“Nggak ada Matinya,” TNI AD Kembali Modernisasi Meriam PSU S-60 Kaliber 57mm
|
Ibarat ungkapan “nggak ada matinya,” meriam penangkis serangan udara (PSU) S-60 yang telah digunakan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD sejak awal dekade 60-an, rupanya masih jauh dari kata pensiun. Dioperasikan dalam jumlah yang lumayan besar, meriam kaliber 57 mm buatan Soviet ini, nampaknya masih akan terus digunakan TNI AD di masa depan.
Baca juga: Bikin Heboh (Lagi), Meriam S-60 Ternyata Masih Digunakan dalam Perang Rusia Vs Ukraina
Keputusan untuk terus menggunakan meriam S-60 mungkin ada dasarnya, sebut saja Rusia dan Ukraina, kedua negara yang sedang berperang ini, sama-sama masih mengerahkan meriam S-60, seperti yang ditempatkan di deck truk, menjadikan S-60 sebagai self propelled anti aircraft gun.
Mengutip dari Instagram Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Pothan) Kementerian Pertahanan RI (30/4/2024), Sekretaris Ditjen Pothan Kemhan RI – Brigjen TNI Heri Pribadi menandatangani Kontrak First Article Rebuilding Satbak (Satuan Tembak) meriam 57 mm S-60 Program Bangtekindhan Tahun Anggaran 2024 dengan Direktur PT. Respati Solusi Rekatama – Dhita Yudhistira.
View this post on Instagram
Program Bangtekindhan diselenggarakan untuk menghasilkan First Article Rebuilding didasari oleh Permenhan No. 39 Tahun 2016 tentang Program Pengembangan Teknologi Industri Pertahanan. First Article Rebuilding Satbak Meriam 57 mm S-60 merupakan Program prioritas yang diusulkan oleh User dalam hal ini adalah TNI AD.
Dalam program pengembangan persenjataan, “first article” mengacu pada produk pertama yang diproduksi dari suatu desain atau spesifikasi. First article testing adalah proses pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan pada produk pertama ini untuk memastikan bahwa produk tersebut memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam desain dan spesifikasi.

Modernisasi pada meriam S-60 sejatinya bukan sesuatu yang baru, lantaran telah dijalankan sejade dekade silam. Dan bila merujuk pada modernisasi meriam S-60 yang dipublikasikan oleh PT Respati, nampak tidak ada yang terlalu baru.
Modernisasi meriam S-60 bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan kemampuan, sekaligus memperpanjang usia pemakaian dari meriam dan dengan adanya Alat Kendali Tembak (AKT) yang mampu mengoperasikan hingga enam meriam sekaligus disaat yang bersamaan secara remote, dilengkapi dengan sistem sensor digital, radar dan pilihan sistem kendali tembak manual, semi-otomatis dan otomatis, membuat meriam ini tetap bisa diandalkan.
Dengan modifikasi, meriam S-60 dapat digerakkan secara elektrik yaitu dengan cara local control yang menggunakan tenaga listrik dari dua buah baterai yang tersedia dan dengan cara Remote Control yang dikendalikan dari FCS (Firing Control Sistem).
FCS adalah suatu alat untuk mengendalikan penembakan pada waktu meriam kendali remote. Sedangkan local control adalah meriam dioperasikan oleh operator dengan menggunakan joystick. Dengan pola FCS, beberapa meriam dapat diarahkan selkaligus secara remote untuk secara terpusat menghajar target udara yang ditentukan. Dengan teknologi FCR (Fire Control Radar), satu baterai S-60, terdiri dari 6 pucuk dapat dioperasikan secara serentak dari satu pengendali.
Bukan Cuma Ukraina, Pasukan Rusia Juga Gunakan Meriam Legendaris S-60 di Truk Ural 6×6
Resminya meriam S-60 57mm adalah buatan Uni Soviet (Rusia), mulai diproduksi sejak tahun 1950, dan mulai memperkuat arsenal sista TNI sejak era operasi Trikora di awal tahun 60-an. Dirunut dari klasifikasinya, S-60 masuk dalam meriam PSU (penangkis serangan udara) laras tunggal dengan jarak tembak target rendah dan menengah. Dengan panduan sistem penembakkan terintegrasi, jangkauan meriam ini bisa melesat hingga 6.000 meter.
Di lingkungan TNI, sedari awal S-60 langsung memperkuat etalase alutsista di korps baret cokelat, yakni pada Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse).
AN/UPS-3 TDAR: Radar Penjejak Target Untuk Meriam PSU S-60 57mm Retrofit Arhanud TNI AD
Menurut informasi dari Wikipedia, Indonesia termasuk pengguna S-60 yang cukup banyak, dimana populasi meriam ini mencapai 256 pucuk. Lumayan banyaknya populasi S-60, ditambah dengan program upgrade yang masih bisa dilakukan, disinyalir menjadi alasan bagi TNI untuk masih terus menggunakan senjata berusia lanjut ini.
Awalnya, meriam S-60 hadir dengan kelengkapan bidik dan siste kendali senjata yang konservatif, alias tanpa AKT (alat kendali tembak). Namun, seiring tuntutan dan perkembangan, mulai tahun 90-an, S-60 TNI AD sudah mulai ditingkatkan kehandalannya dengan dilakukan program retrofit. (Gilang Perdana)
Posko Dahanud Mobile: Sistem Kendali dan Komando Meriam PSU S-60 Arhanud TNI AD
Mantab .. “RESPATI” memang bisa diandalkan .. !!!
Bagus….dengan jumlah s60 yg masih banyak beroperasi di seluruh dunia….
Kita bisa ngajukan tender ke negara2 tersebut bahwa kita bisa modernisasi s60 mereka buat perang modern dengan harga bersaing
Si mbah “menolak tua”, makin perkasa
Ternyata lumayan banyak sampai 256 unit, eman2 kalau tidak dimanfaatkan, lumayan lethal ni senjata di tangan ahlinya yg profesional terlatih, bahkan destroyer Zumwalt Class lik Sam pun pilih gunakan ukuran 57 mm ini.
dengan upgrade di radar dan kendali tembak, masih cukup efektif utk hajar drone dan heli kecepatan rendah. apalagi jarak tembak 6.000 meter. paralel sambil akuisisi Skyshield Oerlikon Millenium 35mm, Short, Medium dan Long range SAM.
Baguslah, AA GUNS jadi pilihan murah ANTI DRONES. Si MBAH harus di upgrade untuk bisa deteksi dr drone kecil mpe besar.
PRnya PT PINDAD harus bisa produksi SMART AMMOnya. NORTHROP GRUMMAN bikin ammonya bofors57…
https://youtu.be/NMwWQktNlPk?si=etqqdyyeywjCmMxI
Reviewnya Si Mbah di medan UKRAINE
https://youtu.be/osgdpL3Lg98?si=iHBZdZd4sV3qdnhr
Tambah lagi AA gun nya yang banyak untuk arhanud pangkalan.
Gak masalah,meriam seperti ini ternyata sangat berfungsi di Medan tempur modern seperti di Ukraina. Cocok dipake buat nembakin Drone. Kalo perlu semua meriam AA juga diupgrade dg kemampuan remote control.