Motor Gunboat (PGM-39 Class): ‘Misteri’ Keberadaan dan Identitas Kapal Patroli TNI AL Era 60-an

Di dekade 60-an, selain armada RI kental dengan perkuatan berupa kapal kombatan bertonase besar seperti kapal penjelajah, kapal perusak dan frigat, namun TNI AL (d/h ALRI) tak melupakan keberadaan unsur patroli. Dengan tonase yang relatif ringan, kapal patroli efektif untuk meronda dan melakukan pengawalan secara terbatas di pangkalan dan daerah operasi.

Baca juga: Jaguar Class – Generasi Awal Kapal Cepat Torpedo TNI AL

Berada di bawah kelas KCT (Kapal Cepat Torpedo) Jaguar Class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class, di masa Operasi Trikora kapal patroli jenis Motor Gunboat (PGM-39 Class) disebut-sebut pernah terdaftar dalam etalase alutsista ALRI. Namun ada yang unik dan misterius dari sosok kapal patroli buatan Amerika Serikat ini.

Disebutkan di situs wikipedia.org, PGM-39 Class patrol boat termasuk di dalam list kapal perang TNI AL yang non aktif. Bahkan tertulis ada tiga unit PGM-39 Class yang sudah diberi label KRI, yaitu KRI Bentang Silungkang 572, KRI Bentang Waitatiri 571 dan KRI Bentang Kalukuang 570. Namun berdasarkan penelusuran, sulit untuk menemukan rekam jejak ketiga kapal patroli tersebut. Seolah ada namanya tapi tidak ada barangnya.

Kemudian merujuk ke situs navsource.org, didapat informasi yang lebih spesifik tentang ketiga kapal patroli PGM-39 Class. Secara resmi memang ada literasi yang menyebut ketiga kapal diperuntukkan bagi Indonesia, namun lagi-lagi tak dapat dipastikan apakah ketiga kapal memang pernah digunakan oleh TNI AL.

Beberapa fakta yang didapat, seperti KRI Bentang Waitatiri 571, resminya diluncurkan oleh galangan Marinette Marine Corp, Marinette pada 1961. Kemudian pada 10 November 1962 kapal tersebut ditransfer ke Indonesia dibawah Military Assistance Program. Kemudian sejarah meloncat ke 1965, disebutkan kapal ditransfer (lagi) ke Filipina dan diberi label BRP Yanga (G 59). Cukup lama AL Filipina mengoperasikan kapal patroli ini, pasalnya baru resmi pensiun pada 1982.

Tak berbeda jauh dengan KRI Bentang Silungkang 572 yang juga ditransfer misterius ke Filipina dan berubah nama jadi BRP Yachi (G 57), lalu KRI Bentang Kalukuang 570 pun namanya berubah menjadi BRP Yundi (G 60).

Baca juga: Komar Class – Generasi Awal Kapal Cepat Rudal TNI AL

Sekilas tentang PGM-39 Class, kapal patroli ini dibangun oleh beberapa galangan pada periode 1959 – 1970. Total ada 59 unit kapal patroli jenis ini yang berhasil diproduksi. Amerika Serikat sedianya memang merancang Motor Gunboat ini untuk mendukung program Military Assistance Program, maka tak heran populasi kapal ini dipeuntukkan bagi negara-negara seperti Filipina, Indonesia, Vietnam Selatan, Thailand, Burma, Ethiopia dan Ekuador.

Bila disesuaikan dengan kapal patroli TNI AL yang ada saat ini, Motor Gunboat ada kemiripan spesifikai kapal dan persenjataan dengan Attack Class, kapal patroli eks hibah dari AL Australia. Bekal persenjataan yang dibawa pada Gunboat ini mencakup satu pucuk kanon kaliber 40 mm pada haluan, dua kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) kaliber 20 mm, dua pucuk SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm dan satu pucuk mortir kaliber 81 mm.

Dari spesifikasi, Motor Gunboat (PGM-39 Class) punya bobot 110 ton, panjang 30,7 meter, lebar 6,4 meter dan disokong dapur pacu mesin diesel 2 x General Motors 6-71 dengan dua shaft. Kecepatan maksimal yang bisa digeber adalah 20 knots.

Kasus Kapal Selam Type 206
Meski tak sama kasusnya, namun ada sedikit kemiripan dari kisah Motor Gunboat, dimana 5 unit kapal selam tadi sudah ‘setengah sah’ jadi arsenal TNI AL, dalam siaran TV bahkan diperlihatkan kapal selam yang diketahui dari Type 206 sudah memakai nomer lambung 403, 404, 405, 406, dan 407. Masing-masing pun sudah dinamai, yakni KRNI Nagarangsang (eks U-13), KRI Nagabanda (eks U-14), KRI Bramasta (eks-U19), KRI Cundamani (eks U-21), dan KRI Alugoro (eks U-20). Bahkan dalam siaran berita TVRI, nampak awak TNI AL wara wiri di sekitar dermaga kapal selam tersebut di kota Kiel.

Baca juga: Kapal Selam Type 206 – Nyaris Jadi Arsenal Korps Hiu Kencana TNI AL

Tapi ibarat untung tak dapat diraih, krisis ekonomi (krismon) yang mendera Republik ini terbilang dahsyat, selain akhirnya mampu menjungkirkan kekuasaan Soeharto, paket pengadaan 5 unit kapal selam dari Jerman pun ikut kandas. Dua kasus pada dua jenis kapal perang di atas bisa menjadi contoh, bahwa meski sudah diberi label “KRI,” belum tentu kapal yang dimaksud sudah sah dioperasikan TNI AL. (Haryo Adjie)

10 Comments