Mulai 2017, TNI AL Bertahap Pensiunkan Frigat Van Speijk Class
|Setelah 30 tahun bertugas di Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL, dan setengah abad berlayar sejak dioperasikan AL Belanda, akhirnya enam unit frigat Van Speijk Class (Ahmad Yani Class) direncanakan untuk mulai dipensiunkan pada tahun 2017. Satu per satu Van Speijk Class TNI AL akan dipensiunkan bertahap, hingga akhirnya di tahun 2022 semuanya akan decommission.
Lebih dari tiga dekade, frigat Van Speijk Class menjadi kapal perang terkuat dan tercanggih Koarmatim, bahkan setelah datangnya korvet SIGMA Class 9113 (Diponegoro Class), debut Van Speijk Class masih sangat diperhitungkan, sebut saja untuk urusan penugasan dan operasional tempur, justru Van Speijk Class dipercaya jadi maskot kekuatan TNI AL. Eksistensi Van Speijk Class saat operasi pembebasan MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia pada Maret 2011, serta kemampuannya sebagai platform peluncuran rudal Yakhont, menjadikan nama Van Speijk masih amat diperhitungkan.
Baca juga: Terma SKWS DLT-12T – Perisai Serangan Rudal Anti Kapal di Korvet SIGMA Class TNI AL
Karena masuk kategori alutsista strategis, beragam program peremajaan dikebut TNI AL untuk memaksimalkan kemampuan tempur Van Speijk, selain upgrade sistem persenjataan rudal hanud (pertahanan udara) dan rudal anti kapal (anti ship missile), TNI AL juga merogoh kocek yang tak kecil untuk merenovasi sistem elektronik, seperti Combat Management System yang baru dipasok oleh PT Len.
Baca juga: PT Len Pasok Combat Management System untuk Frigat Van Speijk Class TNI AL
Dari sisi permesinan, sejak dekade silam Van Speijk TNI AL sudah dilakukan program repowering. Aslinya Van Speijk class dan Leander class ditenagai sepasang mesin turbin uap (steamed turbin) yang mampu menyemburkan daya sebesar 30.000 shp. Daya sebesar itu mampu menggeber kapal hingga 28 knots (52 km per jam).
Baca juga: C-802 : Rudal Penebar Maut dari Cina di Van Speijk Class TNI AL
Harus diakui jika mesin turbin uap tergolong berat, relatif boros bahan bakar, dan keseluruhan sistemnya makan tempat serta cenderung sulit dalam perawatan. Menyikap hal tersebut, TNI yang punya budget serba ngepas, secara bertahap mulai tahun 2003, mulai melakukan penggantian sistem propulsi sebagai bagian dari upaya peningatan performa Van Speijk class. Proyek pertama dimulai pada KRI Karel Satsuit Tubun 356 yang diganti mesinnya dengan jenis diesel Caterpillar CAT DITA, disusul kapal lainnya dalam kurun 2007 – 2008.
Pengecualian ada pada KRI Oswald Siahaan 354 yang mesinnya diganti dengan diesel SEMT Pielstick, mirip (meski dari sub tipe berbeda) dengan yang mentenagai korvet SIGMA class TNI AL. Dengan repowering, kini Van Speijk class mampu ngebut 24 knots (45 km per jam).
Nah, dari keenam unit Van Speijk Class, yakni KRI Ahmad Yani 351, KRI Slamet Riyadi 352, KRI Yos Sudarso 353, KRI Oswald Siahaan 354, KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355, dan KRI Karel Satsuit Tubun 356, manakah diantaranya yang bakal pensiun lebih dulu? Seperti dikutip dari Janes.com (11/2/2016), sumber TNI AL saat rapat tahunan untuk perencanaan teknis dan logistik 2016 di markas Koarmabar (Komando RI Kawasan Barat), tidak dsebutkan siapa dulu diantara keenam Van Speijk yang akan pensiun duluan di tahun 2017.
Baca juga: Yakhont – Rudal Jelajah Supersonic TNI-AL
Namun dapat dipastikan, bukan KRI Oswald Siahaan 354 yang akan pensiun di tahun depan, pasalnya frigat ini satu-satunya yang telah dipasangi rudal anti kapal berkemampuan jelajah dengan letalitas tinggi, Yakhont dari Rusia. Peran pengabdian Van Speijk nantinya akan digantikan oleh masuknya armada PKR (Perusak Kawal Rudal) SIGMA Class 10514 (Martadinata Class). (Haryo Adjie)
kemungkinan yang duluan dipensiunkan KRI Slamet Riyadi (351) dan KRI Ahmad Yani (351)
kalo pengganti fregat sejati van speijk itu jadi light fregat sigma 10514 …itu sih suatu kemunduran kenapa gk destroyer ?
jangan cepat di pensiumkan kalau masih bagus, ini bukan soal ganti menganti atau soal masa kapal, tapi lebih pada pertahanan TNI AL, jumlah kapal kita masih sdikit apanya yg mau di ganti justru perlu di tambah karna anggaran kita sdikit jadi tambahanx pasti sdikit jadi masih perlu kapal lama itu , apa lagi kapal yg lama itu kan sudah di lengkapi rudal yakhot , terus pengantinya itu kapalnya di lengkapi rudal apa? apa sama hebatnya rudal yakhot , berapa jumlah kapal kita , berapa yg di pensiumkn, berapa yg baru, berapa kebutuhan kita untuk sbuah standar pertahanan sbuah negara (negara maritim)
Kabar gembira…kalo KRI Ahmad yani dkk di ganti KRI Martadinata dkk pasti minimal dibuat juga 6 biji..lumayan buat ngimbangi Formidable singapur..Untuk Van Speijk mengingat lama pengabdian & jasa nya sisakan lah 1 unit buat jadi museum kayak museum kapal selam di Surabaya..sisa nya jual tuh ke philipina lagi kurang kapal tuh.hehehe….
KRI yang sudah pensiun jangan dihancurkan, lebih baik dikasih ke polisi atau patroli KKP, sehingga kalau mereka sedang patroli pihak lain akan gentar dengan kelengkapan tempur non AL.
Kok banyak yang menganggap si YAKHONT itu gahar siiiiih ???
Ingat pengalaman uji TNI-AL bung !!!
Uji – 1 ==> jangkauan 250km, mode Mach-2.5, sasaran MELESET
Uji – 2 ==> jangkauan 150km, mode Mach-0.9, baru tepat sasaran
itupun semuanya sasaran DIAM, bukan bergerak
===> maka dari itu TNI-AL tidak lagi memesan Yakhont <===
Disamping sangat mahal, juga umurnya hanya 8 tahun saja
sam dengan C-802 buatan China
————————————————————————-
hal ini jauh dengan Exocet yang berumur sangat lama
demikian juga dengan RBS-15 buatan Swedia yang menjamin Lifetime Waranty karena perawatanya di serahkan ke PINDAD
sales grip detech
Sales membuka wawasan… setidaknya jadi au kelemahan dan kelibahan yang lain 🙂
Inget bung.. yakhont ntu buatan rusia (timur)
Sedangkan Vanspeijk class buatan Jerman (barat)..
Tidak gampang meng integrasikan teknologi dari 2 macam yg berbeda. Apalagi teknologi barat & timur jauh berbeda bung..
C.802 aja kemarin sampe delay 5 menit. Lha kalo perang bneran yo ambyar kapal kita…
Usa, china, inggris & rusia sendiri waktu bikin yakhont jg g cm skali dua kali gagal.. bahkan bisa puluhan kali..
Itu kenapa rudal harganya mahal.. selain dari bahan pembuatnya jg teknologinya..
Yakhont sistem itu berupa Peluncur dan Konsul kendali, sehingga tinggal menaruhnya di dekat Sewaco kapal. sedang input ke konsul bisa berupa Koordinat dan waypoint sasaran secara manual
Buktinya C-802 dan Moskit menawarkan sistem yang sama, dan berhasil
Uji kemarin adalah rudal C-705, bukan C-802, dan Sewaconya pun berasar dari China
seperti komentar salah satu member disini bahwasanya “KITA ADALAH PEMBELI, KITA BELI PRODUK JADI YANG HARUS SUDAH TERUJI” sama seperti kita beli HP, tidak mungkin kita beli barang yang belum teruji
sedang USA, China, Inggris, Rusia adalah negara Produsen / pembuat, kalau gagal adalah wajar karena mereka melakukan RISET and DEVELOP