Moskva class – Kapal Induk Helikopter dengan Misi Anti Kapal Selam, Pernah Jadi Aset Armada Laut Hitam
|Gegara konflik dengan Ukraina di Krimea pada tahun 2014, harapan Rusia untuk memperoleh kapal induk helikopter dengan kemampuan serbu amfibi – Landing Helicopter Dock (LHD) Mistral class pupus, setelah pemerintah Perancis membatalkan secara sepihak kontrak pesanan atas dua unit Mistral class pada tahun 2015.
Meski sampai saat ini, Angkatan Laut Rusia belum juga memiliki kapal induk helikopter, tapi sampai dekade 90-an, sejatinya Armada Laut Hitam Rusia masih mengoperasikan kapal induk helikopter. Moskva class, atau dalam kode Soviet disebut Project 1123 Kondor (condor) dan S-703 Project 1123M Kiev, adalah kapal induk operasional pertama yang dibangun untuk Angkatan Laut Soviet.
Dari sejarahnya, kapal induk helikopter ini dibangun di Nikolayev Selatan (Shipyard No.444). Kapal utama diluncurkan pada tahun 1965 dan diberi nama Moskva (Moskow). Kapal ini memasuki layanan dua tahun kemudian. Setelah Moskva diikuti oleh Leningrad, yang memasuki layanan angkatan laut Rusia pada akhir tahun 1968. Setelah Moskva dan Leningrad tidak ada kapal lagi yang dibangun.
Moskva bukanlah “kapal induk” yang sebenarnya karena tidak membawa pesawat bersayap tetap; melainkan yang dibawa sepenuhnya adalah helikopter. Moskva class dirancang terutama sebagai kapal perang anti-kapal selam – anti submarine warfare (ASW), senjata serta rangkaian sensornya dioptimalkan untuk melawan ancaman kapal selam nuklir. Peran Moskva class adalah untuk mempertahankan benteng kapal selam rudal balistik Soviet dari serangan kapal selam serangan Barat, memperkuat gugus tempur anti kapal selam.
Di bangun semasa perang dingin menggelora, Moskva class dipersiapkan untuk melawan kapal selam NATO pembawa rudal balistik Polaris dan bertindak sebagai andalan dalam peperangan anti-kapal selam. Dengan bobot 8.000 ton, Moskva class dapat mengoperasikan 10 helikopter. Desainnya berkembang menjadi kapal yang lebih besar, yang kemudian mampu mengoperasikan hingga 14 helikopter (Kamov Ka-25 atau Mi-8) dengan persenjataan pertahanan diri.
Moskva class dibekali dengan persenjataan dengan titik berat pada peran anti kapal selam, terdiri dari twin SUW-N-1 launcher yang mampu melontarkan proyektil FRAS-1 yang membawa torpedo kaliber 450 mm (atau hulu ledak nuklir 5 kiloton). Kemudian ada sepasang peluncur roket anti kapal selam RBU-6000 (seperti pada korvet Parchim TNI AL), dan terdapat satu set tabung torpedo.
Untuk pertahanan diri, Moskva class memiliki dua peluncur rudal hanud twin launcher SA-N-3 dengan isi ulang untuk total 48 rudal hanud, bersama dengan dua kanon laras ganda kaliber 57 mm.
Untuk dapur pacu, mesin turbin gas telah dipertimbangkan tetapi belum dicoba pada Moskva class. Sebaliknya, pembangkit listrik tenaga uap bertekanan tinggi (high pressure steam) serupa dengan yang digunakan oleh kapal penjelajah Kynda class digunakan.
Mesin Moskva mengalami masalah parah dan harus dibangun kembali pada tahun 1973 setelah kebakaran. Performa operasionalnya mengecewakan dengan kecepatan maksimum 30 knots dan kecepatan jelajah 24 knots. Pemeliharaan laut pada Moskva class juga mengecewakan.
Priboy Class – Batal Punya Mistral Class, Inilah Landing Helicopter Dock Harapan Rusia
Diawaki 850 personel dan mampu berlayar dengan endurance 15 hari, baik Mosvkva dan Leningrad adalah aset dari Armada Laut Hitam. Leningrad dipensiunkan pada tahun 1991 dan Moskva pada tahun 1996. Leningrad di-scrap pada tahun 1995 dan Moskva menyusul dua tahun kemudian. (Gilang Perdana)
Kapal perang Uni Soviet memang sangat unik karena mereka mengembangkan desain yg lebih diutamakan untuk pertahanan dg konsep menempatkan rudal jelajah supersonik jarak jauh untuk menghadang ancaman armada NATO. Namun entah mengapa Rusia tidak mampu untuk mengembangkan desain-desain kapal perang permukaan yg lebih ergonomis dan tepat guna.
Dalam beberapa kesempatan Rusia sangat kesulitan bahkan untuk mengembangkan kapal LPD disaat Indonesia bisa dengan sukses membuat LPD hasil ToT dari Korsel dan bahkan mengembangkannya pada desain yg lebih besar dan kuat. Mungkin Rusia bisa meminta ToT pembuatan LPD kepada Indonesia untuk menutupi kekurangan kemampuan Rusia dalam membuat dan mengembangkan kapal pendarat amfibi hingga medium aircraft carrier dengan imbalan Indonesia dapat ToT rudal Hipersonik zircon mengingat konsep dasar doktrin angkatan Laut kedua negara mirip yaitu dengan mengandalkan serangan kapal cepat bersenjatakan rudal jelajah.