig Heap.

Dalam terminologi intai strategis, hadirnya MQ-4C Triton jelas meningkatkan taring informasi intelijen Australia. Sebut saja satu unit Triton yang lepas landas dari lanud Tindal di Darwin dapat melakukan misi intai jarak jauh di Laut Cina Selatan. Dengan endurance 30 jam, Triton dapat melakukan pengawasan efektif di Kutub Selatan, bahkan jika terbang dari Pulau Cocos di Samudera Hindia, maka Triton dapat menjelajah sampai Pantai Somalia.

Baca juga: RQ-4 Global Hawk – Pertama Kali Mendarat di Asia Tenggara, Membetot Perhatian di Singapore AirShow 2018

Global Hawk di Singapore AirShow 2018

Role utama yang digadang Triton bagi Australia adalah real-time maritime intelligence, surveillance, and reconnaissance. Dari spesifikasi, MQ-4C Triton punya panjang 14,5 meter, tinggi 4,6 meter dan lebar bentang sayap 39,9 meter. Sementara bobot drone super canggih ini mencapai 14.628 kg. Sebagai catatan, MQ-4C Triton merupakan pengembangan dari RQ-4 Global Hawk, yang juga buatan Northrop Grumman, pada Singapore AirShow 2018, Global Hawk untuk pertama kalinya mendarat di Asia Tenggara. (Haryo Adjie)

5 Comments