Norinco Type 90B: Self Propelled MLRS Terbaru Milik Armed Korps Marinir TNI AL
|Korps Marinir kerap memberi kejutan dalam hal adopsi alutsista. Seperti pada lini Artileri Medan (Armed), bila sebelumnya mengacu pada produk asal Eropa Timur, yakni Self Propelled MLRS (Multiple Launch Rocket System) RM70 Grad dan RM70 Vampire dari Republik Ceko, maka kali ini ada kabar bahwa Armed Korps Baret Ungu telah diperkuat dengan tambahan empat unit Self Propelled MLRS Type 90B asal Negeri Tirai Bambu.
Baca juga: RM 70 Grad 122mm – Self Propelled MLRS Berdaya Hancur Tinggi
Meski masih terbilang asing, sebelumnya Resimen Arhanud Korps Marinir TNI AL juga telah mengadopsi kanon Twin gun Type 90/35 mm, dimana Self Propelled MLRS Type 90B dan kanon Twin gun Type 90/35 mm adalah produksi Norinco (China North Industries). Dikutip dari Janes.com (27/12/2016), adopsi MLRS Type 90B dilandasasi kesesuaian platform kaliber dalam amunisi roket yang digunakan, yaitu 122 mm yang juga digunakan pada Self Propelled MLRS RM70 Grad dan RM70 Vampire. Dengan mengacu pada standar kaliber 122 mm, besar kemungkinan amunisi yang digunakan adalan R-Han 122 mm, jenis roket dari Balitbang Kemhan yang telah berhasil diuji coba dari RM70 Grad.
Baca juga: Roket R-Han 122 Sukses Meluncur dari MLRS RM70 Grad Marinir TNI AL
Seperti halnya RM70 Vampire dan RM70 Grad, Self Propelled MLRS dari Cina ini juga mengusung 40 peluncur roket dalam satu unit kendaraan. Pola loading dan sistem penembakkanya pun tak berbeda jauh dari RM70 Grad dan RM70 Vampire. Resminya Type 90B diperkenalkan Norinco pada tahun 2004, setelah sebelumnya Norinco merilis Type 90 (pertama) pada pertengahan tahun 1990. Waktu yang dibutuhkan untuk menggelar Type 90B di suatu lokasi hingga siap melakukan penembakkan hanya butuh waktu kurang dari 7 menit.
Type 90B dipasang pada platform truk North-Benz 2629 6×6. Di dalam kendaraan peluncur sudah disematkan perangkat komputer mini yang menunjukkan launcher direction finder/display, longitudinal and transversal slope and gradient sensors, launcher assembly elevation and traverse position sensors, dan special vehicle-launcher power interface. Truk dapat melaju hingga kecepatan maksimum 85 km per jam, sementara jarak tempuhnya bisa sampai 800 km.
Karena diberitakan hanya membeli empat unit, belum diketahui apakah sistem pendukung MLRS ini ikut diboyong ke Indonesia. Dalam sistem baterai MLRS Type 90B, juga terdapat ransus (kendaraan khusus) yang berperan sebagai battery command vehicle, rocket resupply vehicle, dan reconnaissance vehicle. Untuk reconnaissance vehicle Norinco merujuk pada rantis panser WMZ551A, jenis panser 6×6 yang telah lama digunakan Tontaipur Kostrad.
Baca juga: Norinco WMZ-551 – Ranpur APC Tontaipur Kostrad dari Negeri Tirai Bambu
Janes.com menyebut bahwa kontrak pengadaan Self Propelled MLRS Type 90B telah dilakukan antara pihak Kemhan RI dan Norinco pada tahun 2015. Dan di akhir bulan ini disebut-sebut Type 90B untuk pertama kalinya telah melakukan uji fungsi penembakkan di suatu wilayah di Jawa Timur. (Bayu Pamungkas)
Baca juga: Bumi Situbondo Menggelegar, Siang Malam Resimen Artileri Marinir Uji Tembak RM70 Vampire
Spesifikasi Self Propelled MLRS Type 90B
– Warhead: 18,3 to 28 kg maximum
– Range rockets: 20 to 40 km
– Length rockets: From 2,75 to 3,03 meter
– Armament: 40 + 40 rockets
– Rate of fire: 40 rds in 18 to 20 sec.
– Truck: North-Benz 2629 (6×6)
– Road Range truck: 800 km
– Dimensions truck: Length: 9,31 m; Width: 2,49 m; Height: 3,02 m
Haiyaaaa…..China Lagi oooo…
Hanya sebuah usulan andai Pindad atau inhan swasta lainnya bisa membuat truk2 utk kepentingan tni dan polri hasilnya akan lebih baik ketimbang beragam truk yg digunakan tni/polri saat ini yg justru akan menyulitkan dalam hal suku cadangnya. Kalo truk sdh dibikin sendiri di dalam negeri mkn akan lebih efisien dalam hal perawatan kedepannya,dan siapa tau lagi kendaraan nasional yg sejak era orde baru sampe sekarang bisa terwujud. Kalo kendaraan terwujud tinggal tongkrongin senjata apa saja yg dibutuhkan selain utk transport atau angkut bisa jg gunakan keperluan sipil.
Setuju sekali ,kalau ada yang bilang bikin mesin sendiri tidak akan laku dan tidak akan tercapai skala ke ekonomiannya berarti dia buta. Berapa banyak instansi punya pemerintah yang bisa di paksa beli. Fokus saja mesin untuk mentenagai alat berat ,mulai dari truk,escavator Pindad,IFV,APC macam anoa,kapal motor,mesin kapal besar ,kereta api ,pembangkit listrik dll . Semua itu bisa menggunakan kalau ada kebijakan pemerintah ,belum lagi swasta dan rakyak biasa . Jangan lupa potensi pasar dalam negri kita besar.
Buktinya ngak ada yang mau bung
bikin mesin kalau dibawah 1000 buah nggak untung dan kalau mau ToT dari pabrikan mesin, pasti nggak mau. minimal 1000 buah, pernah TNI beli 1000 buah truk sekali pengadaan, ekscavator pindad saja mesinnya dari inggris dan cuma 600 buah, Anoa yang besar kemungkinannya mesinnya di ToT namun, tidak ada pabrikan mesin dalam negeri yang sekelas Renault, kapal apalagi belum tentu 1000 buah mesin.
Duluuuu….pernah ada Texmaco yang berusaha mengembangkan truk. Tapiii,,,,ternyata banyak sekali penghalangnya.
Korps boleh cek toko sebelah, ploduk sama qualiti, tapi kita olang ngga ambil plofit banyak..
Hai ya telolet telolet
nama lainnx norinco ws-1
tni ad punya barang sejenis dgn jumlah 1 unit untuk uji coba r-han 122
Berarti yg di akuisisi hanya platform peluncurnya saja, roketmya pake produk dalem negeri (R-Han 122mm), begitu, ya, admin?
@nino
yup betul sekali
type-90b atawa ws-1b yg kita beli sbg platforn uji r-han 122. oleh mabes tni uji tembak r-han 122 kini dipegang marinir menggantikan tni ad. 1 unit ws-1b yg sblmx dipegang tni ad sbg platform uji r-han 122 akan diserahkan ke pindad utk direverse engineering
@ ayam jago
Thanks infonya…?
@ayam jago
Berarti pembeli MLRS WS-1B ini hanya untuk kebutuhan Reverse Enginering sajakah bung? Atau memang pengadaan untuk pendamping RM-70 ??
Saya masih belum nangkap maksud sebagai platform penembakan R-Han 122 kan bisa dr RM Grad dan Vampire yg kita punya
bung @ ayam jago, saya dapat info katay mlrs 90 b yng di beli dari norinco china, kemungkinan hanya di beli 4 unit soaly hasil dari uji coba ternyata tidak memuaskan pihak marinir, rencana ada pembelian dari rusia atau klw gak dari ceko sebanyak 32 unit . info ini saya dapat dari orang valid, maaf sebelumny pasti info yg saya sampaikan di anggap hoaks , tpi tunggu aja berita ya di tahun” yg akan datang
Wkwkwkwkwkw cino…maning…cino maning
Dibeli untuk di bongkar ,dipelajari dan di copy . Di ambil yang bagusnya dari gabungan 3 macam platform yaitu altross,vampire dan 90B. maka akan jadi Platform peluncur baru yang lebih canggih dari 3 nya .Propelan nya nunggu hasil Produk dahana 3 tahun lagi mulai produksi ,maka Indonesia tidak tergantung lagi akan import propellan dan warhead .
kata siapa nak? tni kan sudah punya vampire mlrs, kenapa harus beli dari cina?
Mending biayanya di buat R&D
Cina lagi cina lagi
cino lg cino lg bosen ma cino
@ayam jago
Berarti pembeli MLRS WS-1B ini hanya untuk kebutuhan Reverse Enginering sajakah bung? Atau memang pengadaan untuk pendamping RM-70 ??
Saya masih belum nangkap maksud sebagai platform penembakan R-Han 122 kan bisa dr RM Grad dan Vampire yg kita punya
Ini dia yang dulu katanya mau di TOT ke Indonesia, selain RCWS UW-1 dan NG-18 CIWS 30mm, kepada PT. Indomesin Tridaya Bangsa. Setelah saya tanya ke PT. Indomesin sendiri, ternyata China tidak bersedia utk memberikan TOT, hanya ingin Indomesin sebagai “sales” saja bagi produk-produk China. Jadi kesimpulannya, TOT gagal total. Kalau mau bikin ya reverse engineering sendiri.
@me
yg gagal uji tembak itu type 90 aaw gun atawa oerlikon kw bukannx type 90 mlrs yg barangnx saja belum datang. ini bukan hoax krn source saya sales norinco & orang dalam pindad.
@basith
sementara ini memang type-90 mlrs tdk utk medan tempur ttp uji coba r-han 122. kalo kenapa tdk pake platform rm-70 jujur saya tdk tahu.
diantara institusi tni jujur saya akui paling tdk tahu ttg korps marinir krn tdk kontak dgn orang dalam di situ brbanding trbalik dgn tni ad krn kita memang trlibat dlm proyek tni ad
mungkin ini hanya sugesti saya :
Marinir dibawah TNI-AL, bukan TNI-AD
Mungkin karena itu juga mereka agak enggan dengan PINDAD, karena pindad milik TNI-AD (dulu)
kemungkinan mereka baru mau kalau berhubungan dengan PT. PAL
contoh modifikasi BTR-50 oleh PT, PAL, padahal bukan ranah bisnis PT, PAL