Naval Group (Perancis) Kritik TKMS (Jerman) Atas Kebijakan Alih Teknologi Kapal Selam
Meski Jerman dan Perancis disatukan dalam lingkup NATO, namun dalam industri pertahanan, khususnya kapal selam konvensional, kedua negara bersaing secara ketat. Industri kapal selam Perancis dimitori Naval Group, sementara Jerman oleh Thyssenkrupp Marine Systems (TKMS). Dan belum lama ini, Naval Group melontarkan kritik kepada pesaingnya, yang terkait dengan kebijakan alih teknologi kepada negara kustomer.
Seperti dikutip DefenseNews (20/2/2025), Naval Group mengkritik TKMS karena merugikan vendor kapal selam Eropa dengan mentransfer teknologi ke negara-negara yang kemudian berhasil membangun kapal mereka sendiri untuk diekspor.
TKMS “adalah juara dalam menciptakan pesaing baru,” kata Guillaume Rochard, kepala strategi, kemitraan, dan merger Naval Group, di sebuah pertemuan emeja bundar di Paris untuk membahas basis industri pertahanan Perancis awal bulan ini.
“Mereka telah melakukan transfer teknologi yang sangat signifikan ke Turki dan Korea Selatan, dua negara yang sekarang berada di pasar ekspor kapal selam,” ujar Rochard.
Seperti diketahui, Naval Group dan TKMS bersaing dalam kontrak kapal selam, dan Rochard menggambarkan perusahaan Jerman tersebut sebagai pesaing utama perusahaannya dalam kapal selam konvensional. Rochard mengatakan sangat berhati-hati terkait transfer teknologi agar tidak menciptakan atau mengintensifkan persaingan, sebuah pendekatan yang ia bandingkan dengan pendekatan TKMS selama ini.
Sementara itu, TKMS membantah berbagi teknologi kapal selam secara ceroboh, dalam tanggapan melalui email kepada DefenseNews, dengan mengatakan perusahaan tersebut menetapkan tolok ukur untuk transfer teknologi yang bertanggung jawab dalam industri kapal selam.
Selain mengamankan kekayaan intelektualnya, TKMS menyebut semua penjualan disiapkan bagi pelanggan untuk “memesan dan mengoperasikan produk kami untuk setiap misi angkatan laut yang perlu mereka lakukan dan laksanakan guna mempertahankan negara mereka.” Lebih jauh, TKMS tidak dapat mengomentari proyek-proyek tertentu karena sifatnya yang rahasia.
“Misi industri angkatan laut perusahaan didefinisikan dengan baik dalam peraturan pengendalian ekspor masing-masing yang menjadi dasar setiap bentuk transfer teknologi. Kami di TKMS selalu bertindak sesuai dengan itu,” ujar TKMS.
TKMS memenangkan pesanan dari Turki pada tahun 2009 untuk enam kapal selam denganair-independent propulsion (AIP) berdasarkan teknologi sel bahan bakar HDW yang akan dibangun oleh Golcuk Naval Shipyards di dekat Izmit.
Unit pertama dalam kapal selam Reis class yang dihasilkan mulai beroperasi pada bulan Agustus 2024 (yang juga pernah ditawarkan ke TNI AL). Bulan lalu, Turki mengumumkan dimulainya pembangunan kapal selam pertama yang dikembangkan secara lokal, yang menempatkan negara tersebut pada jalur yang tepat untuk menjadi negara yang mandiri dalam teknologi tersebut.
TKMS juga menyediakan desain dan komponen utama untuk kapal selam Jangbogo II (Type 214) class untuk Korea Selatan, yang dibangun oleh Hyundai Heavy Industries dan Hanwha Ocean, dengan dua kapal pertama ditugaskan pada tahun 2008.
Dari kasus di atas, Direktorat persenjataan Perancis (DGA) akan melakukan intervensi pada kesepakatan ekspor untuk mempertahankan keterampilan penting di negara tersebut, kata Alexandre Lahousse, Kepala Direktorat Industri Pertahanan DGA. Ia mengatakan kondisi saat ini klien ekspor menuntut kompensasi yang semakin besar dan pembagian program yang lebih besar sebagai imbalan atas kontrak.
PT PAL: “Pembangunan Kapal Selam Scorpene Class Butuh Waktu 6 Tahun”
Kasus Turki dan Korea Selatan, Bumerang Bagi Jerman?
Jerman, melalui TKMS telah memainkan peran penting dalam pengembangan industri kapal selam di Korea Selatan dan Turki melalui alih teknologi (ToT – Transfer of Technology) dalam pembangunan kapal selam konvensional.
Dari sekadar merakit Type 209, Korea Selatan mampu membangun Type 214 secara mandiri, lalu mengembangkan kapal selam KSS-III dengan teknologi lokal. Kemudian Korea Selatan mendapatkan akses ke sistem AIP (Fuel Cell) dari TKMS untuk kapal selam Type 214, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk KSS-III.
Hasil dari alih teknologi Jerman memungkinkan Korea Selatan merancang KSS-III dengan peluncur VLS untuk rudal jelajah. Dengan pengalaman alih teknologi dari Jerman, Korea Selatan kini menjadi eksportir kapal selam, dengan Indonesia sebagai negara pembeli (Nagapasa class).
Sementara untuk Turki, awalnya hanya merakit kapal selam Type 209, tetapi dengan ToT dari TKMS, Turki mampu membangun Type 214TN (Reis class) secara lokal di galangan Golcuk. Seperti Korea Selatan dengan KSS-III, Turki kini merancang kapal selam generasi baru MILDEN (Milli Denizaltı / National Submarine) yang benar-benar dibuat sendiri, lepas dari ketergantungan Jerman.
Berkat jasa baik Jerman, kini Korea Selatan dan Turki berpotensi menjadi eksportir kapal selam, menyaingi Jerman sendiri di pasar internasional. (Gilang Perdana)
Artinya RI harus kerjasama dg TKMS untuk pengadaan Kapal Selam dong!
Mereka pikir daripada RI beli dari Turkiye ataupun Korea,lebih baik TKMS mengambil kesempatan tersebut meski harus menyediakan TOT kepada RI
Toh kedepannya teknology akan terus berkembang…siapa takut bersaing
Dulu sudah dikatakan oleh ahlinya, bergurulah kepada negara mbah nya kapal selam (German dll) tapi disalip koryo ditikungan😁
Lah berarti kita dikadalin ng dong? Wkwk
Nah, ternyata Perancis akan sangat pelit dan pelik, maka nya Indonesia cuma beli 2 unit scorpene untuk mengetahui signature kasel tetangga saja. Tentu saja selanjutnya pasti akan dengan Turkiye yang menganggap Indonesia bukan saingan langsung tetapi partner yang harus bisa dipercaya karena Korsel juga sangat pelit untuk alih transfer teknologi.