Nekat Terbang Hanya 3 Meter dari Pembom B-52, Inilah Profil Jet Tempur Cina Shenyang J-11
|‘Saling gocek’ antara Washington dan Beijing di Laut Cina Selatan sudah sering kali terjadi, malah belakangan kembali memanas setelah pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut bahwa AS akan membela Filipina bila Cina melakukan serangan terbuka terkait konflik pada wilayah yang disengketakan. Namun, saling gocek yang terjadi pada 24 Oktober 2023, adalah yang paling provokatif dan sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan.
Baca juga: Dengan Radar AESA, Shenyang J-11D Disebut-sebut Lebih Hebat dari Sukhoi Su-35
Dikutip dari siaran pers US Indo-Pacific Command – pacom.mil (26/10/2023), sebuah pembom strategis B-52H Stratofortress yang bermarkas di Lanud Andersen, Guam, dalam penerbangan malam di atas Laut Cina Selatam, telah dicegat (intercept) oleh jet tempur Shenyang J-11 milik Angkatan Udara Cina. Yang membuat heboh, rupanya ini bukan intecept biasa, lantaran pilot J-11 Cina terbang sangat dekat dengan pembom B-52, yakni dengan jarak satu sama lain hanya 3 meter.
Departemen Pertahanan AS menyebut apa yang dilakukan oleh pilot J-11 Cina sangat tidak aman dan tidak profesional. Dalam pernyataan resmi, Pentagon mengklaim bahwa pembom B-52 pada malam hari itu terbang di wilayah udara internasional.
#USINDOPACOM Statement on #PRC Unprofessional Intercept: “A People’s Republic of China J-11 pilot executed an unsafe intercept of a U.S. Air Force B-52 aircraft which was lawfully conducting routine operations over the South China Sea…”
Read more⬇️https://t.co/UnCmnneAr7 pic.twitter.com/6k79Koah3V
— U.S. Indo-Pacific Command (@INDOPACOM) October 26, 2023
Selain menyebut pilot tempur Cina tidak profesional, aksi itu menunjukkan kemampuan udara yang buruk dengan menutup dengan kecepatan berlebihan yang tidak terkendali, terbang di bawah, di depan, dan dalam jarak 3 meter dari B-52, sehingga membahayakan kedua pesawat yang bisa berakibat tabrakan.
Pencegatan oleh jet tempur Cina dilakukan pada malam hari, dengan jarak pandang terbatas, dengan cara yang bertentangan dengan peraturan dan norma keselamatan udara internasional. “Pesawat militer, ketika dengan sengaja mendekati pesawat lain, harus beroperasi dengan keahlian udara profesional dan memperhatikan keselamatan pesawat lain” ujar US Indo Pacom.
Pentagon baru-baru ini mengklaim dalam Annual China Military Power Report, bahwa terdapat 180 contoh “perilaku berisiko” antara musim gugur tahun 2021 dan musim gugur tahun 2023, lebih banyak daripada gabungan seluruh dekade sebelumnya.
Angkatan Udara AS memiliki beberapa pesawat pembom B-52 di wilayah tersebut sebagai bagian dari rotasi Bomber Task Force.
Tentang sang pencegat, yakni Shenyang J-11, merupakan versi rakitan lokal dari Sukhoi Su-27 yang dibeli Cina dalam bentuk kit sejumlah 200 pesawat. Namun dalam perjalanannya Cina melakukan reverse engineering dan berhasil membuat J-11 secara lokal, termasuk mesin Woshan WS-10A Taihang yang menggantikan mesin Lyulka AL-31F dari Rusia.
Baca juga: Jajal Dogfight, J-11 (Sukhoi Su-27) Kalah Telak dari Gripen, Ini Dia Sebabnya!
J-11 dibuat oleh Shenyang Aircraft Corporation. Rancang bangun J-11 menggunakan airframe dari Sukhoi Su-27SK, jenis yang juga dimiliki TNI AU di Skadron Udara 11. Harapan Cina cukup besar pada jet tempur ini, karena digadang untuk bisa mengungguli jet tempur F-15 Eagle yang dioperasikan AS dan Jepang. Sejak terbang pada tahun 1998, Shenyang Aircraft Corporation kini telah memproduksi J-11 dalam beragam versi. Di versi J-11B telah dilengkapi glass cockpit dan radar AESA (Active Electronically Scanned Array). (Subhan)
biasa mgkn. cina nmny tukang duplikat kiwi kiwi kw.. pilot cina lbh sangat dekat pswt pembom utk potret2 bentuknya dan teknologi dari dekat..
kalau us menyebut ruang udara internasional itu biasanya cuma alasan aja, pertanyaannya, ngapain latian bomber di perbatasan cina? nyeleneh bin ajaib, wilayah latian mereka sebenarnya sudah luas, malah sering seliweran deket perbatasan negara lain, gitu selalu alasan wilayah internasional lagi pas ketahuan, aneh 😜
Tabrak aja Koh,kirim sopir J-11 nya yang suka ngeblong ..
@Periskop: Anda harus belajar Hukum Internasional terlalu dahulu sebelum berkomentar mengenai hal ini. Batas Teritorial yg diakui oleh PBB adalah 12 Nautical Mile dari garis pantai/pulau terluar. Jika Pesawat asing terbang lebih dari 12 NM maka tidak ada hak bagi negara lain untuk melakukan intercept karena itu sudah wilayah Internasional kecuali hanya sebagai pemandu agar tidak melewati teritorialnya. Memandu pun ada batasan jarak agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dari sini paham ya??
Shenyang itu lawan sebanding untuk Rafale.
Dengan diakuisisinya 42 Rafale dan 24 F-15EX serta ditambah 33 F16 yang sudah kita miliki maka kekuatan tempur udara kita baru akan mencapai sekitar 7,5%-7,7% dari kekuatan tempur udara PLAAF. Ini sebanding dengan GDP kita yang hanya sebesar 7,5% dari GDP China.
Kalo head to head lawan China cepat keok kita ini. Oleh sebab itu kita perlu sekutu. ASEAN jadi sekutu? Saya ragu karena ada anggota ASEAN yang sudah jadi sekutu China (Myanmar) dan ada juga yang cenderung ke China (Thailand, Laos, Malaysia dan Kamboja).
Jadi siapa yang akan kita jadikan sekutu?
Pikir aja sendiri.
@TN: Indonesia dari dulu seharusnya sudah gabung dengan FPDA, dengan SEATO. Kalo perlu join dg NATO dan AUKUS juga. Menjadikan USA, Aussie, Spore, Japan dan EU sebagai sekutu militer jelas akan sangat membantu Indonesia dalam menghadapi ancaman dari China.
Ada satu alternatif lain jika Indonesia ingin jadi negara yg bebas aktif yaitu dg memiliki senjata nuklir. Hanya itu pilihannya.
Sebetulnya terlalu berlebihan untuk membandingkan Rafale dg Shenyang J-11, J-11 adalah jiplakan Su-27/30 jadi secara langsung spek J-11 sudah ketinggalan zaman. Mungkin jika dibandingkan dg Shenyang J-15 masih mungkin tapi kemampuan avionik Rafale masih lebih baik daripada J-15. Akan lebih baik jika Rafale dihadapkan dg J-31 atau bahkan J-20.
@agato S
lantas kenapa us ngga ikut deklarasi juanda yang notabene lanjutan deklarasi itu? lalu ada tragedi bawean, tingkah us jelas, mepet ke perbatasan buat mata² negara orang, dan itu jelas terlarang giliran ditindak sejuta alasan dilontarkan
Pada jarak 3 m pada kecepatan yg sama sebenarnya cukup gunakan peluru senapan angin semi otomatik tanpa jejak letupan api dari mesiu arahkan ke intake udara pesawat cukup 1 magazen 14 peluru kurang dari 1 menit pasti langsung teriak2 ” mayday-mayday ” tu pesawat yg kena…entah pesawat mana
@Periskop: mungkin yg kamu maksud adalah UNCLOS 1982 di Jamaika. Deklarasi Juanda lebih mengakui laut antar wilayah sebagai wilayah kedaulatan. Sedangkan dalam UNCLOS sendiri tidak dibahas mengenai hal itu, UNCLOS hanya membahas batas laut teritorial, continuous zone dan ZEE. Wilayah perairan dalam Indonesia memang akhirnya diakui tapi Indonesia harus memberikan jalur laut yg bebas dilalui oleh kapal semua negara/internasional pada choke points strategis yg dikenal sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI. Lebar ALKI adalah 90 km. Itu untuk mengakomodir wilayah perairan dalam Indonesia dan negara kepulauan lainnya karena dalam UNCLOS yg diakui sebagai batas teritorial hanyalah 12 Nautical Mile dari pantai terluar.
Insiden Bawean yg terjadi pada tahun 2002 itu posisi armada kapal induk US Navy melewati ALKI 1 yg mendekati Bawean jadi pada dasarnya US Navy berhak melewati jalur choke points asal melewati dg damai dan tidak melakukan ancaman terhadap negara yg berdekatan dgn jalur yg dilewati.
Karena head to head lawan China dan berdasarkan pemikiran sendiri, siapa yg akan kita jadikan sekutu? Jelas China lagi xixixixi